Setetes Darah dan Rasukan Iblis

162 10 6
                                    


"Zio?"

Dengan cepat Zio memakai tudung sweaternya kemudian berlari menjauhi Alfan. "Zio tunggu!" Teriak Alfan cepat mengikuti arah lari Zio dari belakang. Disebuah tempat yang gelap dan sempit, Zio menghentikan larinya. Nafasnya terengah-engah. Namun beberapa detik kemudian tersentak saat sahabar kecilnya itu memanggil, "ZIO! MAU SAMPAI KAPAN LO SEMBUNYI DARI GUE?!" 

Dari tempatnya  berdiri sekarang, Zio terus melirik Alfan yang kini terdiam lesu. "Cukup. Ini gak ada guna nya. lo juga gak akan memberikan Difa pada gue." kemudian ia berbalik badan dan kembali melangkah. Setelah memastikan Alfan tak ada, tubuh Zio merosot dengan mudah ketanah. Ditatapnya langit malam, "maaf Alfan. Bukan ini saatnya kita ketemu." 

"Dia juga mau membunuhku." 

Terngiang ucapan Difa tadi dikepala Zio. Tangannya terkepal kuat, "itu gak akan terjadi. Gue gak akan membiarkan anak itu menyentuh Difa lagi." Kemudian ia keluar hp dari saku sweaternya lalu memberikan sebuah sms kepada bawahannya.

Lindungi Difa dan temukan Ziefa secepat mungkin! Saya ingin memberikan anak itu pelajaran! 

~~~~~~~~

"Ada apa?" Tanya Dama saat mereka sampai diapartemen Ziefa. "-kau masih marah padaku karena aku membiarkanmu meminum darah wanita itu?" Bola mata Ziefa menatap Dama sinis, "aku hanya bingung, kenapa dia menatapku seperti itu? bukan seharusnya dia membenci ku.. karena aku hampir aja mau membunuhnya." Tubuh Dama jatuh diatas sofa panjang dengan santai. Kedua lengannya berada dibelakang kepala bermaksud sebagai bantal kemudian menghela nafas lega, "nikmatnya-" diliriknya Ziefa yang kini terdiam tak mengerti "-sudahlah. gak perlu dipikirkan. Lebih baik sekarang kamu istirahat. Sini.." Ditepuknya sebelah sofa yang kosong. Senyuman Ziefa dengan cepat merekah. Ia turuti kemauan Dama untuk berbaring disampingnya. 

"kenapa tidak dari dulu saja kamu merubah dirimu menjadi wujud manusia?" Tanya Ziefa sambil meraba pipi Dama. Demi tuhan ia merindukan sosok Dama disampingnya. "hm.. menjadi wujud manusia bukan hal yang mundah untukku Ziefa." Dama menyipitkan matanya, "-kamu juga tahu kan. Para iblis itu tak menerima ku sebagai keluarganya karena aku bukanlah dari iblis murni. Mereka semua..."

Bayangan seseorang terdahulu muncul dibenak Dama. Ia seperti terlempar pada masa lalu.

"Manusia kah?" Tanya seseorang berjubah hitam panjang yang duduk disinggah sana layaknya raja. Ia perlahan menuruni tangga dan mendekati Dama, "berani-beraninya kau datang ketempat ini." 

"ubah aku menjadi dirimu!" Teriak Dama kencang membuat orang itu berhenti melangkah, menatapnya marah, "dasar kau manusia keparat!." Leher Dama dicekiknya kencang , "-kau pikir kau siapa yang berani menyuruhku! kalian semua, manusia yang tak berguna.. Kalian pantasnya menjadi peliharaan kami!" Senyuman sinis muncul dibibir Dama, "lantas kenapa jadi kalian yang menjadi peliharaan manusia hah? Bukan kah kalian para iblis mempunyai kekuatan yang kuat?". Gigi taring orang itu bergelemetuk marah, "beraninya kau!" kemudian ia menghempaskan tubuh Dama ketembok layaknya mainan. Dama mengerang kesakitan sambil menatap orang itu mendekat padanya.

Dia kuat. Sepertinya bukan iblis bangsawan biasa. Sekali lagi Dama dicekik hingga tubuhnya terangkat diudara, "manusia selalu aja membuatku marah. Lebih baik sekarang kau-" "kak, kau dipanggil ayah-" Mata orang itu melirik kearah suara. Iblis lainnya kini sedang bersender dipintu sambil menikmati acara mereka, "-jadi itu mainan baru mu kak? Manusia? Bukankah kau membencinya?" Ditatapnya kembali Dama lalu menghentakkannya jauh, "pergilah sebelum aku berubah pikiran." Setelah itu, ia melangkah keluar ruangan dengan elegan. Kini cuman ada dirinya dan adik dari orang yang berambut pirang tadi. 

Karena Cinta Kita BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang