TWENTY FOUR

263 20 4
                                    

Satya baru saja kembali dari kantin rumah sakit. Ia kembali bersama Agra, Azra, dan Nathan. Saat kembali di ruang tunggu ICU, mereka berempat melihat Vania yang tertidur di sofa dengan tangan yang menggenggam ponsel.

"Van, bangun," kata Satya seraya menggoyangkan tubuh Vania.

Vania hanya melenguh ketika Satya membangunkannya. Ia justru mengubah posisinya.

"Van, bangun dong," ucap Azra sambil menjawil dagu Vania.

Vania mengerang marah.

"Gini aja, mmm ... daripada kalian tidur di sofa, kalian tidur rumah gue aja. Ga jauh dari sini kok," ucap Satya ringan.

"Tapi di sini ga ada yang jagain Bunda," ucap Agra.

"Biar gue yang jagain, kalian istirahat aja," kata Azra dengan tatapan yang serius.

Nathan mangut-manggut setuju mendengar ucapan Azra. Satya dan Agra pun juga manggut-manggut. Dengan gesit Satya menggendong Vania dan membawa gadis itu ke mobilnya. Agra dan Nathan mengikuti di belakang.

Sejujurnya, Nathan tidak rela melihat Vania yang digendong Satya, dan Vania pun terlihat begitu nyaman. Namun, ia siapa? dia tidak berhak untuk marah jika Satya menggendong Vania.

Sesampainya di mobilnya, Satya langsung membaringkan tubuh Vania di kursi belakang mobilnya. Agra masuk ke dalam mobil Satya, sedangkan Nathan pergi ke mobilnya sendiri. Kedua mobil itu keluar secara beriringan.

Di dalam mobil, Nathan mencengkram erat setir mobilnya sambil menatap lekat mobil Satya yang berjalan di depannya.

Kenapa gue ga rela, ya? Emang gue siapa sampe ga rela dia sama Satya? Batin Nathan sambil terus menginjak gas.

Tak sampai dua puluh menit kemudian, mereka sampai di sebuah rumah minimalis dengan cat putih dan merah marun. Satya dan Nathan langsung memarkirkan mobil mereka di garasi rumah tersebut. Saat Nathan hendak turun dari mobilnya, ponselnya berbunyi. Nathan langsung merogoh kantung celananya untuk mengambil ponsel.

Papa
0812xxxxxxxx

"Halo, Pa."

["Kamu di mana?"]

"Di rumah temen."

["Oh. Besok Papa mau ketemu sama kamu di tempat biasa jam 10 pagi."]

"Iya."

Sambungan pun terputus. Nathan langsung masuk ke dalam rumah Satya. Di ruang tamu rumah tersebut, Satya dan Agra sedang mengobrol. Menyadari kedatangan Nathan, Satya langsung mengajak Nathan mengobrol.

"Kalau lo mau tidur, di atas ya. Dari tangga belok kiri, pintu pertama masuk aja," ucap Satya.

"Vania tidur di mana?" tanya Nathan datar.

"Di sebelah kamar lo," jawab Satya sambil menuangkan jus yang sempat ia beli di perjalanan.

Nathan mengangguk-angukkan kepalanya.

"AAA...." terdengar suara pekikan yang sudah dipastikan itu adalah pekikan Vania.

Ketiga laki-laki itu langsung menghampiri kamar yang Vania tempati. Nathan yang sampai duluan langsung menghampiri Vania. Dengan cepat Vania langsung memeluk Nathan dengan erat. Tubuh Nathan langsung terasa kaku saat tangan Vania melingkar di tubuhnya. Namun, perlahan tubuh Nathan sedikit melemas dan Nathan membalas pelukan Vania dengan canggung.

"Lo kenapa?' tanya Nathan dingin.

Vania tidak menjawab. Gadis itu hanya terus memeluk Nathan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

ValeNaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang