Bangkitnya kekuatan

115 8 5
                                    

"Jadi sekarang kau ingin mengkhianati ku, Ziefa? Kau lupa dengan janji kita?"

Ziefa terperenjat kaget saat mendengar suara yang paling ia takutkan, "Da-dama?". Arah matanya menatap sudut dapur yang gelap. Ada kedua bola mata merah menatap kearahnya. Ziefa semakin takut saat tau tubuh Dama keluar dari kegelapan disana, "kau terlihat kaget melihatku, Ziefa."
"Kenapa kamu ada disini? Bukan seharusnya didalam tubuhku?"
Setiap langkahan Dama kearahnya seakan kematian bagi Ziefa.
"Aku membuat diriku terbelah jadi dua. Satu didalam tubuhmu-," Dama memegang dagu Ziefa agar melihatnya, "-dan satu lagi didepanmu sekarang."
"Bagaimana bisa, Dama?"
Dua taring terlihat saat Dama tersenyum licik, "itu rahasia."

"Ziefa?" Panggilan Arga membuat merekaーZiefa dan Damaーmenoleh kearah suara.
Tanpa tongkat Arga melangkah menuju kearah dapur. Dama mundur beberapa langkah saat Arga mencoba menggapai Ziefa.
"Hai, bagaimana? Udah baikkan?" Tanya Ziefa setelah Arga berhasil memegang lengannya.
Arga mengangkat bahu acuh, "ya, sedikit."
Hening. Dama tersenyum manis saat Ziefa meliriknya takut.
"Lo gak apa-apa? Tangan lo dingin." Tanya Arga yang kini memegang tangan Ziefa erat. Alis Dama menyatu marah, ia ingin melakukan sesuatu pada Arga tapi tertahan saat Ziefa menggelengkan kepalanya.
"Tunggu sebentar." Seperti orang bingung Arga mengangkat alisnya sebelah, "apa ada seseorang selain kita disini?"
Mata Ziefa dengan cepat menatap Dama yang berada dibelakang Arga. "Tidak, Hanya ada kita."
"Lo gak bohongkan?"
"Enggak, sayang."

Tatapan Dama benar-benar menyeramkan! Dengan adanya Arga disini semakin membuatnya seperti malaikat maut.

Tanpa diduga Dama lebih memilih pergi dengan cara menghilang. Helaan nafas berat keluar dari mulut Ziefa, "syukurlah."
"Syukur kenapa?"
"Bukan apa-apa. Ayo, aku antar kekamar." Ucap Ziefa sambil menuntun Arga.

Maaf, Dama. Aku rasa aku gak bisa.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Altana terlihat bingung saat mengetahui dirinya berada ditempat yang aneh 

"Apa ini istana? Menyeramkan sekali." kepalanya terus celingak-celinguk mencari seseorang. "disini gak ada satu orang pun." 

Tanpa diduga ada suara yang berbicara padanya," kau mencari seseorang?" Mata Altana menatap kedua bola merah menyala disamping pohon, "kamu? sebenarnya kamu ini siapa?". "nanti kau juga akan tau, tapi saat ini aku ingin meminta satu hal padamu." Alis Ana terangkat satu lalu terperenjak kaget saat orang itu menghilang. Namun beberapa detik kemudian muncul kembali tapi kini tepat didepannya. Tubuhnya yang ingin menjauh ditahan oleh orang bermata merah tersebut dengan tangan.

"Didalam tubuh Arga ada sesuatu yang mengerikan, buatlah itu bangkit, Altana."  

"Apa maksudmu dengan 'sesuatu yang mengerikan'?" Tanya Altana tak mengerti tepat didepan muka orang tersebut. bukannya menjawab orang bermata merah tersebut malah berbicara, "dengan wangimu yang seperti ini kau mau membuatku bertahan berapa lama lagi, hm?". Seperti tersihir Altana hanya diam saat jari lelaki tersebut menyentuh bibirnya dan kemudian kepalanya mendekat.

Dengan bulir keringat yang mengucur dari dahinya, Altana terbangun. Napasnya terengah-engah. Matanya menatap sekeliling lalu menghela nafas lega, "hanya mimpi, syukurlah." Setelah menenangkan diri, Altana lebih memilih kedapur untuk mengambil minum. Dengan sekali tegakkan ia meminum air digelas yang baru ia ambil, "hah.. segarnya!" lalu tangannya menyibak tirai perlahan ternyata langit diluar masihlah gelap gulita. Ingatannya tiba-tiba terngiang soal mimpi tadi. 

"sesuatu yang mengerikan? bangkit? Apa maksudnya?" Otaknya berpikir kemudian mengangkat bahu acuh sambil menurunkan sibakkan tirai. betapa kagetnya Altana saat Ata sang kak berada dibelakangnya. lelaki itu berdiri tanpa ekspesi dan mukanya sangat pucat. "ha-hai Ata. Apa yang kamu lakukan disini?" 

Karena Cinta Kita BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang