12

856 30 0
                                    

Keadaan memparah. Di sekolah banyak anak - anak yang membicarakan soal party Jani yang kacau karna ulah Panji. Tentu aku termasuk dalam orang yang menghancurkannya.

Aku berusaha untuk mencari Jani tapi aku tau dia tidak ada di kelasnya karna aku sudah beberapa kali melewati kelasnya namun, tak tampak juga. Tapi anak - anak bilang Jani masuk sekolah. Sedangkan Panji ia tidak masuk sekolah hari ini.

Sampai pulang sekolah aku tidak bertemu Jani namun, saat di dekat gerbang aku melihatnya menunggu jemputan dari supirnya.

"Janiiii" teriakku

Ia menoleh dan membuang mukanya seolah tak peduli. Tapi aku berlari kearahnya dan kini tepat berdiri di sampingnya.

"Jan? Boleh ngomong gak?"

Ia masuk terdiam seolah tak mendengar apa yang aku katakan.

"Ikut gw yuk, gw mau ngomong serius sama lo" ajakku segera menariknya.

Aku membawanya ke taman sekolah.

Ia terduduk di bangku taman, terdiam seolah tak ingin melihatku.

"Jani maaf kalo emang party lo rusak kemarin. Gw gak tau sama sekali soal ini. Apa yang lo liat semalem pas party itu gak bener dan lo tau kan ? Gw sama Panji itu sahabatan dan kita lagi musuhan mungkin ini cuman pelarian dia doang biar kita bisa damai. Tapi gw sama dia gak ada apa - apa kok" jelasku

Ia seperti menahan air matanya, memelukku erat.

"Jani? Please maafin gw. Gw gak mau kehilangan sahabat gw cuman karna masalah gini yang gw aja gatau kenapa bisa begini" ucapku mengelus rambutnya

Ia melepas pelukannya menyeka air mata yang membasahi pipinya.

"Kalo lo bilang lo gak mau kehilangan sahabat lo cuman karna ini, begitu juga gw Dil. Gw ikhlas kok" ucapnya

"Maksudnya?"

"Panji itu beneran sayang ke elo Dil. Sekarang lo pikir deh selama ini kalian selalu bareng apa iya kalian gak saling sayang? Kalian itu saling ngelengkapin. Jujur gw sempet iri liat lo bisa bikin Panji selalu seneng selalu bahagia gak sama halnya kaya gw yang bareng sama dia tapi sebenernya itu biasa aja buat dia" jelasnya

"Gw sama dia sahabatan doang kok Jan. Apalagi sekarang hubungan sahabatan kita udah kandas" ucapku

Ia menggeleng, Jani meraih tanganku "Dil, kejar sebelum hilang. Dia nunggu lo dan gw ikhlas kok, gw lebih baik relain lelaki yang jelas gak sayang sama gw dibanding gw kehilangan sahabat kaya lo" jelasnya

Aku tertunduk, apa iya Panji benar menyayangiku? Aku saja sampai sekarang tidak percaya sama sekali.

"Ikutin hati kecil lo Dil, gw tau lelaki yang pas buat lo itu Panji" ucapnya

Aku menggeleng.

"Gw minta maaf ya Dil, gw pengen kita lanjut sahabatan lagi" ucapnya lagi

Segera kupeluk Jani, "iya Jan gw juga pengen kita lanjutan terus ya tetep sahabatan"

Dan akhirnya, aku dan Jani sudah menyelesaikan masalah ini mungkin karna kita sama - sama tau bahwa persahabatan itu penting daripada apapun. Dan aku juga tau mungkin Jani tidak se-kanak - kanak yang kupikir selama ini.

Jani pun menjelaskan, setelah kepergian Panji waktu itu ia sudah diberi nasihat oleh Yuda dan juga Jani berusaha untuk melapangkan dada atas segala yang terjadi. Memang Jani sudah tau banyak bahwa Panji lebih mengkhawatirkan aku dibanding dirinya dan juga Jani mengatakan bahwa Yuda pun sudah bisa membuatnya nyaman saat itu juga. Saat ini Jani bisa tenang dengan adanya Yuda, walau Jani belum siap untuk membuka hatinya disaat seperti ini tetapi ia membuka jalan untuk Yuda yang berniat baik padanya.

Stupid Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang