Part 1: SERANGAN

384 15 4
                                    

Ini tema cerita yang cukup suram, penuh pembunuhan walau g langsung aq ceritain secara detil. hahaha, kayanya aq memang sadis deh... sadar pas nulis cerita ini aq jadi menggebu-gebu. met membaca bagi yang punya bakat sadis kaya aq (maksa) hahaha

Drap...drap...drap

Terus berlari dalam lorong gelap, wanita itu sama sekali tak menyadari sosok lain yang menunggu di ujung lorong. Saat ia sibuk memantau seseorang yang mengejarnya, sebuah hantaman membuat ia terpental ke arah dinding. wanita itu kebingungan menyadari dia sudah di lantai dengan aroma amis yang masuk ke hidungnya. Nyeri dan perih mulai ia rasakan di kepalanya yang ternyata terluka parah, perlahan mulai menangis ketakutan.

"ah!, ah..., to....tolong!, huwa...., jangan dekati aku!, pergi!!, tolong!, Kyaaa!!!," jeritnya saat seseorang menombaknya dengan sebuah kayu panjang, perutnya terkoyak dalam dan ia masih tersadar merasakan setiap sakit yang menjalar dalam tubuhnya. Tiba-tiba yang seorang lagi mulai menarik tangan sang wanita mengguntingi satu persatu jarinya, terus berteriak kesakitan dengan kaki yang menghentak melawan. Para pelakunya hanya terkekeh senang, berbisik dan merencanakan hal-hal yang ingin mereka lakukan lagi padanya. Tak menunggu lama, salah seorangnya mengeluarkan sebuah kaleng, kemudian menumpahkan isinya ke kepala sang wanita. Jeritan menyayat perlahan menghilang dengan melelehnya kepala dan otak sang wanita. Menggelepar untuk terakhir kalinya...

.

.

.

Di sudut perpustakaan aku masih melamun. Ini hari pertama kami masuk sekolah sejak ibu meninggal. Kami?, ya..., aku dan adikku. Sambil terus melamun dengan kepala tergeletak diatas meja, aku memperhatikan cewek pucat yang sejak tadi terus mengulang adegan terjunnya. Hancur di lantai halaman sekolah, kemudian bangkit dengan kaki yang bentuknya tak beraturan, kepala pecah dengan mata yang hampir keluar dari sarangnya, kemudian menghilang. Tak lama aku kembali bisa melihat dia terjun bebas lagi dari atas. Bosan..., jadi sekarang aku memutar kepalaku, melihat kearah sebaliknya, sekarang aku bisa melihat cowok yang lagi menggelepar dengan tali yang mencekik lehernya. Tergantung di antara rak-rak buku.

Kesemuaan adalah murid yang mati bunuh diri, pemandangan yang telah biasa ku lihat. Sebelumnya kemampuanku tak begitu tajam, tapi menjadi sempurna saat umurku genap 17 tahun. Mereka sebenarnya bukanlah sebuah jiwa, hanya pecahan ingatan dari sebuah kejadian.Sedikit kaget saat seseorang..., oh..., maksudku ingatan lain duduk di sebelahku, wujudnya cewek lagi. Wajahnya penuh cakaran. Matanya yang menghitam hanya menatap hampa ke depan. Aku terus menatapinya, tak terganggu saat cewek itu kini tersenyum padaku. Hingga akhirnya seseorang tiba-tiba menepuk bahuku, duduk tergesa ditempat cewek itu duduk sebelumnya, kini menghilang tanpa jejak. Aku terdiam melihat teman buleku yang bernama Juan memasang wajah cemas.

"Sa..., adik kamu...," ucapnya berat. Aku terbelalak, jangan lagi!. Maka dengan cepat aku bangkit, berlari keluar ruangan itu tanpa peduli orang-orang yang keheranan.

"dimana?," tanyaku sambil terus berlari.

"di lantai 3, lab lama gedung SMP!," ucap temanku itu. Aku segera berbelok menaiki tangga menyebrang menuju gedung SMP tempat adikku sekolah. Menyingkirkan siapapun yang menghalangi. Hingga akhirnya kami sampai di lokasi yang kini dipenuhi para murid. Ada juga guru yang terllihat sedang membujuk seseorang. Aku segera menerobos masuk ke dalam lingkaran.

"Nusa...," desisku melihat adikku yang sedang memeluk kepalanya dengan kedua lengannya. Terus berteriak ketakutan dengan mata basah. Aku bisa melihat sosok wanita dengan kepala melepuh menjauhi Nusa. Dengan segera aku memeluk adikku yang masih menangis hebat. Tubuhnya bergetar dan dingin, membuatku hanya bisa berdecih marah. Suara ribut orang-orang di sekitar kami tak ku peduli, dengan segera aku menggendong adikku, membawanya keluar gedung. Untung ada Juan yang menjelaskan pada guru, Jadi aku tak perlu memikirkan apa-apa lagi. Hanya ingin membawa adikku menjauh dari sana.

BIAS INGATANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang