[Part 18] Kookie

3.5K 364 10
                                    

>
Membuatku penasaran, darimana asalnya kedekatan itu.

××××××××××××××××

Kami terus tenggelam didalam percakapan yang cukup menarik menurutku.
Laki-laki bernama Jimin ini benar-benar pria yang baik dan periang, dia bahkan berhasil akrab denganku dalam hitungan menit.

Hebat bukan?
Bahkan ia menembus rekor Jin yang berusaha mendekatiku dalam waktu satu minggu dengan cara mengikutiku secara terus-menerus.



"Kookie bahkan pernah meminta ibuku membuatkannya satu jaket rajutan yang sama persis seperti yang ibu buatkan untukku."

Tawaku kembali meledak. Bahkan mulutku tidak berhentinya menampilkan deretan gigiku sejak percakapan ini dimulai.

"Hahaha, jadi apa dia mendapatkannya?" tanyaku, penasaran. Masih berusaha mengatur napas.

"Siapa yang bisa menolak keinginan seorang Jeon Jungkook, (yn)?
Ibuku memberikan jaket milikku kepadanya dan berjanji akan membuatkanku yang baru.
Aku selalu saja mengalah untuknya.
Dasar anak manja." sahut Jimin dan mengacak rambut hitam Jungkook.

"Benar, aku setuju!" aku memberikan dua jempolku pada Jimin.

"Hahaha, kita bisa menjadi tim pembully Jeon Jungkook. Tim yang hebat." seru Jimin dan mengajakku ber-highfive.

"Tentu." sahutku, membalas kedua tangannya dengan telapak tanganku.


"Hah... Kalian benar-benar sangat kompak dalam urusan membuat Tuan Jeon yang tampan ini jengkel setengah mati." desis laki-laki yang terus memakai wajah kesal sejak tadi.

"Hahaha, aku tidak tahu kau memiliki teman semenarik ini Jeon.
Kenapa kau tidak pernah menceritakan Jimin kepadaku?"

"Dia hanya sahabatku masa kecilku.
Ayahku memiliki hubungan yang sangat dekat dengan ayah Jimin Hyung. Jadi saat kami berbisnis di Busan, kami memilih menginap dirumahnya.
Itulah kenapa aku bisa mengenal laki-laki aneh ini." sahut Jungkook dan menunjuk Jimin dengan dagunya.

"Hanya? Hei, aku sudah menjadi sahabatmu dari umurmu 7 tahun.
Bahkan kita selalu bertukar pesan sampai sekarang." protes Jimin.

Jungkook hanya memutar bola matanya dan kembali menatap dengan wajah datar.

"Ah, aku juga tidak menyangka gadis dengan wajah cantik dan tubuh model sepertimu ini memiliki pribadi yang menarik.
Dan... Aku baru sadar, kau juga tidak memanggilku Oppa?!" lanjut Jimin, menunjukku.

"Dia tidak akan mau memanggil orang lain dengan panggilan Oppa." sahut Jungkook.

"Kenapa? Hei, itu salah satu cara menghormati orang yang lebih tua darimu." ucap Jimin, memberikan ceramahnya padaku.

"Hei, Hei Hyung!
Jangan berkata kasar pada calon istriku." Jungkook kembali menyahut.

Aku mendesah dan memutar bola mataku. "Aku hanya merasa nyaman dengan tidak memanggil seseorang dengan panggilan Oppa.
Itu karena selama ini aku hanya memiliki empat teman."

"Empat teman?" Jimin menunjukkan empat jarinya padaku.

Aku mengangguk. "Ayahku, pelayan Lee, Jin, dan Jungkook." aku berpikir sejenak, "Ah, sekarang sudah lima, ditambah denganmu." sahutku dengan senyuman selebar mungkin.

Jungkook tersentak, "Aku juga? Hei, aku ini calon suamimu. Bagaimana bisa kau hanya menganggapku teman?" ia berdecak kesal.

"Apa salahnya? Sebelum kau berkata ' Aku mencintaimu' kau adalah temanku bukan?"

Destiny | √ (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang