ONE

629 68 13
                                    

Vania duduk di taman sekolah dengan tatapan yang kosong. Pikirannya berkelana ke mana-mana.

Nale, kapan lo pulang dari Prancis? Gue, Feliza, Tommy, Gwen, dan Kino kangen sama lo. Lo jangan lupain persahabatan kita-lo dan gue-yang udah kita jalin dari masih dalem kandungan. Masa iya persahabatan kita hancur cuma gara-gara lo pergi ke luar negeri terus ga kasih kabar apa-apa? Batin Vania.

"Masih mikirin Nale?" tanya Kino yang tiba-tiba sudah duduk di sebelah Vania.

Vania hanya menghela napasnya.

"Kin, kapan sih dia pulang? 'Kan gue kangen sama bocah itu. Kangen diisengin, kangen diajak main bola, kangen rebutan cumi, kangen dia kalau lagi jutek, pokoknya gue kangen sama dia!" ucap Vania sambil memajukan bibirnya.

"Ada saatnya dia pulang. Lo ga inget janji dia? Di umur 15 tahun, tepat di hari ulang tahunnya, dia bakal balik ke Indonesia. Ulang tahun dia ga sampe seminggu lagi loh," ucap Kino berusaha menenangkan Vania.

Vania langsung tersentak. Dilirik jam digital yang melingkar di pergelangan tangannya. Benda itu menunjukkan tanggal 6 Oktober, sedangkan ulang tahun Nale akan datang enam hari lagi, 12 Oktober.

"Temenin gue beli kado," ujar Vania tiba-tiba.

"Sekarang?" tanya Kino ragu sambil mengerutkan dahinya.

"Ngga! Seabad lagi! Ya, sekarang lah! Cepet anterin gue!" kata Vania memaksa.

Kino membuang napasnya asal dan bangkit dari duduknya. Vania menarik tangan Kino menuju tempat mobil Kino diparkir.

Kino mengendarai mobilnya keluar dari area sekolah menuju sebuah pusat perbelanjaan. Tak sampai sepuluh menit, mobil itu sudah terparkir di gedung parkir pusat perbelanjaan yang dituju. Lagi-lagi Vania menarik tangan Kino agar berjalan lebih cepat.

"Duh, Vale, jalannya pelan-pelan aja," protes Kino.

"Kita ga punya banyak waktu, Kin. Gue mau beliin Nale hadiah yang spesial," ucap Vania dengan riang.

Kino menggeleng-gelengkan kepalanya. Perubahan suasana hati Vania yang membuat laki-laki berjambul ini bingung. Belum ada dua jam Vale murung, dan sekarang Ia sangat senang.

Vania sibuk memilih-milih hadiah untuk Nathan, sedangkan Kino duduk di tempat yang disediakan oleh pihak toko. Vania sibuk diantara miniatur-miniatur papan luncur, Ia menimbang-nimbang pilihan yang tepat hingga Ia jatuh pada pilihan miniatur papan luncur berwarna hijau dan merah. Vania juga membeli beberapa kaus bergambar karakter kartun. Langsung dibayar barang-barang yang ia beli.

"Makan, yuk!" ajak Kino ketika Vania sudah kembali ke hadapannya.

Vania mengangguk setuju.

^^^

Malam begitu sunyi. Hanya suara binatang malam yang berbunyi dan menghiasi malam yang gelap. Bintang-bintang bersinar membuat langit tampak begitu indah. Namun, malam yang indah itu tak membuat Vania menjadi lebih semangat. Pikirannya masih dilauti oleh Nathan. Nathaniel Kenzie Aurellio, laki-laki yang meninggalkan Vania delapan tahun yang lalu untuk ikut dinas dengan orangtuanya.

"Ga ada capek-capeknya, ya, mikirin Nathan. Itu cowok kalau masih hidup pasti bakal balik ke Indonesia, percaya deh," ucap Gwen yang seraya memotong kukunya.

Vania yang sedang berbaring di balkon hanya berdeham menanggapi ucapan Gwen. "I know, but waiting is the most boring activity," ucap Vania sekenanya.

"Lo nungguin hasil UN aja santai, lah ini nungguin Nathan aja sampe segitunya," ujar Gwen sambil masih dengan kegiatan memotong kuku.

"Stephanie Gwen Teriyaki-"

ValeNaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang