Bagian 14

4K 360 80
                                    

Ah, entahlah...Langsung saja -___-

Happy Reading.

***

"Percayalah sayang, aku benci harus melewatkan pagi bersamamu tadi pagi..." Anya tanpa sadar menahan nafas, dan mengeluarkan pekikan kaget saat Jagad membopongnya tiba – tiba seraya mendudukannya dipangkuan Jagad saat mereka mencapai sofa. Untung saja mencuci piring kotor sudah selesai.

Tawa cekikikan Anya membuat Jagad terpana, dipandanginya istrinya yang sedang menghindari ciumannya di sekitar leher dan telinga. Jagad tetap mengendus seperti orang yang kelaparan. Wangi tubuh Anya sehabis mandi benar – menar membuatnya kelimpungan. Dia tidak habis pikir bagaimana ada wangi orang yang begitu memabukkan rasanya.

"Mas... hihii, hahaa berhenti" Anya mencoba menghalau kepala Jagad yang terus memburu bahu bagian belakang sampai leher dan telinganya, geli luar biasa rasanya.

Dengan lembut Jagad menarik pinggang Anya mendekat padanya, meski Anya yang sekarang duduk di pangkuannya berubah tak jinak lagi"Apa, Sayang..." Ucapnya serak.

"Astaga geli sekali... berhenti mas" Sanggah Anya tak kalah serak, gairah dan hasrat sudah menguasai mereka berdua.

"Berhenti atau terus??" Usapan Jagad pada perut dan sekitar dada Anya membuat istrinya itu terbeliak dan mendesah tidak karuan, meskipun begitu kedua tangan Anya tetap berpegang pada leher Jagad yang berada dibalik punggungnya.

Jagad baru saja memutar Anya menghadapnya dan akan melumat habis bibir Anya saat suara dering handphone Jagad di nakas samping sofa tempat mereka bercumbu berbunyi, awalnya Jagad tidak menghiraukannya, namun Anya mengambilnya dengan sebelah tangan sementara Jagad masih mengendus dan mencium leher Anya.

Jagad mendongak, mengambil handphone yang disodorkan Anya dan melihat ada nomor tidak dikenal sedang menghubunginya.

Jagad memutuskan untuk menekan tombol hijau dan mendekatkannya kea rah telinga, tanpa melepas Anya yang ada dipangkuannya. Namun tdiak beberapa lama suara wanita tertangkap oleh telinga Anya, bukan suatu yang perlu dikhawatirkan piker Anya, pikirannya tersebut ternyata salah setelah melihat ekspresi tegang dangan rahang yang mengeras dari Jagad. Tidak berhenti disitu, gerakan Jagad yang tiba – tiba memindahkan Anya untuk duduk di sofa membuat Anya terhenyak sesaat. Jagad tanpa berpikir panjang dan tanpa berkata apapun keluar dari sana, meninggalkan Anya yang tiba – tiba merasa sakit dan kecewa.

***

Sejak kejadian semalam, kami tidak pernah berbicara lagi. Mas Jagad pun terlihat tidak berniat mengajakku berbicara, bahkan tidurpun dia tidak di kamar. Dia memilih untuk tidur di sofa depan telivisi.

Berkali – kali aku mengenyahkan ekspresi dingin setelah mas Jagad menerima telepon dari seseorang tadi malam, berkali – kali pula dadaku terasa nyeri dan merasa tidak diperdulikan. Ekspresi dinginnya mulai kembali, mulai mendorongku jauh ke perasaan sadar diri, Mas Jagad tidak pernah menganggapku siapa – siapa, apalagi seseorang yang berharga baginya.

Semuanya tambah rumit saat aku tidak mendapati mas Jagad pagi ini, dia tidak memberitahu atau meninggalkan apapun. Aku duduk meluruh ke lantai, merasa gamang, aku tidak bisa memikirkan lagi bagaimana keadaan rumah tangga kami untuk kedepannya. Apa yang terjadi sebenarnya, aku tidak bisa membayangkannya.

Lelah menangis membuatku tertidur, saat bangun matahari sudah berada diatas kepala. Kuputuskan untuk bangun dan membereskan rumah. Sesaat mencuci peralatan dapur kudengar pintu diketuk. Aku sedikit berlari kemungkinan mas Jagad yang sudah pulang membuatku bersemangat. Tunggu, mas Jagad mengetuk pintu? Tumben.

Dahiku berkerut, sedikit bingung melihat wanita berumur sekitar 40 an di depanku, senyumnya saat melepas kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya membuatku merasa seketika takut, setauku aku tidak pernah mengenal siapapun yang berada di depanku ini.

TEKADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang