Kembalilah Cinta

110 6 3
                                    

"sepertinya permasalahanmu dengan Zio belum selesai ya?"

Bola mata Alfan melebar tak percaya sedangkan Altair dan Arga terdiam tak mengerti. "sebenarnya lo ini siapa?"  tanya Alfan dengan muka tak suka.

Seperti biasa Allen hanya diam dan kembali mengajak anaknya untuk pulang. "orang tadi siapa, Altair?" Tanya Alfan menyelidik dengan masih menatap bekas jejak Allen dan Arga. Kepala Altair menggeleng, "Ata juga gak tau pah tapi mereka keliatan mirip. Apa itu kakaknya Arga?". Diliriknya sang papah yang masih terlihat tak suka.

"mungkin." bibir Alfan menyeringai suka, "-menarik sekali. Orang tadi ternyata juga kenal Zio dam Sifatnya... tidak salah lagi.. Gue kenal... Sadis dan Keras kepala... mirip seperti sifat Zio."
Alis Altair, "sadis? emangnya om Zio ngelakuin apa sampai papah bilang sadis?"
Alfan membalikkan badannya, "bukan apa-apa, ayo kita pulang."

~~~~~~
Allen yang beriringan melamgkah disamping anaknya tiba-tiba dengan cepat mundur beberapa melamgkah bermaksud menghindari tendangan Arga padanya.

"dasar kau manusia keparat, Allen! lihat yang kau lakukan padaku!!!" teriak Arga dengan suara aneh. Bola mata Allen menatap Arga dari jauh. Kini anaknya itu tengah dirasuki. Mata kanan Arga berubah menjadi merah dan sekitaran bola mata yang putih berubah menjadi hitam.

"hm." Dehem Allen dengan senyuman, "-kau menyadari keberadaan ku dengan cepat, Verio."
"berani-beraninya kau menyebut namaku, dasar manusia tak berguna!" teriak tubuh Arga sebelah kanan lebih kencang. Ditubuh sebelah kiri Arga mengerang kesakitan, "aa.. dasar iblis sialan.."
"hahahahah... kau lupa sudah beberapa hari ini kau tidak minum darah jadi dengan mudah aku bisa merasuki tubuhmu lalu membunuh mu dan-" Kedua bola mata Arga menatap Allen yang hanya diam, "-Ayah mu yang bodoh itu."

Kepala Arga menggeleng, "enggak! jangan!"
"kau lupa dengan apa yang telah dia lakukan padamu?" Tanya iblis itu dengan cengiran, "membuatmu terlahir didunia, meninggalkanmu sendirian dengan keadaan buta lalu membuatmu menjadi monster seperti sekarang." Bola mata Arga bergetar tak percaya. Ucapan yang keluar dari iblis itu benar. Entah kenapa dada Arga terasa sangat sesak. Pikirannya melayang saat ia sendiri, ia kedinginan, lalu saat tak ada seseorang disampingnya. semua rasa kesakitan itu karena orang didepannya ini. yang disebutnya seorang Ayah. Bagaimana dia percaya dengan orang yang telah membuatnya tersiksa?

Ayah dan ibu menyayangimu, Arga.

Suara yang entah darimana muncul membuat mata Arga terbuka dengan cepat. Ia tatap sang ayah yang kini tersenyum dengan tenang. "ayah." ucap Arga bergetar. Perlahan air matanya jatuh. "-tolong, Arga."

Allen menghela nafas. Bola matanya menatap tajam Arga yang kini tepat didepannya, "sudahlah, Verio. Kembalikan tubuh anakku." Dua jari Allen menekan dahi Arga, "-atau aku sendiri yang akan melakukannya. sepertiny kau butuh penyegelan iblis yang lebih kuat ya?"
Tubuh sebelah kanan Arga menegang tak percaya, "kau... apa yang ingin kau lakukan lagi pada ku?"
"tenang.. aku tak akan melakukannya kalau kau mau mengikuti perintahku." jawab Allen merasa dirinya kini tengah menang.

"cih."
"bertemanlah baik dengan anakku Verio. Dia sama sepertimu yang merasa kesepian. Kalau kau berteman dengan Arga, kau mungkin tak akan merasakan kesepian lagi." ujar Allen dengan tenang yang mampu membuat Verio terdiam tak percaya.

Tiba-tiba tubuh Arga bersimpuh diatas aspal. Nafasnya terengah-engah. Allen tersenyum saat Arga mendongak menatapnya, "sudah kembali ya? wah Verio baik sekali pada anakku. Aku kira dia akan terus merasuki mu." lalu sebelah tangannya menepuk bahu Arga, "perlahan. kau pasti bisa berteman dengan iblismu, Arga."
Arga membuang tatapannya, "Arga gak yakin."

Didalam perjalanan menuju rumah, Arga dan Allen hanya diam tak bicara. Setelah Allen membuka pintu rumah, Arga tersentak lalu bertanya, "ayah tau rumah Arga?"
"aku terus mengawasimu, Arga. Tentu saja aku tau. Setiap yang kau lakukan aku tau." jawab Allen setelah menjatuhkan dirinya diatas bangku triplek. "haha.. ternyata yang Renata katakan benar."
Alis Arga terangkat, "emang apa yang ibu katakan?"
"kau cengeng seperti dirinya dan terlihat sinis seperti diriku." Allen tertawa lebih kencang yang membuat Arga berdecak tak suka, "Arga gak cengeng!"

Karena Cinta Kita BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang