Part 24: Test

40 3 4
                                    

Happy Wedding for my Big Bro, wish you the Happy life ever after...

sorry ya telat update..., yup... aq sangat disibukkan dengan persiapan merridnya bro aq..., so enjoy aja...



"Dimitri belum sadar?!," jerit Dave dengan suara yang terdengar sangat khawatir, rencananya mereka akan keluar dari kota itu, hanya saja keadaan Dimitri tak berkembang sejak mereka meninggalkan pemakaman. Jack memastikan Dimitri masih dalam keadaan stabil, walau sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda akan sadar dalam waktu dekat.

"We leave him here..., akan kehilangan pengalih perhatian tapi nanti akan ada jalan keluarnya," ucap Rachel final.

Dave menatap wanita tomboy itu gelisah. Jika Dimitri ditinggal, maka ia akan menjadi salah satu yang menemani. "With... with who?." tanya Dave membuat perhatian Rachel teralih padanya. Sesaat wanita itu menghela nafas berat.

"Shane kita berhenti di perbatasan, turunkan Jack dan Dimitri. Kau akan berkendara bersama Dave dan King." Info Rachel lewat alat komunikasi mereka. Terdengar suara roger tegas dari depan sana. King menaikkan alis heran, tapi kemudian ia menyadari maksud dari pimpinan rombongan kecil itu. mendengar namanya tak termasuk ke dalam kelompok yang akan ditinggalkan, Dave tersenyum lebar.

"Well, we need the shield. Bukannya sekatmu bisa menahan apa saja yang ingin kau tahan?, itu akan sangat berguna nanti agar kita tak mati karena over dosis kinesis," jelas Rachel dengan suara monoton. Masih dengan penuh konsentrasi terus mengemudi semakin menjauhi pusat kota. Peti besar itu terikat kuat di bagian belakang mobil mereka. Menarik perhatian pengguna jalan yang lain namun tak ada yang mecoba mengusik.

"Sweet..." ucap Dave lega. Selanjutnya Jack menghubungi dr.B, membawa kembali Dimitri untuk mendapat perawatan. King dan Dave berpindah tempat ke dalam mobil van bersama Shane. Kali ini hanya mengikuti mobil yang dikendarai Rachel di depan mereka.

Saat mereka kembali bergerak, Ramos mulai menghisap rokoknya, melirik Rachel sekilas. "Kinesis seperti apa yang didapat Dimitri hingga ia mengalami koma seperti itu?, apapun yang bisa dilakukan bocah itu masih sangat tak stabil dan berbahaya." Ucapnya mencoba mengingatkan. Rachel hanya meyakinkan Ramos mereka akan mendapatkan jawabannya saat mereka sampai ke tempat yang akan mereka tuju sekarang. Tak banyak lagi bertanya, Ramos akhirnya terdiam menikmati batang beracunnya.

...

Tengah malam, akhirnya rombongan itu masuk ke kawasan khusus yang jauh terpencil di sebuah pulau. dari pintu masuk menuju jalan satu-satunya ke pulau itu, ada pos pemeriksaan yang dijaga tentara khusus namun sepertinya tak ada hambatan berarti karena mereka langsung diberi akses masuk. King dan Dave sudah sejak lama ada di alam mimpi saat mereka masuk ke sebuah fasilitas luas dengan keamanan tingkat tinggi itu, fasilitas penjara federal Amerika.

"hei..., kita sudah sampai, bangun!" Shane memutar kursinya menghadap ke arah belakang yang penuh dengan berbagai peralatan komunikasi dan komputer. Mirip dengan van pusat data yang dimiliki polisi. Shane memodifikasi mobil itu hingga lebih fleksibel, jok-jok nya bisa berputar sedemikian rupa hingga pergerakan di dalam mobil bisa seminimum mungkin. King dan Dave berbaring nyaman di lantai van membuat Shane tak habis pikir.

Tak butuh usaha lebih untuk membangunkan King karena ia harus terus dalam keadaan siaga. Ia memang sudah mampu menghalau ingatan lemah tanpa perlu khawatir. Tetap saja Ingatan yang ia rasakan di pemakaman sebelumnya itu adalah level lain yang hanya bisa ia hindari dengan usaha lebih.

"hei kid! Get up!!."jerit Shane lagi menyadari Dave sama sekali tak bergerak, hingga suara hantaman di dinding van mengagetkan mereka semua. Dave terperanjat dan terduduk dengan bingung.

BIAS INGATANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang