[Part 19] Mom?

3.4K 368 19
                                    

>
Laki-laki manja yang kadang pencemburu dan kadang sangat mesum itu adalah suamiku setelah satu bulan kedepan.

××××××××××××××

Pagi ini terdengar lebih hening dari hari kemarin dan kemarinnya lagi.

Ada yang hilang.

Jam wekernya sudah tidak berbunyi?
Apakah secepat itu baterainya habis?



Aku membuka mataku sedikit demi sedikit. Berusaha melawan rasa kantuk yang masih menghantui.

Sampai sebuah suara emas membuat mataku hampir keluar dari kediamannya.


"Selamat pagi, sayang."

"HAH!!!"

Dengan spontan aku duduk tegak diatas tempat tidur. Masih menatap kejutan yang dikirimkan Tuhan padaku dipagi minggu ini.

"Ada apa? Kenapa kau berteriak sayang?"

"Je-Jeon? Ba-Bagaimana?
Bagaimana bisa kau berbaring disini?!" kegugupanku membuat lidahku kaku.

Laki-laki itu tersenyum. Dan dengan mudahnya menarik tanganku, membuatku hampir menindihnya.


"Kau sudah lupa, apa yang kita lakukan semalam?
Sentuhan itu, kenikmatan itu, apa kau lupa?"

Mataku yang hampir keluar, bertambah melebar.

Aku menelan ludahku dengan susah payah, menatap wajah tampan dibawahku yang tengah tersenyum licik.

"A-Apa yang.. Apa yang terjadi?"

"Kita melakukan 'itu', bahkan kau yang menarikku untuk melakukannya terus-menerus.
Aku sampai kelelahan, sayang." desahnya, menyentuh pipiku dengan telapak tangannya.

Tidak! Tidak mungkin!

Dahiku berkerut.
Wajahnya seperti sedang menahan tawa.

Aku menatap tubuhku, pakaianku masih lengkap.

Sial! Dia membohongiku!

"JEON!!!" aku berteriak sekaligus menggeram menatap laki-laki yang tengah tertawa terbahak-bahak dibawahku.

Aku mengubah posisiku, menduduki perutnya.

"A-Apa yang kau?" ia menelan ludahnya.

"Kau akan merasakan akibat dari membohongi calon istrimu ini, Jeon Jungkook." sahutku dan tersenyum miring.

Jari jemari lentikku dengan cepat menggapai pinggangnya. Menggelitikinya sampai air dari matanya menetes, ia bahkan berusaha berguling-guling. Namun keberadaanku, membuatnya terpenjara disana.

Rasakanlah Jeon!
Aku tertawa puas melihatnya memohon sambil tertawa terbahak-bahak.




"Hah.. Hah.. Baiklah.. Hentikan." pintanya, dengan keadaan terkapar.

Aku tersenyum penuh kemenangan.

"Hah.. Hah.. Sayang.."

Aku menatapnya.

"Hah.. Turunlah.. Kau.. Kau membuatku.. terangsang."

Mataku kembali membulat, baru menyadari keberadaanku. Sejak tadi aku duduk dengan nyaman diatas perut yang dipenuhi tonjolan persegi itu.


"Ah, ma-maaf." sahutku, berniat untuk mengubah posisiku.

Namun dengan cepat pemilik senyuman menyeramkan itu, menggulingkan tubuhku dan memenjarakanku dibawah tubuhnya.


Destiny | √ (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang