Part 2: COMING BACK

160 6 0
                                    

Nusa terus berteriak sepanjang malam. Aku bersyukur kamarnya memiliki peredam suara karena Nusa telah mengalami serangan sejak umur 10 tahun, walaupun serangan kecil. Kali ini aku mengikat kedua tangan dan kakinya. Kemudian aku duduk meringkuk disamping ranjang Nusa. Aku terus terisak dan menyadari ada yang tak beres, Nusa terus dirasuki, bahkan oleh ingatan yang sama untuk beberapa kali. Mereka kemudian akan menatapku..., seakan berkata sesuatu.

"apa mau kalian?, menjauh dan pergilah!!, jangan siksa adikku!," bentakku seraya mengibaskan mereka, tapi tak ada gunanya. Nusa mulai mimisan, dia sudah tak sanggup lagi, ini gawat, dengan tangan gemetar aku mencoba menyadarkannya, aku tahu ini tak berguna.

"Nusa!, Nusa sadarlah!, itu tak nyata!, semua hanya ingatan! Tak nyata!, kau baik-baik saja!," ucapku dengan nafas tercekat, aku bahkan harus menyumpal mulutnya tak ingin sesuatu yang buruk terjadi. kilasan seseorang sedang di gergaji kembali ku lihat. Kali ini di tempat berbeda, setelah beberapa saat Nusa terdiam, ia kembali dirasuki dan aku menggeram marah seraya mencoba mencegah, tapi percuma, Nusa kembali mengejang dengan teriakan tertahan. Apa mau mereka!!

"aku akan mencari tahu..., bertahanlah...," ucapku pasti, dengan segera aku menempelkan dahiku pada dahi adikku, menerima seluruh ingatan mengerikan yang dialaminya. Aku sampai menggigil hanya dengan pemandangannya saja. Tapi aku mendapatkan petunjuk, mereka semua adalah korban dari orang yang sama. Ada yang baru 2 jam sebelumnya, beberapa hari yang lalu, seminggu yang lalu..., semua..., korban mutilasi, dan tak ada yang diketahui dimana jasadnya hingga kini. Dengan nafas tersengal dan air mata yang masih menetes, aku menatapi wajah Nusa yang memucat. ingatan yang merasukinya perlahan keluar, dengan geram aku memperhatikan mahkluk-makhluk menjijikkan itu.

"aku tahu mau kalian!, jangan dekati adikku!, kalian hanya perlu aku!, jasad kalian akan ditemukan!, dan pelakunya akan di tangkap!, jadi jauhi adikku!," teriakku marah, tak tahunya mereka ternyata mendengarkan, perlahan menghilang satu persatu. Aku kembali menatap Nusa yang sama sekali tak sadarkan diri lagi. Oh Tuhan!!!, aku tak bisa membaca pikiran para ingatan itu dan mereka memilih Nusa untuk menyampaikannya padaku!, aku muak dengan kekuatan kami!.

Setelah malam itu, aku menulis list para korban dan dimana mereka dibuang, menulis nama pelaku dan alamatnya dengan lengkap. Dengan hanya berbekal surat kaleng itu, aku mengirimnya ke kantor polisi. Beberapa hari kemudian ternyata ada polisi yang peka dan akhirnya kasus terbongkar, kasus yang terjadi sejak 2 tahun lamanya. Aku menghela nafas lega, melihat berita itu lewat tv. Nusa yang baru saja membuatkan kami coklat hangat segera ikut duduk di sebelahku, memberiku segelas minuman manis itu dan ia mulai kembali memeluk lututnya. Kantung matanya menghitam. Ia ketakutan dan tertekan. Trauma dialaminya selama berhari-hari. Untung tak ada serangan lain setelahnya. Kami tak sekolah sejak hari itu, dan aku memutuskan sesuatu.

"ayo kita pergi Nusa..., ke tempat yang tak ada kematian..., jika kita mulai bosan, kita bisa melatih mu. Mengontrol kekuatanmu agar kau bisa menolak serangan-serangan mereka. Aku tahu kau pasti bisa...," ucapku membuat Nusa menatapku diantara lengan dan lututnya. Tersenyum kecil padaku.

"ayo kak..., aku tak sanggup lagi..., aku akan bunuh diri nanti malam andai saja kau tak berkata begini...," ucapnya dengan tatapan serius. Aku terbelalak.

"tidak!!, apapun yang terjadi jangan lakukan itu!, aku akan mencari cara!, jadi kumohon jangan tinggalkan aku!," ucapku seraya memeluknya erat, kami sama-sama mulai terisak. Aku tahu aku egois karena tak ingin ditinggalkan sendiri. Tapi aku menyayangi adikku dan tak akan ku biarkan dia menderita lagi..., aku janji itu.

3 tahun kemudian.

Bangsa keliatannya belanja banyak, beberapa kantong plastic malah hampir jatuh, tapi dia berhasil sampai tujuan, setelah naruh semua barang ke jok belakang, dia mulai duduk santai dan nutup pintu mobil.

"ini hari ultah mu kan?, tak sabar, kira-kira kekuatan apa yang kau punya kali ini...," ucap Bangsa dengan senyum lebar. dia banyak berubah, yah berhubung dia resmi jadi cowok dewasa. Kami sekarang menuju kembali ke apartement yang baru kami sewa di kota besar itu. Dulu Bangsa hampir stress pas pertama kekuatannya bangun dan ngeliat mahluk astral berbagai macam bentuk. Ibu sampai memutuskan membawa kami ke amerika demi menghindari makhluk mengerikan yang lebih variatif di Indonesia..., pas ibu meninggal, Bangsa mutusin pindah ke Jepang, ada desa dengan kematian karena pembunuhan berindeks nol. Jadi ingatan yang sempat kulihat hanya lah kematian orang sakit, bunuh diri atau korban perang. Tapi untuk jenis terakhir lama-lama aku tak mengalaminya. Ingatannya lemah dan aku mulai bisa mengatasi. Sekarang akhirnya kami balik lagi ke amerika. Melanjutkan hidup yang sempat berantakan, Bangsa ngelirik aku yang tak ngejawab pertanyaannya sama sekali.

"kau tak perlu khawatir, umur 17 akan membuatmu semakin bisa mengontrol kekuatan itu. Sekarang saja kau bisa menolak ingatan-ingatan lemah, jadi tak seintensif dulu kan?, ya semoga aja kekuatan barumu bisa lebih bermamfaat dari yang ini," ucap Bangsa lagi, aku menatapnya sekilas, Cuma berhum singkat mengiyakan. Aku juga banyak berubah, setelah merasakan kematian berkali-kali, tentu saja aku akan berubah. Kadang-kadang ingatan dengan dendam dan trauma kental menyerangku dan Bangsa akan meredam mereka dengan menemukan mayat serta pelakunya. Aku terlalu terbiasa untuk itu. Hanya saja..., bagaimana dengan kekuatan keduaku?, aku terlalu takut membayangkan apa yang terjadi nanti tepat pukul dua belas malam. Bangsa sangat beruntung mendapatkan kekuatan menglihat kasat mata dan membaca pikiran sebagai kekuatan keduanya, dia cocok jadi polisi..., tapi dia jadi detektif swasta sekarang. Haha, ya..., dia detektif dan cukup terkenal di jepang. Para polisi terkadang memintanya ikut penyelidikan dan pengintrogasian. Apalagi kalau aku dapat serangan, Bangsa bakal menyelidikinya secepat mungkin.

"hei..., ayolah dik..., kau harus menikmati hidupmu..., kau bisa masuk sekolah lagi besok...," ucap Bangsa mencoba membuatku senang. Oh yeah..., aku tak senang..., apalagi setelah sekian lama hanya melakukan home shooling. Sekolah public adalah tempat paling menyeramkan.

"sekolah itu tidak menyeramkan, aku sudah menjalaninya dan masa SMA itu adalah masa yang paling indah kau tahu?," ucap Bangsa membuatku memutar bola mata.

"bisa kau berhenti membaca pikiranku?, aku butuh privasi disini...," ucapku malas sambil melirik suasana malam gelap di sepanjang jalan, kami memasuki kawasan sebuah danau luas di pinggiran kota.

"oh..., ayolah..., sudah lama kau tak memanggil ku kakak..., mana sih Nusaku yang manis dulu....," protesnya dengan suara manja. Aku sampai menggeleng malas, aku bukan lagi anak kecil. Jadi wajar manggil dia dengan nama. Lucu saja pas orang melihatku memanggil dia big brother dengan manjanya.

"itu tak lucu..., itu manis...," desisnya dengan wajah serius.

"damn!, kau bisa berenti tidak kak!?," teriakku frunstasi.

"hei!, tak ada makian!, dan tuh..., itu lebih baik..., tak ada yang salah dengan memanggil kakak ke kakakmu sendiri, dasar anak jaman sekarang," protesnya lagi. Ya... dia banyak berubah, sekarang makin cerewet. Setelah memikirkan itu Bangsa Cuma berdeham dan mendelik padaku, dan aku hanya berdecih malas.

###



BIAS INGATANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang