chapter 4 - austin knows me

1.1K 94 1
                                    

Kutatap langit yang semakin gelap. Hembusan angin malam menusuk tubuhku. Tubuhku Memang bersuhu dingin. Taoi, Aku masih bisa merasakan bagaimana dingin nya malam ini.

Skandar Dan alice sudah masuk kedalam rumah sedari tadi. Setelah Kami berlatih di halaman rumah. Kau tahu? Aku merindukan kedua orang tuaku. Dan juga kehidupan lama ku..

Semua orang berpikiran bahwa Aku sudah mati. Itu mempermudahku untuk menyamar Dan menemukan siapa pengkhianat itu. Aku teringat, Aku, mom, skandar, Dan daddy ku bermain di pantai bersama. Sebelum mengenal diriku yang sebenarnya. Dan Sebelum mengenal justin.

" kau merindukan mom And dad,uh?" Tanya skandar yang telah duduk di sampingku.

Aku menatapnya sekilas, lalu kembali menatap langit. Aku paling senang Jika menenangkan diriku dengan duduk di balkon kamarku Dan melihat suasana langit.

" seperti itu" balasku singkat.

" austin Dan justin sudah menunggumu di bawah" ucap skandar.

Aku hanya bergumam. Sebenarnya, dipikiranku, terdapat beberapa pertanyaan.
First, mengapa mereka datang malam-malam sekali?
Second, Apakah mereka hanya berdua?

Entah mengapa, persaanku selalu tak enak Jika salah satu sahabatku datang menemuiku. Maksudku, mengetahui bahwa Aku masih hidup.

Skandar terus menatapku, lalu tak lama kemudian pergi meninggalkan ku.

Aku tak ingin enyah dari sini. Aku sudah terlalu nyaman. Tak ada yang boleh memaksaku meninggalkan tempat ini untuk sekarang.

" kau tak merindukan ku?" Tanya sessorang membelakangiku.

Aku kenal dengan suara itu, AUSTIN .

" hey, my brother" sapaku tanpa menoleh ke arahnya.

Sekarang, ia telah duduk sejajar dengan ku. Tatapan nya mengikuti arah tatapan mataku. Langit biru tua itu..

" sungguh indah, bukan?" Tanya nya.

" yeah, Tapi sayang sekali, tak ada satupun bintang yang menghiasinya" balasku lemah.

" Tapi, masih ada beberapa bintang di daerah lain"

" bagaimana kau bisa mengatakan nya? Apakah kau sudah melihat ke tempat lain?" Tanyaku sarkastik.

Sungguh, Aku mulai merasa khawatir sekarang. Langit itu sudah terlalu membiru.. biru gelap .

" aku belum melihat nya"

Kau belum memahami bagaimana keadaan langit itu sekarang. Tapi aku yakin.. tak lama lagi kau akan tahu apa makna dari langit tanpa bintang itu. Bahkan bukan hanya kau saja , tapi semua penghuni bumi.

" austin , berjanjilah padaku akan sesuatu" pintaku sembari menatap lekat wajahnya.

" aku janji, apapun itu"

" berjanjilah untuk tidak membongkar identitas baruku" pintaku .

" aku berjanji"

Aku tersenyum mendengar ucapan nya. Aku percaya padanya. Semenjak kami bertemu, aku sudah yakin , bahwa dia adalah seorang lelaki yang baik.

" kau tak mau berkumpul bersama mereka?" Tanya nya.

" nanti saja" balasku singkat .

" kau berubah elle. Tapi , aku tahu . Kau menjadi seperti ini bukanlah tanpa suatu alasan. Aku yakin , suatu saat , kau ,skandar, dan alice akan menyelesaikan sebuah misi" jelas austin.

Aku terkejut , bagaimana dia bisa tahu ? Apakah dia membaca pikiranku? Oh tidak , pikiranku sudah dikunci oleh william. Namun skandar masih bisa membaca pikiranku.

William bisa mengunci pikiranku karena dia sangatlah pintar dalam mencari cara lain dalam mengunci pikiran. Bukan karena mencintaiku . Bisa kau bayangkan , seorang kakek kakek tua mencintaiku ? Ah , itu tidak lucu sama sekali...

Dan .. apakah skandar menceritakan nya pada austin? Kurasa itu tidak mungkin, karena ia tak akan mengambil resiko jika rencana kami akan terbongkar . Lalu siapa yang memberitahu pada austin ? ...

Apakah jangan-jangan ... dialah pengkhianat nya ?
Tenggorokan ku tercekat , pikiranku acuh tak acuh. Aku bahkan sempat merasakan kalau tubuhku melayang ...

" kaulah pengkhianat nya " ucapku lirih.

" pengkhianat? Apa maksudmu elle?" Tanyanya bingung .

Aku harus menenangkan diriku terlebih dahulu...
.
.
.
" bukan , bukan dia pengkhianat nya" bisik seseorang di telingaku .

Itu.. suara william .

Aku mendesah lega . Akhirnya, pikiran buruk ku bukanlah suatu kenyataan .

BACK TO YOU -MHIAV THIRD SEQUELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang