FOURTEEN

296 29 2
                                    

"Dari mana lo?" tanya seseorang dari ruang tengah saat Vania sampai di rumahnya.

Vania mengerutkan keningnya bingung. Nathan? Ngapain dia di sini? tanya Vania dalam hati.

"Vania! Jawab pertanyaan gue!" ujarnya dingin sambil memindahkan saluran tv, dan tanpa menoleh.

"Harus banget gue kasih tau?" Vania memancing amarah Nathan.

Nathan menoleh dengan tatapan garangnya. "Ga harus kok," jawabnya datar dan dingin, lalu kembali fokus dengan layar pipih di depannya.

"Berasa rumah nenek, ya. Seenaknya selonjoran di rumah gue, nonton tv sendirian." Vania memajukan bibirnya.

Vania yang sejak yang berdiri tepat di belakang sofa ruang tengah langsung ditarik oleh Nathan. "Itu siapa?" Mata Nathan mengarah pada seseorang yang sedang tidur di karpet. Mata Vania menangkap Agra yang sedang tertidur sambil memeluk bantal sofa. Vania langsung menyeringai malu, lalu ia berjalan ke kamarnya.

Vania masuk ke dalam kamarnya. Ia menggantungkan tasnya di belakang kamarnya. Ia berjalan menuju tempat tidur dan menghempaskan dirinya ke atasnya. "Ngapain coba dia di sini? Ngotor-ngotorin rumah aja," gumamnya, lalu ia buru-buru menepuk bibirnya pelan menyadari ucapannya yang sedikit kelewatan.

Tok tok tok

Vania melenguh malas. Ia bangkit dari tempat tidurnya. Ia menekan kenop pintunya. "Kenapa, Kak?" tanya Vania saat melihat Azra yang berdiri di depan pintu.

"Udah makan belum?" tanya Azra sambil menyandarkan tubuhnya di dinding.

Vania mengangguk. "Emang Kakak sama Agra belum makan?"

Azra menggeleng sambil menyeringai yang Vania langsung mendelik.

"Duitnya lo kemanain?" tanyanya jutek.

"Buat makan sama Della," jawb Azra ringan sambil menyeringai.

Amarah Vania naik ke ubun-ubun, lalu ia menghirup napas panjang dan mengembuskan perlahan. "Lo kalau jadi cowok modal dikit dong! Kalau emang ga punya duit mending ga usah ngajak cewek makan, atau ga usah punya cewek sekalian," ucapnya dengan cukup tenang. "Tadi pagi 'kan gue udah bilang, jangan lupa Agra dikasih makan. Terus tadi dia makan apa?"

"Makan nugget di kulkas," tiba-tiba Agra menyahut dengan suara berat khas orang baru bangun tidur.

"Makan nasi?" tanya Vania menyelidik. Agra menggeleng lemas. Vania mendengus kesal lalu masuk ke dalam kamarnya dengan membanting pintu.

Suara petikan gitar memenuhi ruangan kamar Vania. Vania yang sedang bersandar di belakang pintu langsung tersentak. Siapa yang memainkan gitarnya? Ia langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling kamarnya. Pandangannya langsung terpaku ke balkon. Terdapat bayangan laki-laki yang sedang memainkan gitar. Vania berjalan perlahan ke arah balkon kamarnya.

"Nathan?" gumamnya pelan. Laki-laki itu menoleh. Dan, ia benar-benar Nathan yang sedang memainkan gitar. "Kok lo bisa di sini?" Vania mengerutkan keningnya.

"Balkon kamar lo ga terlalu tinggi dari bawah," ucapnya santai.

Vania memajukan bibirnya. "Gue bete banget, njir," keluh Vania pada Nathan. Nathan menoleh sekilas, lalu ia kembali sibuk dengan gitar. "Wajar ga sih sebel sama pacar kakak sendiri?" Vania duduk termangu dengan mata yang menatap langit.

"Tergantung," tanggap Nathan.

"Tergantung? Tergantung gimana?" Vania menoleh ke arah Nathan.

"Kalau nyebelin, wajar-wajar aja. Kalau ngga, ya berarti lo aneh," jawabnya datar dengan mata yang fokus dengan senar gitar.

ValeNaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang