Permulaan Yang Aneh

161 8 4
                                    

(Ziefa POV)

Sebelum menghampirinya, gue membersihkan tangan terlebih dahulu.
"Arga?" Ucap gue pura-pura tak tahu kemudian berjongkok disampingnya, mengelus pipinya, "kamu kenapa sayang?"
Bukan menjawab Arga malah mengambil sebelah tangan gue yang memegang pipinya lalu lidah nya menjilat telapak tangan gue.

Tubuh gue langsung berdesir hebat.

A-apa ini?

"Tangan loー" Ucapnya dengan parau kemudian berbicara lagi, "bau darah."

Gue tertegun lalu tertawa hambar, "kamu ngomong apa sih, sayang?"
Arga hanya terdiam sambil tetap menggenggam lengan gue, "gue.,. gue takut, Zie." Lalu air mukanya kembali kalut seperti tadi, "-gue bukan pembunuh. Gue bukan monster."

Ucapan yang keluar dari mulutnya bagaikan bumerang untuk gue. Sebuah helaan nafas keluar dari mulut gue lalu menangkup mukanya dengan kedua tangan, "siapa yang bilang kamu pembunuh? Bilang sama aku. Gak ada yang boleh menyebut calon suami ku seorang pembunuh."

Tak ada respon darinya. Bola mata hitamnya sendu seperti tak memiliki hidup. Dahi kami saling menempel, "tenanglah, Arga. Semuanya akan baik-baik aja."
Tetap tak ada respon.

Dengan jarak sedekat ini, Arga terlihat tampan sekali. Perlahan kepala gue semakin mendekat bermaksud untuk mencium bibirnya. Belum sempat bibir ini menyentuh miliknya, ia bertanya dengan polos, "mau ngapain?"

Dengan muka memerah gue menjauh dari nya lalu menjawab, "gak ngapain-ngapain kok!"
Muka nya datar tak memilik ekspresi,  "gue mau pulang."
"Yuk." Dengan enaknya gue memasukkan jari-jari gue kedalam sela-sela jari Arga.

"Tangan lo ngapain?"
Mata gue menatap tangan kami yang bertautan, tertawa tanpa dosa kemudian menjawab, "ya ampun sayang, masa aku mau biarin kamu jalan tanpa tongkat, nanti kalau kamu jatuh gimana?"

Ya ampun Arga ini gak punya ekspresi banget. Senyum sedikit aja rasanya susah...

"Zie?" Panggilnya pelan.
"Hm, apa sayang?"
"Kemaren.. Ada orang yang nyari lo."
"Lalu?"
"Gue gak tau mau mereka apa, tapi kayaknya itu urusan serius. Mereka juga mengancam gue kalau sampai mereka menemukan lo dirumah gue, mereka akan membunuh gue."

Ucapan yang keluar dari mulutnya barusan sampai membuat gue berhenti melangkah lalu menggeram dalam hati.

Berani-berani nya orang tua sialan itu mengancam Arga!

"Kenapa?" Tanyanya bingung karena gue berhenti melangkah.
"Ahaha... Gak apa. Tenang aja, mereka gak akan membunuh kamu. Aku jamin itu."
Arga sempat terdiam lalu tak lama kembali bertanya, "mereka itu siapa, Zie?"
"Bukan siapa-siapa. Kamu gak perlu tau." Jawab gue dingin, kembali menarik nya agar cepat melangkah.

Sesampainya dirumah Arga, gue membantunya tiduran diranjang, mencium dahinya lembut, "selamat tidur. Besok kita ke kampus bareng ya?"
"Hm." Lalu, "lo mau kemana?"
"Ada mesti yang aku urus." Jari gue mengelus pipinya lembut, kembali menciun keningnya, "bye."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Dimana dia?! Gue mau ketemu dia!" Teriak gue murka saat sampai didalam rumah. "Zio! Keluar lo!"

Pengawal milik orang itu menghalangin gue untuk menggeledah seluruh rumah.
"Nona Ziefa, tenang."
"Persetan dengan tenang! Dimana tuan lo, hah?!" Balas gue tepat didepan mukanya.
Ucapan pengawalnya terpotong oleh suara Zio, "akhirnya kamu pulang."

Rahang gue mengeras lalu mencengkram bajunya keras, "lo?!"
"Tuan?!" Pengawal milik Zio ingin menghampirinya tetapi ditahan oleh sang pemilik, "tenang, saya bisa mengatasinya sediri."

Karena Cinta Kita BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang