Prologue

1.1K 80 8
                                    

"Nale, berhenti melakukan hal bodoh seperti itu!" seru gadis berusia tujuh tahun yang sedang bermain dengan boneka beruangnya.

Seorang anak laki-laki yang sejak tadi mengganggu kegiatan gadis itu langsung terdiam. "Aku 'kan cuma mau nemenin kamu main, Vale," ujar anak laki-laki yang kerap dipanggil Nale tersebut.

"Nathan, Vania, ayo, makan siang dulu," panggil wanita berusia tiga puluh tahun dari dalam rumah.

Kedua anak yang sedang bermain di taman belakang rumah Vania tersebut langsung masuk ke dalam rumah yang didominasi dengan warna putih tersebut. Mereka berdua langsung menuju wastafel dan mencuci tangan mereka secara bergantian. Setelah mereka selesai mencuci tangan mereka, kedua anak yang duduk di kelas dua sekolah dasar itu duduk di kursi meja makan.

Wanita bernama Nizma itu meletakkan piring-piring berisi makanan di atas meja makan. Vania dan Nathan saling bertatapan dengan tatapan sengit ketika Nizma meletakkan piring berisi cumi goreng tepung.

"Ga boleh rebutan! Kalian harus saling berbagi," ucap Nizma bijaksana.

Vania dan Nathan yang sedang bertatapan sengit langsung memalingkan wajah mereka masing-masing dan bersungut.

"Tante, Mama kapan pulang?" tanya Nathan pada Nizma.

"Nanti sore, sayang. Nanti kamu main dulu sama Vania atau ngga, tidur siang dulu," ucap Nizma sambil menuangkan nasi pada piring makannya.

Seusai makan Vania dan Nathan pergi ke kamar Vania.

"Aku mau tidur!" ucap Vania dengan ketus.

"Terus? Bukan urusanku! Aku mau ngerjain PR," ujar Nathan tak kalah ketus.

Masing-masing anak itu melakukan kegiatannya. Nathan sibuk mengerjakan PR matematika, sedangkan Vania sibuk tidur.

Pukul empat sore, Nathan membangunkan Vania yang tertidur. "Vale, bangun! Ayo, ikut aku main bola!" ucap Nathan sambil mengguncang tubuh Vania dengan cukup kencang.

"Main saja sendiri! Aku masih ngantuk," ujar Vania singkat lalu kembali tidur.

"Sekali saja, Vale. Temenin aku main bola," ucap Nathan memohon.

Dengan berat hati Vania bangkit dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Tak lama kemudian Vania keluar dari kamar mandi.

"Cepat ganti baju, aku tunggu di luar," ucap Nathan seraya menutup pintu kamar Vania.

Vania segera mengganti bajunya menjadi baju kaus yang santai dan celana pendek.

"Kamu ganggu tidurku aja," omel Vania dengan bibir yang dimajukan.

Nathan hanya diam melihat sahabatnya itu mengomel tak keruan. Mereka berjalan menuju lapangan kompleks. Di sana mereka bertemu dengan teman-teman Nathan yang mayoritas laki-laki.

"Kamu tunggu aku di sini, ya," ucap Nathan seraya menatap Vania dengan mata cokelatnya.

^^^

Seusai bermain bola dengan teman-temannya, Nathan menarik pelan tangan Vania yang sudah cemberut. "Ayo, pulang!" ajak Nathan tenang. Dengan wajah tertekuk, Vania menganggukkan kepalanya.

Mereka berjalan bergandengan menuju rumah Vania yang tak terlalu jauh dari lapangan kompleks. Senyum Vania perlahan mulai mengembang lagi saat Nathan mengatakan lelucon-lelucon khas anak kecil. Mereka bahkan hampir tak sadar jika mereka sudah sampai di rumah Vania.

"Mama kamu udah pulang tuh," kata Vania sambil tersenyum tipis. Nathan menanggapi dengan ulasan senyum tipis di bibirnya, lalu menarik tangan Vania untuk segera masuk ke dalam ruang tamu.

"Mama, Papa!" seru Nathan dengan bersemangat. Ia pun berlari ke pelukan sang ibu dengan wajah yang bahagia. Anak yang manis, bukan?

"Vania, Tante sama Om mau pamit, ya. Besok pagi, kami harus pergi Prancis, tepatnya di Marseille, karena Om harus pindah kantor ke sana. Mau ga mau, Nathan harus ikut, dan kita ga tau kapan balik lagi ke Indonesia," ucap Silvi-Mama Nathan-dengan tenang dan tersenyum.

Vania yang duduk di pangkuan Nizma langsung memajukan bibirnya. Nathan yang tahu perubahan ekspresi Vania langsung menghampiri gadis manis itu dan membisikkan sesuatu di telinga kirinya. Perlahan bibirnya tak maju lagi, walau masih ada raut wajah kecewa di sana. "Janji?" tanya Nathan sambil tersenyum sehingga gigi bawahnya sudah tanggal terlihat jelas. Vania mengangguk perlahan, lalu mereka berdua pun menautkan jari kelingking mereka. "Pinky promise!" seru mereka berdua dengan kompak.

^^^

10 Januari 2016
16.00

ValeNaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang