Part 1

2K 21 4
                                    

Mataku tidak berhenti memperhatikan jejeran rak buku yang telah menyita perhatianku sejak ku memasuki sebuah toko buku kecil dipinggiran jalan tak jauh dari tempat tinggalku. Toko kecil ini jika dilihat dari luar bukan seperti toko buku yang biasa kita temukan pada umumnya namun jika kita masuk kedalamnya maka kita akan takjub dengan keramahan pemiliknya yang hangat menyambut kita seraya mananyakan apa yang kita butuhkan dan dengan sigap mereka akan mencarikan, tanpa kita harus bersusah payah mencari. Tadinya aku hanya ingin mampir untuk melihat-lihat sambil menunggu bus yang akan datang satu jam lagi dari pada jenuh maka aku putuskan untuk masuk ketoko ini.

“hello Keleey, apa kabar? Cantik sekali hari ini”, sapaan ramah Zayn menyambutku saat pintu kaca toko kubuka. Aku tersenyum seramah mungkin membalasnya.

“hello juga Zayn, kau juga tambah tampan dari hari kemarin”. Balasku sambil menahan senyum, jujur saja Zayn memang pemuda yang tampan dengan darah pakistan mengalir kuat bercampur darah Inggris di tubuhnya.

Namaku Keleey Stone Winstead, aku adalah gadis asli California tetapi lahir di kota kesayanganku Bradford-Inggris dan aku tinggal disana sampai aku lulus Senior High School tahun lalu. Saat ini aku berumur 18 tahun dan sekarang aku berada di kota London bersama seorang kakakku sekaligus kembaranku yang bernama Aleey Stone Winstead. Sebetulnya aku lahir lebih dulu darinya beberapa menit dan menurut ibuku Aleey lah yang akan menjadi kakaknya.

Wajahku biasa saja menurutku tidak begitu cantik tapi untuk standard seorang yang menyukai seni lumayanlah. Tinggiku 172 cm dan beratku 50 kg lumayan proposional menurutku. Warna mataku biru hidungku lumayan mancung dan bibirku agak tipis dan berwarna merah muda. Yang membedakanku dengan Alley adalah ada Dimples di kedua pipinya sedangkan aku tidak mempunyainya yang membuatnya tampak lebih manis dariku.

Aku tinggal di sebuah Apartement yang sederhana dekat dengan Universitas tempatku berkuliah yaitu University of London International Programmes karna aku dan kakakku itu sangat menyukai seni maka dari itu kita memilih jurusan Seni Rupa dan Desain.

Zayn adalah sahabatku yang paling mengerti aku. Nama panjangnya adalah Zayn Javvad Malik, wajahnya sangat tampan dengan darah Pakistan dan Inggris mengalir di tubuhnya. Bulu matanya lentik, bola matanya yang berwarna coklat terang menambah keindahan dari matanya ditambah lagi dengan hidungnya yang mancung dan bibirnya yang berwarna merah muda dan tipis itu membuatnya terlihat sangat tampan. Mungkin jika aku bukan sahabatnya, aku sudah jatuh cinta dengannya hihi.

“ley” seru Zayn menyadarkanku dari lamunanku sambil menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajahku.

Aku menepis tangan Zayn yang masih bergoyang di depan wajahku “ada apa Zayn?” ucapku sambil melotot ke arahnya.

Dia memutar matanya “harusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kau melamun?” jawabnya sambil beracting seperti seorang yang sedang berfikir “oh yaa kamu pasti sedang memikirkanku” lanjutnya yang sangat kepedean sambil tertawa terbahak-bahak.

Aku membulatkan mataku dan menutup mulutku dengan satu tanganku, terkejut dengan perkataan yang barusan dia katakan “astaga kau pede sekali Zayn” seruku sambil meninju bahunya dan mengacak-acak rambutnya. Kali ini aku yang tertawa.

dia berhenti tertawa dan mendengus kesal “kenapa kau meninjuku? kau tahu kan tenagamu yang sebesar gorilla itu?” ucapnya sambil menahan sakit di bahunya dan tangannya mengelus-elus bahunya “oh astaga rambutku, jambulku, kau apakan dia? Kau tahu berapa lama waktu yang kubutuhkan untuk menata jambul terbaruku ini? Huh!” lanjutnya sambil merapikan bentuk jambul yang sudah acak-acakan itu sedangkan matanya tidak lepas dari sebuah kaca yang terpampang jelas di depannya saat itu.

Aku memutar mataku sambil berdecak kesal “oh ayolah maafkan aku, sini-sini akan kurapikan jambulmu itu” ujarku sambil membalikkan badannya agar melihat ke arahku.

My MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang