[Special Part] Our Childhood

3.7K 316 15
                                    

"Jungkook!"

"Ya, Ma!"

"Papamu datang!"

Papa?

Dengan cepat ku letakkan Iron Man kesayanganku diatas sebuah miniatur bangunan perkotaan berukuran sedang selebar meja, yang dibuatkan oleh Paman berwajah bule dua bulan yang lalu.

Kaki kecilku berlari keluar dari ruangan bermain, turun menuruni satu persatu tangga yang sangat tinggi bagiku.

"Papa!"

Dengan sigap laki-laki yang lebih tangguh dari Iron Man itu menerima pelukanku dan membuatku melayang dengan kedua tangannya.

"Kau merindukan Papa, pangeran kecil?"

Aku mengangguk dalam, terakhir kali aku melihatnya dua bulan yang lalu saat Paman berwajah bule itu memberikanku hadiah yang dibuat langsung olehnya dan setelah itu membawa ayahku pergi bersamanya.

"Papa membawakan oleh-oleh."

Aku tersenyum lebar, ia menurunkanku dari gendongannya ke atas sofa.

"Oh, Paman Perancis?" seruku, mendapatkan sosok pria dewasa yang sangat tampan, aku tahu itu karena dia berasal dari negara luar.
Walaupun aku tidak tahu dimana letak Perancis itu sebenarnya.

Paman itu mendekat dan mengacak rambutku, "Bagaimana dengan kota Iron Man-mu? Kau jaga dengan baik, bukan?"

Aku mengangguk semangat, "Iya! Sama sekali tidak ada goresan.
Kota itu sangat hebat!" sahutku, menampil dua jempol kecilku padanya.

Paman tersenyum dan menarik pipiku pelan.
"(Yn) pasti senang, jika bisa mendapatkan teman bermain sepertimu." ucapnya.




"Ini minumlah." ibu datang dari dapur dan membawakan dua kopi dan satu susu vanila.

"Terima kasih." sahut paman sedikit meminum kopi yang menurutku masih cukup panas. Bibir pria dewasa memang hebat.

"Bagaimana kabar putri cantik itu?" tanya ibu yang duduk disampingku.

Paman tersenyum, setelah meminum seperempat dari kopi di cangkirnya. "Aku juga belum tahu, kurasa reaksinya akan sama seperti Jungkook."

"Jadi kau belum sempat pulang?" tanya ibuku lagi.

Paman mengangguk.

"Dia memilih untuk mengantarku lebih dulu." ujar ayah, dan mendapatkan anggukan dari ibu.

Kuletakkan gelas milikku yang sudah kosong, meninggalkan bekas susu berwarna putih.
"Putri siapa, ma? Apa dia cantik?"

"Oh? Apa kau ingin bertemu dengan putri itu, pangeran Jeon?" tanya ayah, mengacak rambutku.

Aku menggangguk semangat, apakah putri itu sama cantiknya dengan putri-putri kerajaan yang memakai gaun dengan mahkota kecil dirambutnya?

"Bagaimana kalau kita ikut pergi kesana?
Sekaligus menyapa istrimu, dan calon putriku?" tanya ibu dengan senyuman manisnya.

Ayah mengangguk, setuju.

"Kurasa (yn) akan sangat senang." ucap paman dan memakai kembali jas kantornya.

"Baiklah, ayo."

***

Aku Jeon Jungkook, anak tunggal dari keluarga Jeon. Ayahku adalah Iron Man terkuat dan ibuku adalah Ratu Cleopatra dengan kecantikkan yang tidak pernah luntur.

Aku tidak tahu, apakah aku ini tampan atau tidak. Aku tidak pernah membandingkan wajahku pada anak yang lain.
Bahkan aku tidak tahu, apa yang dilakukan anak seusiaku diluar sana.

Aku hanya bermain sendiri, tanpa ada seorang teman yang seumuran. Bermain dengan banyak mainan tak bernyawa. Dan aku berpikir, bahwa anak yang lain juga bermain seperti ini. Sendirian, tertawa sendiri dan berteriak heboh sendiri.

Sekolah?
Aku tidak tahu apa arti kata sekolah.
Aku belajar dirumah dengan guru pribadiku, Pak Kang. Beliau adalah orang dengan otak cerdas yang memberikan ilmu tentang perkantoran padaku.

Sejak umur 5 tahun, aku sudah mendapatkan bimbingan darinya. Dulu ia selalu datang tiga kali seminggu dan sekarang dia datang setiap hari tanpa libur. Belajar selama 6 jam sehari.
Dan aku juga berpikir bahwa anak-anak diluar sana juga belajar sepertiku.

***

"Ayo, silahkan." ujar Paman, saat kami sampai dirumah besar, yang lebih besar dari rumah kami.

Sangat keren!
Lihatlah, betapa luar biasanya isi rumah besar ini!
Seperti kerajaan di negeri dongeng. Kurasa tebakanku benar, putri itu pasti sangat cantik.

"Oh? Kalian? Kenapa tidak memberitahu jika akan datang berkunjung." suara seorang wanita terdengar dari lantai atas.
Membuat kami mendongak untuk menatap wanita itu. Cantik, wanita yang terlihat seumuran dengan ibu itu sangat cantik.




"Jungkook, sapa calon ibu mertuamu." ucap ibu, membuatku membungkuk dalam saat wanita itu berada didepanku. "Apa itu ibu mertua, ma?"

Kedua wanita itu tertawa pelan, "Aku juga mamamu, jangan dengarkan ibumu.
Panggil saja aku mama, oke sayang?" sahut wanita itu dan mengusap lembut rambutku.

Aku mengangguk.

"Sayang, dimana putri kecil kita?" tanya paman kepada istrinya.

"Tunggu sebentar, tadi dia sedang ditaman belakang." sahut mama keduaku. "Ayo, duduk dulu. Aku akan menyiapkan minuman." lanjutnya, meminta kami duduk di sofa ruang tamu.




Baru saja kami ingin melangkah ke sofa, teriakan seorang anak kecil berhasil menghentikan kami.

"Papa!"

Dengan kompak kami menatap keasal suara. Gadis cantik, dengan baju putih, celana pendek, rambut berantakan, sepasang kaki yang penuh lumpur, berlari kearah paman.

Apa itu putri kerajaannya?

"Papa sudah pulang?"

Paman mengangguk dan memeluk putri itu.

"Kenapa lama sekali?
Aku merindukan papa!
Aku ingin main ayunan bersama papa!" keluh gadis itu, memukul-mukul dada ayahnya.

Paman tersenyum dan menatapku, merasa tertangkap basah memperhatikan anaknya, aku menunduk dalam.

"Sekarang kau sudah punya teman." ucapan paman membuatku kembali menatapnya.

"Siapa?" sahut gadis itu. Paman menunjukku dengan bibirnya, membuat gadis itu ikut menatapku. "Siapa dia?" tanyanya lagi.

"Ah, a-aku... Jeon Jungkook." ujarku membungkuk, memperkenalkan diri.




"Jeon?"

Gadis itu kini berdiri didepanku, wajah putih, bibir merah, tingginya sama denganku, dan yang paling mempesona adalah mata cokelatnya.

"I-iya." entah kenapa aku jadi sangat gugup saat mata itu terus menatapku.

"Dia teman barumu, sayang." ujar mama, mengusap wajah gadis didepanku. "Jeon kami, akan menjadi temanmu selamanya." lanjut mama.

Dan sedikit demi sedikit senyuman terukir jelas pada wajah gadis itu, tanpa disadari membuatku ikut tersenyum.
"Benarkah?" tanyanya.

Sekali lagi tanpa sadar, aku mengangguk.




Kurasa penampilannya memang tidak sama dengan putri kerajaan yang tadi kupikirkan.
Namun senyumannya itu, berhasil mengalahkan senyuman milik putri kerajaan manapun.

Putri cantik tanpa mahkota.

(Yn), teman...
Seumur hidupku.

*

Destiny | √ (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang