Part 7 Psychometris

84 7 5
                                    

Aku sudah lelah menangis, dan memikirkan hal buruk yang ku alami kemarin, jadi sekarang aku sedang menggosok gigiku dan memulai hari kembali seperti biasa. Lagi pula aku akan baik-baik saja jika aku bisa lebih focus hari ini. Aku tak ingin terlihat muram, aku tahu keinginan pindah saat ini tak memungkinkan, tidak saat aku sudah menjanjikan pembalasanku pada Bangsa, tidak juga karena mood Bangsa lagi parah...

Aku memeriksa memar di wajahku, membiru tapi tak cukup jelek untuk ku sembunyikan. Jadi sekarang ku putuskan memamernya, biar semua sekalian tahu bagaimana hasil dari pemukulan kemarin. Dengan yakin aku menyisir rambutku ke belakang kemudian menjepit poniku di puncak kepala. Memakai kaus hitam dengan kemeja krem tak terkancing, jins hitam dengan sepatu kets tinggi. Menggantung headsetku di leher dan meraih ranselku di atas meja belajar.

Krek...

"mau kemana?," Baru juga aku menutup pintu kamarku, Bangsa menyambutku dengan pertanyaan datar. Aku tak tahu ia pergi kemana sejak pagi-pagi sekali, tapi itu membuatku bisa menyusup untuk bersiap-siap di kamarku sendiri. Tak menjawab dan hanya menggaruk dahiku malas membuat Bangsa menggeram rendah.

"kau kena serangan parah kemarin dan sekarang mau jalan-jalan dengan kemungkinan bakal diserang ingatan dari korban pembunuhan orang gila itu?!," bentak Bangsa dengan tatapan tajam, aku takut tapi aku tak akan menjalani hidup seperti dulu, mengurung diri menghindari makhluk-makhluk itu. Lagi pula sakitnya ya saat itu juga, aku tak akan mati hanya karena terkena serangan. Saat kembali menatap Bangsa, matanya kini melembut, dia tak perlu jawabannya sekarang karena telah mendengarnya sendiri langsung dari gelombang otakku. Bangsa berbalik masuk ke kamarnya. Ck!, kenapa dia jadi mellow gitu? Malas berlama-lama, aku langsung menuruni tangga dan keluar dari apartemen.

"tunggu dek!, kamu pakai ini..., aku harap ada dampaknya...," Anna tiba-tiba datang dengan belanjaan banyak, segera dia menyinggirkan belanjaannya dan merogoh sesuatu dari saku jaketnya, tanpa bisa menolak, Anna sudah memakaikan sebuah gelang bermanik putih gading, bentuk maniknya tak terlalu beraturan.

"ini dari tulang hiu, katanya bisa jadi jimat pelindung yang bagus...," ucap Anna sambil menggenggam tanganku erat. Ampun deh!!, pasti ia bawa dari jepang. dengan malas aku membalas genggaman erat kedua tangan hangat wanita di depanku ini. Wajah cantik dengan rambut pendek  yang pirang membuatnya tampak manis dan segar. Dia sangat baik dan aku menganggap dia kakakku sendiri, tapi..., ini sudah berlebihan sebenarnya...

"mereka bukan hantu kak..., berbeda, mereka ingatan yang bisa menghilang jika sumber dendamnya hilang. Bukan dengan cara ini buat mengusir mereka, Bangsa juga kenapa sampe ngegambar yang aneh-aneh di kamarnya?. Dia sendiri tahu perbedaan hantu, jin, apapun itu dengan ingatan, kami sama sekali tak berurusan dengan hantu," ucapku meyakinkan, tapi Anna menggeleng kecil.

"pakek aja jangan membantah!, Bangsa sudah melakukan sebisanya buat kamu, jadi anggap ini usaha aku..., dengar?, jangan dilepas oke, semoga harimu menyenangkan Nusa...," ucap Anna sambil kemudian mengecup pipiku. Dalam diam aku menatap Anna yang langsung naik ke apartemen. Mereka terlalu khawatir..., aku baik-baik saja sekarang..., sungguh.

.

.

.

"itu impalement, salah satu metode penyiksaan kuno yang paling sadis..., anak kecil itu di sula Anna!, pelakunya sakit jiwa!, dan menikmati semuanya!," teriak Bangsa yang dengan geramnya sedang membereskan kamarnya yang penuh buku dan lingkaran pengusir setan.

"aku tak melihat wajahnya, pria itu selalu memakai topeng hingga akhir, kau tahu yang kulihat selain itu?!, Nusa melihat masa depan pria itu yang kembali menculik anak lain dan akan membedahnya dan mengeluarkan isi perutnya hidup-hidup!, that crazy bastard!!," maki Bangsa dengan wajah makin merah, Anna segera memeluk suaminya, menepuk punggungnya berkali-kali dengan dada sesak. Anna sendiri ingin menangis mendengar ada anak lain yang saat ini akan dibunuh sedang ia tak bisa berbuat apa-apa, bahkan dengan kemampuan Bangsa, mereka tak akan bisa menyelamatkannya tepat waktu.

"kita akan menangkapnya sayang..., aku janji, hari ini juga aku akan ke kantor baruku dan meminta informasi tentang kasus penculikan atau kehilangan anak, akan kita mulai dari sana...," ucap Anna dengan pasti. Bangsa kemudian balas memeluk Anna erat. Dia sangat marah dan geram, tak bisa membayangkan rasa sakit yang di alami Nusa, yang di alami anak-anak itu..., ia sangat marah hingga kepalanya sakit dan ia mulai mual.

"kita harus mengungkap kasus ini Anna...," guman Bangsa seraya mengecup pucuk kepala istrinya, kemudian mencoba tersenyum kembali.

...

Di lain sisi Nusa telah berdiri tepat di depan lokernya, membukanya dengan hati-hati dan bersyukur tak ada apapun yang mencurigakan di dalamnya. Sejak ia tiba, semua mata murid yang berpapasan menatapnya heran, dan mungkin penasaran. Nusa tak peduli, dan ia lebih sangat bersyukur karena belum mendengar seorangpun menjulukinya si anak epilepsy. Setelah yakin lokernya terkunci dengan baik, Nusa pergi mencari kelas pertama yang harus ia ikuti hari itu. Hingga seseorang datang menghampirinya...

"OMG!, Daniel beneran memukulmu kemarin?!, ck..., maafkan dia Nusa..., aku tahu ini pasti karena aku bukan?," ucap gadis itu dengan tampang yang tak bisa dianggap menyesal. Nusa berdesah malas, hanya menatap Daisy dengan tenang. Kali ini Daisy bergaya kasual, jins dan tanktop yang tak mampu menyembunyikan pusarnya yang ternyata ditindik. Di pinggangnya seperti biasa Daisy mengikat cardynya di sana.

"ah..., lihat..., pelipis dan pipimu sampai memar begini, kalau begitu aku akan mentraktirmu makan siang hari ini!, sebagai permintaan maafku, jadi kau tak boleh menolak...,"putus Daisy seenaknya membuat Nusa mengerutkan dahinya heran.

"no..., tak perlu.hanya perlu kau menjauh dariku dan jangan muncul lagi...," ucap Nusa dingin sambil berusaha melewati gadis cantik itu. Daisy tak membiarkan, dengan kuat mencekal lengan Nusa.

"tak ada bantahan!, atau aku akan mengikutimu dan selalu muncul di depanmu...," ucap Daisy dengan senyum merekah penuh makna, bibir pinknya kini menjadi perhatian Nusa, namun ia langsung mengalihkan pandangannya ke belakang gadis itu. Di sana..., cowok kemarin, yang Daisy katakan sebagai Daniel..., menatapi mereka dengan tajam. Segera Nusa melepaskan lengannya yang dipegang Daisy, berbalik dan segera pergi dari sana. Daisy hanya tersenyum lebih lebar, melirik ke arah Daniel sekilas kemudian ikut pergi dari lorong yang mulai di penuhi murid-murid sekolah itu.

Sepanjang jam pelajaran, Nusa yang duduk dekat jendela terus menatap ke luar dengan tenang. Terkadang ia kehilangan focus saat ia melamun seperti itu hingga ia sadar dan menepuk pipinya dengan mata lelah. Ia sangat mengantuk, membaca bisa menjaga fokusnya tapi sama sekali tak membantu jika ia dalam keadaan mengantuk. Bunyi bel yang nyaring akhirnya menyelamatkan Nusa dari pelajaran membosankan hari itu. Dengan segera ia menyambar ranselnya dan berjalan tergesa ke arah toilet, masuk kesana kemudian menghampiri salah satu westafel, mencipratkan air segar ke wajahnya dan menghela nafas lega.

"gua beneran butuh tidur...," desis Nusa menatapi bayangannya di cermin, matanya merah karena kantuk juga karena air yang sempat masuk ke matanya, agak pedih, tapi sedikit membuatnya terjaga lebih lama. Nusa mendapat serangan 2 kali dalam sehari kemarin, dan itu benar-benar menghancurkan mental yang cukup lama ia bangun, ingatan keracunan memang tak berdampak begitu berarti, tapi tidak untuk serangan yang kedua. Nusa kembali mual mengingat sensasi saat organnya hancur perlahan karena sebuah tombak tajam, Nusa ingin muntah untuk kesekian kali tapi ia tak bisa mengeluarkan apapun karena sama sekali belum makan sejak pagi.

"ugh..., great...," desah Nusa sambil kembali membasuh wajahnya. Ketenangannya terganggu saat beberapa orang masuk, awalnya Nusa tak menyadari hingga salah seorang dari siswa itu mendekatinya, dan dengan kasar mencengkram tengkuk Nusa kemudian menahannya di tempat.

"ternyata benar..., seorang User hm..., kau mengundang sesuatu masuk ke tubuhmu...,"ucap Daniel dengan suara sedikit antusias, Nusa terdiam saat mendengar apa yang diucapkan siswa dengan tinggi badan di atas rata-rata itu mengingat ia atlet basket. Sesaat kemudian cengkraman di tengkuknya melonggar dan Daniel meminta teman-temannya meninggalkan mereka berdua.

"sekarang..., ceritakan bagaimana detail kekuatanmu bekerja, apa kelebihannya dan apa yang bisa kau lihat...," ucap Daniel tenang sambil bersender di westafel sebelah Nusa, dengan was-was Nusa bergerak menjauhi Daniel, dan dengan tajam menatap pemuda tinggi itu.

"siapa kau?," Tanya Nusa membalas pertanyaan Daniel.

"hahahaha, hm..., sama sepertimu aku user, tepatnya..., psychometri user," ucap Daniel membuat Nusa terbelalak tak percaya...


BIAS INGATANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang