[Part 17] Jimin?

3.7K 370 32
                                    

>
Ibu, aku merindukanmu.

×××××××××××××××

Lagi-lagi.

Kriiing! Kriiiiing!

Aku mengumpat.

Wajahku akan bertambah tua hanya karena mengumpat setiap pagi pada jam weker sialan itu.

Oh ayolah, aku bahkan hanya tidur selama lima jam.
Begitu kejamkah wahai dirimu, jam weker?!

Ingin rasanya kulempar jam kecil yang masih mengeluarkan bunyi menyebalkan itu.
Tapi pasti Jin akan menggantinya dengan yang baru, kurasa itu hanya akan semakin membuatnya terbebani.

Ya, lihatlah.
Dia bahkan tidak ingin membangunkanku lagi, selama dua hari ini.
Entahlah tapi, suara teriakannya dibalik pintu akan menjadi alarm yang terkesan lebih baik daripada bunyi deringan konyol dari benda ini.

Jariku menekan tombol yang sama seperti hari kemarin untuk menghentikan suara yang merusak telingaku itu.

Kakiku melangkah masuk kedalam kamar mandi.

***

"Ada apa?"

Suara merdu itu terdengar dari samping kiriku, tepatnya dikursi kemudi.

Aku menghela napas panjang, "Tidak ada."

"Laki-laki itu lagi?"

Nada bicara macam apa itu?
Terdengar seperti bentakkan menurutku.

Bibirku hanya tertutup rapat.
Menatap kosong, kaca jendela mobil.

"Aku benar bukan?
Apa kita akan terus seperti ini setiap pagi?
Bahkan setelah menikah nanti?" ucapnya setelah mendesah kesal.

"Aku hanya sedikit kesal padanya, Jeon.
Aku berniat mengacuhkannya hari ini, tapi malah aku yang merasa diacuhkan olehnya." decakku kesal.

Jungkook memutar bola matanya. "Lebih baik jika kau kesal saja padaku."

Kalimat aneh itu membuatku menoleh pada laki-laki yang tengah menyetir itu.

"Apanya yang lebih baik?"

Mata tajamnya melirikku sekilas. "Sangat lebih baik bagiku jika kau marah dan membentakku habis-habisan, daripada menggerutu tentang laki-laki lain seperti tadi.
Kau membuatku seperti terasingkan."

Membentaknya?
Terasingkan?

Apalagi maksud laki-laki ini?!

"Siapa yang mengasingkanmu, Jeon?"

"Kau, kau Jeon (yn)." sahutnya, penuh penekanan.

"Aku?"

"Ya, kau!
Kau selalu mengatakan Jin begini, Jin begitu.
Telingaku terasa sakit mendengarnya."

"Jeon, aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu. Kenapa kau selalu berbicara berbelit-belit seperti ini?"

Dengan cepat dia menjawab. "Karena aku cemburu! Kau puas?!"

Lagi-lagi Jeon, lagi-lagi.

"Aku merasa lebih baik membuatmu marah dan terus memakiku, dengan alasan itu akan membuatmu terus memikirkanku seperti kau memikirkan laki-laki itu.
Apa cara bicaraku masing terdengar berbelit dikepalamu?"

Ya Tuhan, kenapa percakapan disetiap pagi selalu terasa sepanas ini?

"Apa menurutmu dengan membuatku marah, kau akan semakin dekat denganku?
Itu akan membuatku semakin merasa tidak nyaman dan kesal disaat bersamamu.
Dan kau menginginkan semua itu?
Kau ingin aku marah dan menjauh darimu?"

Destiny | √ (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang