[Part 5] Red Dress

5K 464 9
                                    

>
Nasib keluarga mereka bergantung pada jawabanku menanggapi perjodohan gila itu.
SHIT !!!

××××××××××××

Bagaimana jika kau berada diposisiku saat ini?

Apa yang akan kau lakukan?

Jalan mana yang akan kau pilih.
Menolak perjodohan bodoh dan mengorbankan orang-orang yang sudah kau anggap seperti keluargamu?

Atau..

Menerima kehidupan baru bersama laki-laki yang tidak dikenal dan menyesalinya seumur hidup ?

Hah.. Ini benar-benar membuatku gila.
Betapa besar kekuasaan nenekku, sehingga dia bisa menghancurkan kehidupan orang lain.

Mereka sama berartinya seperti keluarga bagiku.
Orang-orang itu selalu menjagaku.

Walaupun aku adalah anak yang keras kepala. Setiap hari selalu kabur dari rumah, tapi mereka tidak pernah bosan mencari dan menceritakan banyak hal padaku.


Aku menatap pantulan wajahku di cermin.

Kenapa aku harus hidup seperti boneka?
Digerakkan tanpa memberontak seperti robot.

Aku menyisir rambut hitam panjangku, mengambil gunting dimeja dan memotong setengah dari rambutku.

Ayah selalu melarangku untuk memotong rambut terlalu banyak seperti sekarang, karena ia menyukai wanita berambut panjang.
Biasanya aku hanya memotong bagian ujung.

Tapi mungkin dengan rambut seperti ini kepalaku akan sedikit merasa ringan dan bisa berpikir lebih jernih.

Aku menyisirnya kembali, rambut hitamku kini hanya sedikit di bawah pundak.

Hah.. Aku merindukan sisiran lembut ibuku.

Dulu setiap hari ibulah yang menyisir rambutku, sangat lembut hingga membuatku tertidur.
Dan saat bangun aku sudah berada di pelukan hangat ayah dan ibu.

Aku menunduk.

Memejamkan mata dan bisa kurasakan bulir-bulir basah dipipiku turun tepat ke bibir semakin lama makin deras.

Sakit ini tidak bisa ku tahan lagi, ku tumpahkan segalanya saat ini.
Aku tidak peduli bagaimana bengkaknya mataku besok.

Jin sudah pulang setelah memberikan waktu untukku berpikir.

Malam panjang yang akan ku habiskan dengan airmata.

***

"(Yn)... Aku akan pergi, ayahku memanggilku, kita akan bertemu disini lagi nanti."

Suara siapa itu? Aku hanya melihat kegelapan.

Ku menggerakkan tanganku, mencoba menggapai orang yang berbicara tadi.

Aku menemukan sesuatu, kegelapan itu sedikit demi sedikit memudar dan menampakkan wajah anak laki-laki.

Ya, dia yang muncul pada mimpiku sebelumnya. Masih memakai celana pendek merah.

Ia menggapai tangan ku, dia berusaha tersenyum.
Kurasa dia akan menangis sebentar lagi.

"Jeon." ada yang memanggil di belakang, aku menoleh dan menatap tubuh tinggi tegap seorang laki-laki itu.

"Ayo pulang, kita harus berkemas." kata laki-laki tadi.

Ia menatap anak kecil di depanku, aku kembali menatap anak yang mulai melepaskan tangannya dariku.
Ia menunduk, ada yang menetes ke pasir dibawahnya.
Dia menangis.

Destiny | √ (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang