Rumit

104 6 4
                                    


Senyuman mengembang saat Arga mengingat seseorang yang berarti baginya. Dengan kekuatan teleportasinya, tubuh Arga berpindah cepat menjadi berada dikamar Ziefa; lebih tepatnya disamping ranjang Ziefa. Helaan nafas keluar dari mulutnta seraya duduk ditepi ranjang Ziefa. "syukurlah lo baik-baik aja, Zie." Ucap Arga sambil mengelus rambut hitam Ziefa lembut. Entah kenapa setelah ibunya datang dimimpi tadi, Arga menjadi senewengan memikirkan Ziefa. Tangisan dan jeritan wanita itu membuatnya khawatir. 

"hm.. menariknya." Tangan Arga berhenti diudara lalu melirik tubuh Dama yang kini menyandar pada lemari kayu dipojok kamar. Mata lelaki itu merah menyalang dan senyuman mencemooh tercetak dibibir lelaki itu. Seakan tak peduli, Arga tetap melakukan hal sebelumnya yaitu mengelus rambut Ziefa. "jadi benar kalau kau menyukai Ziefa?"

Ada suara langkah kaki tetapi Arga tetap tak peduli. Dama ikut duduk ditepi ranjang yang bersebrang dengan Arga. Sebelah tangannya mengambil helaian rambut ziefa, mengendusnya lalu kembali menatap lelaki didepannya tajam, "tapi sayang, yang Ziefa cintai aku bukan kau."

"lo gak pantes buat Ziefa. lo itu-" Ucapan Arga terhenti akibat Ziefa bergumam, "Dama." Tubuh Arga tersentak sambil menatap Dama yang kini tersenyum meremehkan, "lihat bukan? dia memanggil namaku bukan namamu, Arga." Gigi Arga bergemeletuk marah, ia bangkit lalu menghilang begitu saja dari kamar Ziefa. Disamping itu, Dama mengelus rambut pacarnya lembut, "aku disini, Ziefa. aku akan selalu bersamamu."

~~~~~~~~~~~~

Pagi-pagi sekali, Arga sudah menapaki koridor kampusnya. Masih banyak mahasiswa belum datang karena sekarang masilah pukul tujuh pagi. Mata kuliah biasanya dimulai jam delapan tapi kali enath kenapa Arga ingin datang pagi. tanpa disangka matanya menatap tubuh Ziefa diantara kerumunan laki-laki. Wanita itu tertawa genit seperti biasa. Beberapa detik kemudian mata mereka bertemu dan yang mengagetkan saat Ziefa memanggil namanya kencang, "Arga!"

Semua mata yang berada dikerumunan itu menatapnya lalu mendesis tak suka saat dirinya hanya diam dan melangkah pergi. "sok banget tuh si aneh!"

aneh? dulu buta? sekarang aneh? Dasar manusia gak berguna...

Untuk menghilangkan rasa amarahnya, Arga memilih menyediri ditaman belakang kampus. Tubuhnya terduduk diatas bangku kayu. Angin semilir menerbangkan rambut hitamnya. Ada sebuah senyuman saat angin itu menyentuh kulit wajahnya. Perlahan matanya tertutup bermaksud menikmati angin tersebut. 

"hanya aku manusia yang darahnya kakak minum."

"seseorang yang ingin kamu lindungi, seseorang yang berani berkoban hanya untuk kamu, seseorang yang gak rela dia bersama orang lain, dan kamu ingin bersamanya selalu."

"kakak bukan monster ataupun pembunuh."

"Altana." Ucap Arga tak sengaja dan saat itu juga matanya berubah merah. Kekuatan matanya langsung tau dimana wanita itu kini berada. Sebuah bayangan kalau Altana berada disebuah kelas. Mata wanita itu terlihat redup. Disamping Altana terdapat Ata yang kini mendekat kearah telinganya lalu berbisik, "Arga gak cinta sama kamu, sadarlah."

Bola mata Arga terbelalak tak percaya lalu menunduk kesal. Bayangan Altana dan Ata tadi masih ada kini telah menghilang. pikirannya melayang pada ucapan Ata tadi. 

seseorang yang ingin gue lindungi? Ziefa dan Altana

 seseorang yang berani berkoban hanya untuk gue? Altana

  seseorang yang gak rela dia bersama orang lain? Ziefa

dan ingin selalu bersamanya... gue gak tau siapa... Altana atau Ziefa. 

Karena Cinta Kita BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang