Bagian 6

3.1K 312 22
                                    

"Kemana saja kamu? Suami sakit dan kamu keluyuran? Ah, lupakan saja, kau pikir aku peduli kemana kau pergi?" Jagad bukannya tak tahu kalau Anya yang mengurus biaya perawataannya, Ondro sudah menjelaskan semuanya termasuk bagaimana Anya pingsan, tapi mengetahui Anya sempat bicara dan ngobrol dengan seorang dokter yang dikatakan Ondro sangat tampan dan terlihat mereka seperti pernah dekat membuatnya tidak tenang,Ondro juga bercerita bagaimana dia melihat Anya menangis karena Dokter tampan itu terlihat bergandengan dengan perempuan lain tentu saja tanpa sepengatahuan Anya, siapa sangka cerita dari mulut ember Ondro membuat Jagad entah mengapa merasa panas dan geram, menyadari begitu lama istrinya itu kembali ke ruangannya membuatnya memikirkan jangan - jangan istrinya kepincut dengan dokter. Ah!! memangnya aku peduli, gerutunya dalam hati.

"Anya harus ngurus keperluan mas dulu baru bisa kesini" Jawab

Anya menunduk, mendengar perkataan suaminya yang kasar

membuat perasaannya semakin tidak karuan, sekarang perasaannya sangat hancur butuh sandaran, bagaimanapun juga dia seorang wanita yang juga bisa lemah.

"Oh, jadi permasalahannya tentang biaya? Jangan buang - buang

uangmu lagi, kalau bisa sekarang juga aku pindah dari ruangan

mewah ini" Anya tercenung mendengar balasan suaminya, bukannya melunak, tapi tambah kasar, jagad tidak tahu Anya sudah menahan air mata sejak tadi, melihat reaksi Anya yang seakan murung membuatnya berpikir mungkin Anya menyesal menikah dengannya dan baru sadar bisa menikah dengan lelaki yang lebih mapan dan terhormat seperti dokter yang diceritakan ondro tadi. Ini berita baik, seharusnya.

"Mas kenapa sih, ini bukan buang - buang uang, mas gak tahu Anya lebih bisa hidup menderita dan miskin gak punya apa - apa

ketimbang melihat mas dirawat seperti ini" isakan yang keluar dari mulut Anya membuat jagad malah semakin uring - uringan, bukannya kasihan tapi malah semakin gusar.

"Sudahlah,Hapus Airmatamu!! , kamu bahkan tidak tahu aku lebih

memilih mati daripada harus hidup dengan perempuan manja

sepertimu" Cukup sudah Anya tidak tahan, dia tak membalas apapun perkataan Jagad tapi isakan tangisnya keluar begitu saja, semakin lama semakin kencang, begitupula airmatanya yang mengucur deras.

Jagad yang melihat akhirnya terpana, apa perkataannya benar-benar melukai hati Anya? Jagad masih terdiam, ingin menenangkan istrinya tapi tentu saja akal sehatnya masih berfungsi mengendalikan ego dan gengsinya, Anya hanya ingin satu, Jagad menjadi tempatnya menguatkan diri dari kenyataan yang baru diketahuinya, tapi harapannya di hapus dengan sempurna oleh jagad.

"Baiklah, jika mas sudah muak dengan Anya, Anya bakal mengakhiri semua ini, tapi dengan satu syarat, mas harus sembuh dulu" Anya menyahut di sela - sela sesenggukannya berusaha tersenyum, perasaan dan harapannya yang sudah pupus membuatnya tak bisa melakukan apa - apa lagi. Mungkin sudah waktunya untuk menyerah.

Jagad menatap kaku kearah Anya yang sekarang masih terisak

dengan lengan yang menutupi wajahnya, tanpa memperdulikan jagad yang bingung.

1 jam

2 jam

Isakan itu berhenti dan menyisakan dengkuran halus dari Anya,

karena kelelahan menangis di sofa dia tertidur. Jagad tidak mengerti apa yang terjadi dengan istrinya, untuk sesaat dia terperanjat karena merasakan perasaan yang janggal sedari tadi saat Anya mulai menangis, sebelum ini Anya tidak pernah menangis di depannya bahkan untuk mendiamkan Jagad tidak pernah separah ini. Sosok Istrinya yang cerewet, jahil, suka menggoda dan bermuka tebal sudah hilang dan yang ada hanya Anya yang murung dan terlihat pasrah.

TEKADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang