Cerita Masa Lalu (Alfan dan Nera)

290 17 2
                                    

(Altana POV)

Pembicaraan Ata beberapa lalu ditelpon membuatku tak percaya, ia berkata kalau mamah ada dirumah sakit bahkan saat berbicara ditelpon pun suara Ata bergetar seperti menahan tangisan.

"Pak, saya turun disini." Ucapku kepada pengemudi metromini.
"Disini?" Tanya kak Arga disampingku.
"Ya,"
"Bagus," dia berdiri terlebih dahulu. Tangan kanannya memenggang tongkat sedangkan tangan lainnya mengenggam tanganku, "kasih uangnya dan jangan ngomong apa-apa."

Aku hanya mengangguk, kami memang memilih tempat duduk ditrngah bus. Saat kami melangkah kedrpan bermaksud untuk turun, aku melihat tatapan menggoda dari para lelaki di dalam bus. Mereka seakan ingin memankanku. Cengkraman yang kuat tangan kak Arga mrnyadarkanku, langsung saja ku berikan uang yang ku pegang lalu turun perlahan dibelakang kak Arga.

Sebelum benar-benar turun aku mendengar ada yang bersiul lalu berkata, "gila, man! Minta diajak tidur banget!"
Aku menegang kaget, kak Arga semakin menyeretku untuk menjauh dari bus.

"Kenapa mereka menatapku seperti itu?" Pertayaan yang ku lontarkan membuat Kak Arga berhenti melangkah lalu melepaskan genggamannya, "mulai besok, jangan kayak tadi lagi, ngerti?"
Aku mengernyit, "maksudnya?"
"Jangan pernah nungguin gue lagi."
"Ke-kenapa?"
Kak Arga menghela nafas, "pokoknya jangan."
Aku menggeleng, "gak. Ak-,"
"ALTANA!" Teriaknya tinggi membuatku terkesiap kaget lalu tak lama menghela nafas, "gue memerintahkan lo seperti itu karena gue mau ngelindungin lo."

Kepalaku mendengak peralahan kemudian mengamati setiap inci wajahnya. Memori tentang dirinya kembali keluar dipikiranku. Saat ia berjalan sendiri ditengah hujan. Saat ia hanya terdiam dikala orang-orang menghina dirinya.

Aku tak mau ia terus-menerus seperti itu. Hidup sendirian tanpa ada yang menemaninya. Maka dari itu aku datang padanya dan meminta agar aku selalu bisa bersamanya.

Tapi mengapa sekarang dia bilang padaku kalau ia ingin melindunginku? Bukan seharusnya aku yang melindunginya?

Tanganku perlahan coba menyentuh pipinya, saat jari ini mengelus pipinya ia terdiam kaget. Kepalaku menggeleng, "gak, gak. Aku gak akan pernah mau menuruti perintah kakak."
"Altana." Panggil Kak Arga pelan. "Tolong, kali ini turutin perin-," belum sempat ia menyelesaikan ucapannya aku kembali berbicara. "Aku ingin jadi mata untuk kakak yang bisa menuntut kakak. Jadi ku mohon jangan menyuruhku pergi."

"Ck, dasar keras kepala." Ucapnya setelah dalam keterpanaan lalu tak lama sudut bibirnya terangkat.

(Altair POV)

Mata gue menatap lantai rumah sakit. Sudah tiga puluh menit gue disini menunggu kabar selanjutnya dari keadaan mamah. Ini pertama kalinya mamah seperti ini, setau gue dia gak mempunyai penyakit serius.

Tapi kejadian tadi membuat gue menggeleng tak percaya. Tangan gue bergetar hebat, "enggak mungkin."

*flashback*

Gue yang baru saja sampai rumah hanya terdiam disofa. Keadaan rumah terlihat sepi.
"Tumben sepi, apa mamah gak ada dirumah?" Ucap gue penasaran kemudian melangkah kearah kamar mamah. Ternyata dugaan gue salah, mamah ada dirumah dan sekarang ia sedang tertidur nyenyak.

Gue hanya tersenyum dan kembali menutup pintu kamar. Setelah itu gue berjalan kearah kamar sendiri, berbaring diatas tempat tidur, dan tanpa disangka ikut terlelap tidur.

Mata gue tiba-tiba terbuka kemudian melihat kearah luar ternyata lamgit sudah berubah warna. "Udah jam berapa ini?" Dilihat jam dinding yang menunjukkan pukul 18.47. "Tumben mamah gak membangunkan gue untuk mandi."

Karena Cinta Kita BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang