Part 8: Finding

89 6 8
                                    

Nusa masih terdiam dan menatap Daniel curiga, setelah berpikir sesaat, segera saja Nusa mencoba menerobos keluar. Melupakan kesempatan untuk membalas pukulan Daniel sebelumnya. Menyadari hal itu sejak awal, daniel segera menghalangi Nusa, memblokir pintu dengan tubuh tingginya.

"kenapa kau tak menjawab?, tak perlu ragu, aku tahu kau juga sempat kerasukan lagi kemarin, aku bisa melihat kakak-kakakmu...,"

"Serangan!, aku tidak kerasukan!," ralat Nusa tak suka disamakan dengan proses kerasukan. Dia tidak menggila dan tak terkendali seperti orang-orang kerasukan, tubuhnya tidak di ambil alih. Malah sebaliknya..., kesadaran Nusa merasuki ingatan-ingatan itu hingga ia bisa merasakan setiap detail bahkan hingga kesakitan para korban.

"oh..., serangan, baiklah kalau kau menyebutnya begitu, jadi bagaimana arwah-arwah itu memberimu informasi?, apa mereka menjadikanmu media untuk berbicara pada manusia?, tapi potongan bayangan yang kulihat kau malah terlihat begitu kesakitan," ucap Daniel membuat Nusa menghela nafas malas. Ia terpojok dengan seberapa jauh Daniel tahu tentang dirinya. Ia tak akan membiarkan laki-laki itu menyentuhnya lagi. Tapi Nusa jadi yakin kalau Daniel adalah hal nyata. Kekuatannya...

"bukan arwah, mereka ingatan. Lagipula aku tak punya kewajiban menceritakannya. Kau hanya begitu senang menemukan seseorang yang kau sebut user sama denganmu. Tapi aku tak tertarik membentuk grup penuh dengan manusia dengan kemampuan super," jelas Nusa dengan tampang serius, daniel langsung tertawa kecil tapi ia kembali fokus pada tujuan saat Nusa mencoba kembali menerobosnya dengan menyikut pinggangnya keras agar menyingkir dari depan pintu. Daniel yang sempat meringgis karena sikutan tajam itu langsung menahan tangan Nusa yang memutar knop pintu. Segera saja bayangan-bayangan acak memenuhi otak Daniel. Kemampuan psikometrinya tiba-tiba saja tak bisa ia kendalikan hingga Nusa melihat Daniel yang mengejang sesaat, Nusa segera menarik tangannya, menjauh dari Daniel yang sekarang terbelalak sadar dengan sekitarnya.

"itu...," desis Daniel antara terkejut dan bingung. Darah mulai menetes dari hidungnya membuat Nusa terpaku di tempat.

"uh..., darah...," bisik Nusa agak khawatir, mungkin Daniel menggunakan kekuatannya secara berlebihan. Daniel yang tersadar dari keterkejutannya, segera mengusap hidungnya dan menatap Nusa lebih tajam.

"ini aneh..., psikometri... adalah kekuatan yang menangkap pergerakan energi ingatan dari benda..., benda mati..., tapi aku bisa melihat informasi..., ingatan dengan menyentuhmu,"

"eh?, bukannya tadi juga kau tahu informasi tentangku dengan menekan tengkuk ku?," tanya Nusa bingung, dia tak begitu paham pada kemampuan-kemampuan supranatural. Lain ceritanya kalau Bangsa, tapi saat menyentuh tengkuknya, Nusa sadar benda yang ia gantung disana. Headsetnya..., kemarin di kantik Nusa juga memakainya dan pasti Daniel mengetahui kemampuannya saat ia merangkulnya saat terserang.

"dan..., apa kau pernah diculik?, melihat seseorang disiksa?, atau mungkin kau suka film thriller?, tidak-tidak..., terlalu nyata untuk sebuah film, kau!, bagaimana bisa kau ada disana melihat seseorang yang membedah seorang anak hidup-hidup?!!," desak daniel tiba-tiba membuat Nusa kembali terbelalak. Daniel bahkan mampu menembus ingatan dari penglihatannya!, hampir sama dengan kemampuan Bangsa!. Saat sadar Daniel mencoba memojokkannya, Nusa segera mengarahkan tinjunya ke wajah Daniel, tapi sialnya ia saat dengan mudah siswa itu mencengkram pergelangan tangannya dan menariknya kebelakang tubuhnya, mengunci dan menahannya, mendorong Nusa kasar hingga tersudut ke dinding.

"AUW!!, Ck!, sakit!, lepaskan aku!!," jerit Nusa kesakitan seakan tangannya nyaris patah. Daniel ta peduli, ia mendesak Nusa lebih keras.

" jelaskan padaku!, apa kau ada hubungannya dengan sebuah pembunuhan?!, apa kau necromancer?!, para perusak itu?!,"

"AKU TAK TAHU!!, apa maksudmu sebenarnya, akh!, tanganku..., lepaskan...," desis Nusa saat tanpa bisa menahan matanya mulai basah, perih membuatnya sesak, sedikit saja lagi Daniel menambah tenaganya mengunci tangan Nusa, maka sendi bahunya akan lepas. Nusa bisa menghela nafas lega saat dengan cepat Daniel mendorongnya berlutut di lantai. Kemudian tanpa di sangka Nusa, kedua tangannya telah terpasang sebuah borgol dengan erat.

"ap...,"

"kau harus bertemu ayahku!, cepat jalan dan jangan melawan!," ucap Daniel seraya menarik Nusa agar berdiri, kemudian dengan kasar menarik Nusa keluar kamar mandi. Tak peduli pada tatapan mata semua orang di sekolah yang saat itu sedang jam istirahat. Nusa terdiam bingung, heran, hingga kesal. Kemana ia dibawa dan kenapa bocah SMA bisa memiliki borgol?!!. Nusa hanya bisa pasrah saat itu. Ck!, Bangsa pasti ngamuk..., batin Nusa lelah.

.

.

.

"Akh!, shhh..., dasar kacang busuk!," desis Bangsa seraya menyentil kulit kacang yang sedang ia makan ke sembarang arah. Dengan kesal mengecap bibirnya yang berdarah tergigit. Kemudian Bangsa menghela nafas, menatap jam tangannya serius. Kali ini ia berharap akan ada gambaran. Sejak pagi sekali Bangsa telah menyelidiki tempat itu, sore ini ia punya rencana yang cukup besar mengingat tenaganya pasti terkuras banyak. Melihat suasana di teman itu mulai ramai, Bangsa yang duduk di bawah sebuah pohon segera memejamkan matanya. Memfokuskan pikirannya dan mulai membuka pintu-pintu yang selama ini telah ia tutup rapat.

Bangsa bisa memperluas jangkauan hingga kapasitas maksimal jika ia mau. Maka di sinilah ia..., mencoba mendengarkan setiap pikiran orang-orang di taman itu secara serentak. Silih berganti suara-suara itu memenuhi otaknya, makin lama semakin berat hingga pembuluhnya mulai pecah, mengalirkan darah dari hidung dan telinganya. Bangsa berdesis kesakitan namun ia masih belum mendapatkan apa yang ia cari hingga seseorang segera memeluknya. Memanggilnya dengan suara yang penuh dengan kekhawatiran.

"cukup..., cukup Bangsa!!," jerit Anna dengan air mata membanjiri pipinya. Bangsa terbelalak kaget kemudian menghela nafas lega saat sadar Anna yang memeluknnya. Bangsa tak membalas pelukan Anna, terlalu lelah dan tubuhnya sangat lemas.

"ku mohon Bangsa..., hiks..., u..., jangan menyiksa diri seperti ini..., kita akan mencarinya..., pasti. Tapi ku mohon tidak dengan begini," isak Anna dengan suara bergetar, dengan lembut kemudian mengusap darah di hidung suaminya.

"hum..., aku baik-baik saja sayang..., aku akan baik-baik saja..., kau hanya perlu masak yang banyak hari ini untukku untuk menggantikan energiku..., oh..., apa aku begitu wangi hingga kau nyaman memeluk kepalaku?," ucap Bangsa yang masih saja sempat membaca pikiran Anna, segera saja wanita itu memukul punggung Bangsa dengan gemas.

"Au!, aku bisa mati segera jika kau pukul begitu!," ringgis Bangsa berlebihan membuat Anna malah makin kesal, dengan geram ia menenggelamkan wajah suaminya tepat ke dalam pelukan dadanya. Menahan aliran nafas Bangsa selama beberapa saat. Ini sih..., surga dunia..., tapi kalau begini terus ia benar-benar akan terbang ke surga akhirat... pikir Bangsa sambil berusaha menikmati empuknya tempat ia sekarang tenggelam.

###

Huff..., Sorry chap ini agak pendek..., semoga kedepan bisa di panjangin lagi, :D


BIAS INGATANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang