Part 4: Hari Sial

112 5 0
                                    

"hiks..., karena itulah kami memutuskan menggunakan jasa detektif," ucap klien ku yang terus terisak sejak aku menanyakan kasus yang ia hadapi. Laki-laki muda di sebelahnya terus merangkul dan mengusap lengan istrinya menenangkan. Aku tahu benaknya sendiri kini penuh dengan kenangan tak terlupakan yang membuatnya semakin sedih. Hanya saja ia akan berusaha terlihat tegar demi istrinya. aku memahami betapa terpukulnya pasangan muda ini. Anak satu-satunya mereka telah menghilang hingga sebulan dan sampai kini tak di temukan bahkan oleh polisi.

"kalian memilih tempatku dengan mengetahui bahwa aku detektif paranormal bukan?," tanyaku membuat keduanya kaget, tak perlu jawaban ataupun membaca pikiran mereka, aku tahu mereka tak membaca pamphlet kantorku dengan seksama.

"aku memecahkan kasus dengan caraku sendiri, aku mengingatkan kalian sesegera mungkin agar kalian tak merasa aneh dan curiga pada cara yang kulakukan," jelasku, aku tak ingin kasus yang kutangani setengah-setengah dan mereka kabur di tengah usahaku menyelesaikan kasusnya, aku butuh keyakinan mereka dengan cara yang ku gunakan dan usaha yang kulakukan.

"uh... hu..., hu..., aku...aku tak peduli cara apapun yang kau lakukan..., hiks, aku ingin putriku kembali...," tangis si istri semakin tersedu membuat sang suami menatapku dan mengangguk yakin, aku menghela nafas. Aku bisa membaca pikiran dengan mudah tanpa kontak fisik, tapi tidak dengan ingatan yang telah tertanam lama, pikiran dari ingatan itu bisa ku gali dengan maksimal jika aku menyentuh seseorang. Maka disinilah aku sedang memegang pergelangan pasangan ini, bergantian mengulas ingatan mereka, tentang seorang gadis kecil yang menjadi putri mereka, bagaimana pertemuan terakhir mereka saat mengantar sang anak ke sekolah, bagaimana mereka menyadari anaknya hilang, melapor polisi, hingga bagaimana hasil penyelidikan dan pencarian polisi, aku mengulang ingatan mereka lebih dalam, mencari sosok terdekat yang mungkin mencurigakan hingga..., ah... ya..., aku menemukannya. Tapi kelihatannya ini akan sulit untuk ku jelaskan.

"boleh aku berbicara dengan istri anda berdua saja?," tanyaku pada sang pria sesopan mungkin sambil tersenyum, aku tak ingin di curigai. Pria itu menatapku ragu, kemudian menatap istrinya memastikan, hingga kemudian wanita itu mengangguk pelan dan suaminya bangkit keluar dari ruangan.

"baiklah nyonya..., aku akan berbicara terbuka denganmu..., aku ingin kau menyelesaikan ini dengan caramu..., apakah terus di sembunyikan atau kau jujur. Kau ingat malam mabuk parah saat pesta bersama teman-temanmu sebelum kau menikah?, pria mantan pacarmu?," tanyaku membuat mata wanita itu membulat tak percaya. Aku tersenyum sambil merebahkan punggungku ke sofa, menaikkan sebelah kakiku ke atas lutut dan merentangkan tanganku dengan santai disenderan sofa. Puas mendapatkan ekspresi yang memastikan jawabannya.

"ya..., aku sempat melihat pria itu saat terakhir kali kau mengantar putrimu sekolah, kau mungkin tak ingat dengan pria itu karena kau merasa tak mengenalnya, tapi apapun yang pernah di lihat manusia dengan matanya, akan selalu terekam dalam otaknya. Aku mendapati kesamaan tato di lengannya dengan ingatanmu saat di pesta, jadi aku yakin dia orang yang sama. Aku tak akan melanjutkan analisaku, kau tahu apa jawabannya, silakan menjemput anakmu nyonya, semoga ia dalam keadaan baik...," ucapku dengan senyum ramah penuh keprofessionalitasan. Hahaha, wajah wanita itu merah padam, dengan segera meletakkan sebuah amplop tebal di hadapanku.

"ini terlalu banyak nyonya...," ucapku cukup heran, tapi kilasan pikirannya membuatku menahan tawa.

"uang tutup mulut, aku akan mengurusnya sendiri, terima kasih." Ucap wanita itu dengan tatapan tajam, kemudian segera keluar dari kantorku, dari balik kaca jendela aku bisa melihat sang suami yang kebingungan di tarik paksa oleh istrinya. dasar..., kalau berbuat itu harusnya ia bertanggung jawab, jujur pada suaminya dan berharap ia di terima apa adanya. Wanita itu hamil dengan lelaki lain sebelum menikah, dan ia pernah memastikan anak siapa sebenarnya putrinya. Ia tak terima kenyataan dan terus berbohong hingga akhir. Aku yakin, mantannya telah mencari tahu lebih dulu mengingat bagaimana ia mencintai wanita itu. Oh..., ya..., aku juga laki-laki, aku akan kembali menjemput gadis yang kucintai walau ia akan menikah, dan aku akan penasaran saat gadis itu hamil... bayi itu... milikku, atau milik suaminya?

BIAS INGATANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang