Harapan dan Kenyataan Pahit

91 5 0
                                    

"Iblis Dama memang sangat mengerikan bukan, Ziefa?"

Bulu kuduk Ziefa meremang dengan cepat saat ada sebuah suara berbisik tepat dibelakang telinga kanannya. Ia menoleh kearah kanan dan matanya tepat menatap bola mata merah milik seseorang. Entah kenapa badan Ziefa seperti tak bisa digerakkan. Orang itu tersenyum padanya lalu menghampiri tubuh Dama, "kau tumbuh semakin kuat, Dama. Kapan terakhir kita bertemu ya?"

Kening orang itu mengkerut tanda berpikir namun tak berapa lama kembali ceria dan berteriak, "ah! sepuluh bulan lalu saat kau memintaku untuk memberitahu tentang cara mengubah tubuhmu menjadi dua... sudah lama sekali..." Dama hanya diam saat orang itu melingkarkan kedua lengan dilehernya kemudian berbisik dari belakang, "apa kau tak merindukanku?"

"tuan Kenzo, maafkan aku... aku terlalu sibuk mengurus manusia pengkhianat yang satu ini." Jawab Dama dengan tatapan tajam kearahnya.

Kenzo menggelengkan kepalanya, "hmm... tak apa. Yang terpenting sekarang aku bisa melihatmu lalu-," Ia perlahan menempelkan dagunya pada bahu Dama, ikut menatap Ziefa yang mematung, "-apa yang ingin kau lakukan padanya?"

Tubuh Ziefa semakin tak bisa bergerak saat Dama menatapnya tertarik, "aku tau apa yang harus kulakukan, tuan."
"bagus." jawab Kenzo kemudian berbisik, "kalau begitu lakukanlah, bonekaku tersayang."

"boneka?" cicit Ziefa tak percaya saat tubuh Kenzo telah hilang. "-kamu dipengaruhi olehnya."
"ya itu benar karena dia yang telah mengubahku menjadi iblis." Langkah kaki Dama yang memenuhi ruangan bagaikan kematian untuk Ziefa. Bagaimana tidak? dengan tatapan tajam dan merendahkan Dama terus mendekatinya.

Ekor mata Ziefa melirik tangan Dama yang menempel pada pintu lalu lelaki itu mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan, "apa kau takut padaku sekarang?" Tanya Dama dengan nada mengancam. Karena tak kuat dengan tatapan itu, Ziefa menundukkan kepalanya.

"sangat mudah bagiku untuk membunuhmu, Ziefa." lamjut Dama lagi kini sambil mengelus pelan pipi wanitanya. "Memang mudah tapi mana mungkin aku sanggup membunuh orang yang kucintai." Bahu Ziefa terperenjat kaget, ia tatap kembali Dama lalu bergumam, "tatapan mata ini..."

"dari awal aku sudah tau tuan Kenzo ada disini dan memperhatikan kita, lalu aku berusaha melidungi dengan berpura-pura sangat membencimu."
"membenciku?"

Dama sedikit menjauhkan kepalanya dari Ziefa kenudian mengangguk, "iya. Tuan Kenzo sangat membenci manusia dan kalau sampai aku melawan perintahnya tadi, entah apa yang akan terjadi padamu."

lagi-lagi dia melindungi ku... batin Ziefa dengan muka sedih.

"firasat ku memag selalu benar. Syukurlah kau tidak apa-apa." lanjut Dama panjang lebar dengan senyuman hangat. Ziefa tak tahu harus berbicara apa. ia merasa dirinya sangat lemah yang terus menerus harus dilindungi.

entah kenapa tiba-tina ada pertayaan besar didiri Ziefa. Tanpa sadar Dama menuntun Ziefa untuk duduk sofa. Mereka pun duduk bersebelahan.
"ada apa, Ziefa?" Tanya Dama dengan kening mengerut.

"aku hanya bingung." jawab Ziefa karena Dama hanya diam, ia kembali berbicara, "kamu seperti mempunyai dua kepribadian yang berbeda. terkadang aku bisa merasakan ini benar-benar dirimu tapi terkadang aku seperti tak mengenalmu." Dama tertawa mendengar ucapan kekasihnya barusan, "haha, oh ya? kok aku tidak merasakannya?"

Mulut Ziefa mengembung lucu, "aku serius! sifat arogan dan tatapan tajammu itu yang membuatku gak mengenal kamu." Reaksi Dama masih seperti tadi, tertawa layaknya tak punya dosa. Namun, tawa itu tiba-tiba berhenti, Dama mencengkram lengan sofa erat seperti menahan kesakitan.

Karena Cinta Kita BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang