Epilogue

4.7K 421 28
                                    

"Jeon, tolong letakkan bunganya disana."

"Em. Disini?"

Aku mengangguk.

Kutatap dalam, seseorang yang tersenyum disana. Dan beralih menatap gadis mungil yang baru saja lahir 4 bulan yang lalu didalam gendonganku.

"Nah, Jeon Ji An.
Kau lihat, siapa disana?
Itu paman Jin." bisikku kepada seorang anak berkulit putih dengan mata hitam yang terus menatapku.

"Jeon Jeongsan, kau dengar ibumu kan?
Hei, hei, bangunlah sebentar, sapa pamanmu." ujar Jungkook, sedikit menyetuh pipi kenyal seorang anak yang ada digendongannya.

Senyumku mengembang, "Jin, kami kembali lagi." kami membungkuk bersama, "Untuk sekian kalinya aku perkenalkan dirimu pada kedua anakku. Kau pasti senang bukan?
Ini Jeon Ji An, dia lahir 5 menit lebih awal dan dia sama persis seperti Jungkook. Namun, semoga saja dia tidak se-playboy ayahnya." cetusku, menatap tajam laki-laki yang berdiri disampingku.

"Hei, Jin. Aku tidak pernah mengingkari janjiku, kan?
Aku juga tidak akan lelah untuk selalu berkunjung kesini setiap adanya hari besar bersama keluarga Jeon-ku ini.
Kau pasti sudah mengenal jagoanku ini bukan?
Ini Jeon Jeongsan, dia sama halnya dengan wanita disampingku ini. Bukan hanya mata coklatnya, namun juga kemalasannya." ejek Jungkook, yang kubalas dengan tatapan tajam.

"Jin, apa kau bahagia sekarang?
Semoga kebahagiaanku ini juga sampai padamu disana."

"Sayang, Jeongsan merengek, dia lapar." celetuk Jungkook yang susah payah, menghentikan rengekkan anak laki-lakinya itu.

Ya, Jeongsan selalu terbangun jika dia lapar. Setelah mendapatkan susu dia pasti kembali tidur.
Siapa yang menurunkan sifat malasnya itu?
Aku? Benarkah?

"Baiklah, kita kembali kemobil." sahutku, Jungkook membungkuk memberi hormat terlebih dahulu dan keluar dari ruangan.




Sedangkan aku, masih menatap foto tampan seorang laki-laki yang tersimpan didalam lemari kaca, lengkap dengan beberapa penghargaan atas otak cerdasnya dulu disaat masih sekolah.

Senyumku terus mengembang, rasanya seperti tengah berada didepan sosok Jin saat ini. Memeluknya dan bercerita banyak hal.

Tidak terasa sudah dua tahun dari kepergian laki-laki kuat ini, "Aku merindukanmu, Jin."

"(Yn), sini ibu bawa Jian kemobil." aku sedikit tersentak dengan suara seorang wanita yang baru saja masuk. "Tidak, bu. Aku sudah selesai. Ibu bisa bertemu Jin sekarang." sahutku, menarik pelan tangan ibu untuk berdiri menggantikan posisiku tadi.

"Aku akan menunggu dimobil, bu." tambahku, sambil melangkah keluar.
Membiarkan seorang ibu menemui anaknya sebentar.




"Iya, Jeongsan, ini papa. Minumlah susunya dulu, sayang."
Bisa kudengar suara memelas dengan lantunan manja dari dalam mobil. Suara yang berasal dari seorang ayah yang berusaha memberikan susu pada anaknya.

Jungkook menghela napas saat Jeongsan masih saja merengek menolak botol susu dari tangan kekarnya.

"Sudahlah, Jeon. Jasmu bisa kotor terkena tetesan air susu.
Kau jaga Jian dan serahkan Jeongsan padaku." ujarku, yang sudah duduk didalam mobil.

Kami saling bertukar, "Jeongsan sayang, ayo minum susunya, sayang. Jangan menangis." kuusap pelan rambut anak laki-lakiku, dan dia menerima susunya.

"Ck, kau benar-benar mirip seperti ibumu, Jeongsan." celetuk Jungkook yang tengah mengayunkan Jian didalam dekapannya.

"Tentu saja, lihat betapa tampannya dia dengan mata coklat ini."

Jungkook hanya mendengus dan mengusap lembut rambut hitam gadis kecilnya, "Jian lebih cantik darimu, benarkan sayang?"

Destiny | √ (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang