PANJI POV
Hubunganku dengan Jani kian dekat, aku berniat akan menyatakan perasaan ini saat ia akan merayakan ulang tahunnya.
Mungkin aku salah telah menyiakan Jani selama ini dan malah menghabiskan waktu dengan dila yang jelas - jelas membuat hubunganku dan Jani sempat merenggang.Hari ini aku dan Jani berniat nonton bersama dengan gengs, kami akan berkumpul di mall dan sudah ada Yuda di mall menunggu kami.
Aku berjalan menuju lift kutekan tombol 4 dimana Yuda berada di lantai 4 menunggu kedatangan aku dan Jani. Sesampainya di lantai 4 aku dan Jani menuju sebuah tempat makan bernuansa jepang kami pun bertemu dengan Yuda.
"Ey Yud" sapaku menepuk tangannya
"Oi! Sini duduk dulu Ji" ucapnya mempersilahkan aku dan Jani duduk
Kami berbincang - bincang dan memesan makan menunggu bukan hal yang menyenangkan tetapi karena kami bertiga semua tak terasa membosankan. Banyak hal yang Yuda dan Jani bicarakan membuatku terhibur karenanya.
Acara menonton kami dimulai jam 5 sore, semua anggota gengs sudah datang kami pun segera mengambil tiket yang sudah kubooking dari tadi pagi. Selesai menonton kami semua beranjak pergi dari mall menuju cafe yang biasa menjadi tempat kami berkumpul. Seperti biasa kuhabiskan waktuku dengan mereka mengisi panggung di cafe dengan menyanyikan lagu lagu the beatles.
Acara yang kulalui semua berakhir sampai pukul 9 malam karena aku harus mengantar Jani pulang.
"Eh Ji, gw boleh nginep gak dirumah lo?" Tanya Yuda sebelum aku pergi meninggalkan cafe
"Oh yaudah ke rumah duluan aja Yud. Gw anter Jani dulu ya tapi" ucapku
"Sip" ucapnya mengacungkan jempol
Aku dan Jani menuju parkiran, kami berdua memasuki mobil dan meninggalkan parkiran yang padat dengan mobil lainnya.
Dalam perjalanan aku menggila dengan Jani kami masih menyanyikan lagu - lagu yang tadi gengs mainkan di cafe."Aku mau deh nanti aku ulang tahun kamu nyanyi juga ngisi acara aku ya" ucapnya penuh harap
Aku hanya tersenyum, "iya santai aja nanti aku main kok jadi vokalisnya haha" ucapku
Jani hanya tertawa dan mengelus pipiku lembut. Akhirnya kuhentikan mobil ini tepat di depan pagar rumahnya. Rumahnya tampak sepi dari luar dan terlihat dua mobil di garasi luarnya sudah berada dari tadi.
"Kayanya udah pada pulang deh orang tua kamu" ucapku melirik ke arah garasi dan menengok ke Jani
"Ah udah gakpapa. Lagi pula aku udah bilang perginya sama kamu kok" ucapnya tertawa
Aku hanya terkekeh, namun tatapan Jani berubah. Ia menatapku lebih dalam, wajahnya mendekat dan terus mendekat. Kini hanya aku dan dia yang berada di jarak paling dekat yang pernah kurasakan bersamanya.
"Ji....." Ucapnya pelan
Aku hanya terdiam sampai akhirnya ia menciumku dan aku tak menolaknya. Namun entah kenapa saat aku menutup mata terlintas wajah Dila di benakku membuatku memundurkan wajahku.
"Kenapa?" Tanyanya bingung
"Kayanya udah malem deh kamu masuk gih. Aku takut sampe rumah kemaleman" ucapku
Dengan suasana canggung Jani mengangguk "yaudah kamu hati - hati ya Ji. Goodnight" ucapnya mengelus pipiku dan keluar dari mobil
Entah apa yang ada di pikiran Jani mengenai responku tadi walau jujur aku tak berniat untuk menolaknya.
Ia berdiri di depan pagarnya melambaikan tangan kearahku. Aku melambaikan tangan balik dan memberi klakson lalu pergi berlalu. Dalam perjalanan yang sepi ini aku terus berfikir mengapa ada wajah dila dalam benakku? Mengapa aku harus merusak suasana tadi? Jelas - jelas aku menyukai Jani bukan Dila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Love [END]
Romance[Complete] Persahabatan, cinta tak akan bisa terpisah jauh. Apapun yang kurasakan saat ini adalah nyaman. Nyaman yang tidak bisa digantikan oleh seorang manapun yang datang. Terkadang kita lupa, mencintai bukan berarti harus mencari di luar circle...