Awal Pertama

1K 30 3
                                    

Altair duduk dikursi samping Ana, adiknya. Matanya terus menatap perempuan itu yang heboh bercerita dengan papahnya.

"Ah... Papah! Gak gaul nih?!" Mata indah abu-abu milik Ana tepat menatap matanya, "-eh, kamu udah siap?"
Ata hanya mengangguk seadanya.

"Udah sarapan?" Tanya wanita itu lagi.
"Belum."
Ana tersenyum manis, "yaudah, kamu sarapan dulu. Aku masih mau ngobrol sama papah."
Sambil mengunyah nasinya Ata menatap kedua orang tersebut tertawa, tak ayal membuatnya tersenyum sumringah.

"Kamu kok makan sambil senyum-senyum gitu sih, sayang?" Suara mamah yang tiba-tiba muncul membuat anak lelaki itu tersedak. Dengan cepat, ia mengambil gelas berisi air disamping piring kemudian meneguknya hingga setengah bagian.

"Mamah! Ata kaget tau!" Geramnya setelah mengatur nafas. Balasan mamahnya hanya tertawa kecil dengan sedikit cubitan dipipi, "sorry ya, sayang. Mamah gak bermaksud ngagetin kamu kok."
Ata memutar bola mata kesal.

"Ata?" Panggil Ana yang kini melamgkah menghampirinya bersama papah. "Udah siap?" Tanyanya saat sudah disampingnya.
"Sudah." Jawab Ata singkat.

Alfan tersenyum, "sebelum kalian berangkat, ayo kita berpelukan."
Ata menghela nafas kasar. Kenapa tradisi itu masih ada saja ya tuhan?.
"Ata, kok diem sih! Ayo sini!" Teriak mamah sebelah tangannya terbuka sedangkam Ana sudah masuk dalam lingkaran pelukan tersebut.

"Hn." Jawabnya malas kemudian melangkah mendekat. Mereka berempat berpelukan.
"Kita akan selalu memjaga satu sama lain." Ucap Alfan.
"Kita akan selalu bersama." Lanjut Nera.
"Dan kita akan selalu mencintai. I love you, mah, pah." Ucap Ata dan Ana bersamaan. Tak lama mereka melepaskan pelukan. Alfan mencium pipi istrinya dan anak perempuannya kemudian bertosan ala lelaki pada Ata. "Hati-hati dijalan, jagoan."
"Ya, pah."
"Kamu ngendarain mobilnya jangan kencang-kencang ya." Peringat mamah Neta lembut.
Sudut bibir Ata terangkat, "siap." Setelah menjawab itu ia melangkah keluat rumah diikuti Ana dari belakang.

"Bye! Papah Mamah!" Teriak anak perempuan itu dengan ceria.

。。。。。。。。。。。。。。。。

"EH ITU KAK ATA!
"GANTENG BANGET!"
"TATAPAN MATANYA... "

"Cie, ada yang ngomomgin kamu tuh!" Sindir Ana sambil menyikut kembarannya.
Ata hanya diam sambil terus melangkah.
"Ih! Dasar kulkas!" Geram Ana lalu menggembungkan pipinya. Menurut Ana, kakakmya itu orang yang terlaly serius, dingin, jarang berbicara tanpa kecuali pada dirinya juga.
Karena kesal Ana mencubit lengan Ata kencang tetapi reaksi lelaki itu hanya menatap dirinya tajam sambil bertanya, "kenapa?"

"Kamu dengar aku ngomong gak sih, Kak Ata?"
Tanpa diduga Ata tersenyum lembut, "aku dengar kok, sayang."
Muka Ana sontak langsung memerah, "dasar kulkas tukang gombal!" Kemudian melangkah begitu saja meninggalkan Ata dibelakang yang tersenyum misterius.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Waktu istirahat Ata lebih memilih menyendiri dipojokan kantin. Matanya tak henti menatap Ana yang berbeda 4 meja didepannya. Adiknya itu sedang berbicara heboh ala perempuan bersama teman-temannya. Berbeda dengan dirinya, Ana lebih bisa bergaul dengan orang lain.

Tanpa disangka Ana dan teman-temannya menatap dirinya. Kening Ata berkerut tak memgerti. Tak lama Ana melambaikan tangan sambil menyengir kuda. Sudut bibir Ata terangkat sedikit.
"Dia senyum!"
"Ata kalo senyum kayak gitu ya, Na?! Manis banget!"
"Ana, kakak lo cakep banget!"
"Na, comblangin gue sama kakak lo dong!"

Teriak histeris teman-teman Ana terdengar ditelinga Ata lalu dia mendengus kesal, "berisik."
Karena males mendengar ocehan perempuan-perempuan tersebut Ata lebih memilih mendengar lagu dihpnya. Setelah alunan lagu terdengar earphone, Ata menutup matanya sambil melipat tangan didepan dada.

Karena Cinta Kita BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang