8

1K 42 2
                                    

Aku pun memasuki rumah dengan membawa belanjaan tadi. Yuda mencoba menghubungiku selama aku dan Panji berbelanja tadi. Aku pun membalas pesan darinya dan mengatakan akan bertemu dengannya minggu depan.

Setelah ia menyetujui itu, aku pun tak membalas pesannya lagi, aku memutuskan akan menghindari dia bahkan aku ingin menghentikan pendekatan ini sebelum ia menyatakan perasaannya.

Aku menyalakan laptopku membuka skype yang sudah lama tak aku buka itu, aku melihat banyak temanku yang sedang on akhirnya aku mengisi waktuku dengan skype-an sampai akhirnya Panji on dan meng-skype ku.

Berjam - jam ia berbicara denganku, awalnya masih dingin mengingat kejadian di mobil tadi, namun apa yang  telah terjadi membuat aku dan Panji saling mengerti satu sama lain. Ia sudah tau maksud dari tujuanku untuk menghentikan hubungan pendekatan ini. Sedangkan Panji akan berusah lebih keras mengejar jani lagi sebelum apa yang ia takutkan itu terjadi.

Kami selesai skype jam 10 malam, diakhiri dengan kata "good night" aku pun terlelap menuju mimpi malam ini.

Suara deringan dari handphone memenuhi ruang kamarku, melihat sudah ada banyak notif dari panji. Ada 25 misscall darinya sedari subuh. Aku pun terduduk diam sejenak dan menuju kamar mandi.

Aku bersiap tanpa membalas notif Panji, sibuk dengan memilih dress sederhana untuk main di dalam lemari besar membuatku melupakan handphoneku itu. Sampai akhirnya ia menelponku dan aku balas untuk memastikannya bahwa aku sudah bangun dan sedang bersiap. Dengan dress selutut berwarna gelap di padu dengan balero merah aku juga mengenakan sling bag dan juga flat shoes aku bersiap menuju sekolah.

Di sekolah tampak sepi sampai akhirnya suara vespa unik milik panji terdengar.

"Naik" ucapnya semangat

Aku hanya mentatapnya datar penuh kebingungan

"Buru hampir telat nih" ucapnya

Tanpa berbasa - basi lagi aku menaiki vespanya dan kami pun berlalu melewati pagar sekolah.
Selama perjalanan, ia terus bernyanyi gembira tanpa adanya penjelasan mengenai ini.

"Sebenernya ngapain sih langsung otw? Kita gak nunggu anak - anak?" Tanyaku dalam perjalanan

"Emang mau ngapain nunggu mereka? Orang mereka gak bakal ke sekolah. Libur kaleeee" ucapnya

Aku mengggerutu mengetahui bahwa ia baru saja mengerjaiku dan memaksa aku bangun pagi di hari libur.

"Sialan lo ah" ucapku memukul helmnya

"Haha udah ini gw ada rencana buat lo. Nikmatin aja lah Dil" ucapnya

Aku hanya tertawa sesekali memperhatikan spion vespanya dan sesekali juga mata kita bertemu, ia tersenyum padaku melalui spion dan kami pun tiba di suatu tempat.

Motor vespa ini terparkir di deretan toko - toko tua bertema vintage, daerah yang belum pernah aku telusuri sebelumnya. Ia menarik tanganku lembut ke dalam sebuah gedung tua.

"Ngapain kita disini?" Tanyaku melirik tiap sudut gedung

"Bentar ya tunggu disini" ucapnya meninggaliku di sini

Beberapa saat ia kembali dengan membawa dua kertas dalam genggaman tangannya.

"Yuuu masuk acaranya mau mulai" ucapnya

Aku hanya mengikuti langkahnya, mengetahui bahwa sebenarnya ini gedung teater tua dan ada penayangan teater yang akan berangsung hari ini.

Kami pun duduk di bangku layaknya bangku bioskop berwarna merah marun. Tak lama lampu ini menggelap namun belum ada tanda tirai merah di panggung itu terbuka.

Stupid Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang