Langsung aja,
Happy Reading :D
***
"Eh...Gad!!"
Aku tak mendongak dari buku menu yang kutekuni, mendengar Aldo terbata menyebut nama yang membuat dadaku berdesir, aku tidak punya ide darimana dia kenal mas Jagad. suasana berubah hening seiring dengan sesosok tubuh yang menjulang tinggi berdiri tanpa kata di sampingku. Demi Tuhan, tubuhku membeku, aku hapal sekali dengan wangi tubuh ini. Aku diam.
"Heh, siapa lo??" Bentakan marah dari Shera membuat suasana hening jadi riuh penuh dengan bisik – bisik dari orang – orang sekitar cafe, orang ini tak bergeming, tetap berdiri disampingku, seperti menunggu bagaimana reaksiku.
"Udah yang... Gue kenal dia,eh tapi gak terlalu juga sih" Aldo menggumam tak jelas, aku tak paham dan belum percaya apa benar Aldo kenal dengan orang yang masih berdiri di sampingku tanpa duduk. Dia mungkin mengerti tak diundang samasekali di sini. aku tetap diam, Kesal, marah,kecewa semua bercokol kembali di dada dengan kelakuannya di belakangku.
"Dia suamiku"Ingin sekali aku mengusirnya seandainya mulut lancangku tak bisa berkompromi samasekali dengan keinginanku yang sebenarnya.
Aksi bergeming dan jutekku tak bertahan lama dan sontak berubah menjadi salah tingkah dengan pipi memerah saat kecupan singkat di puncak kepala kurasakan sebentar, tapi tetap saja membuatku membeku. Ini di tempat ramai. Bisa kurasakan keanehan atmosfer di sekitar kami sekarang, sudah kuduga bagaimana ekspresi Shera dan Windy,Apa yang mas Jagad lakukan?.
"Segitu malunya sama Laki dekil gini sampai gak diliat samasekali" Suara bariton yang beberapa hari ini membuatku kecanduan terdengar renyah penuh candaan, aku mendongak dan mendapati senyum geli dan pandangan lembutnya padaku. Bagaimana bisa aku terus-terusan marah kalau dia bertampang seperti ini. Mendadak perasan sedih mendengar perkataannya barusan, siapa yang malu punya suami sepertinya, kurasa tidak ada. Khususnya aku sendiri.
"Sorri ya yang tadi,Kenalin, gue shera sahabatnya Anya..." Shera mengulurkan tangannya dengan tatapan antusias, begitu juga Windy yang tak bisa memalingkan wajahnya dari Mas Jagad. Tak bisa kupungkiri ekspresi terpesona mereka, Aldo tampak kesal menyadari hal itu.
"Elo kerjaannya apa?" Windy mulai sesi intograsinya, aku harap mas Jagad tidak terlalu banyak berbicara, bukan karena aku malu kalau dia akan mengaku sebagai pengangguran atau apa, tapi aku bisa pastikan apa yang akan terjadi oleh teman – temanku ini.
"Gak ada, aku tidak minat bekerja...." Kontras dengan ketenangan mas Jagad, aku sudah mulai gelisah melihat cibiran orang – orang ini, kecuali Aldo yang tampak tenang dengan senyum misterius sekilas di bibirnya.
“Liat ini deh Nya, ini tas baru dibelikan sama Geo... setia gajian sih gue dibeliin tas kayak gini, seneng deh...” Windy menoleh tak suka, mungkin dia sama sepertiku yang tak mungkin di berikan oeh suami sendiri, aku hanya diam sambil berusaha antusias melihat Shera memamerkan tas Hermes keluaran terbarunya.
“Ih... itu keluaran terbaru?? gue cuman bisa dibeliin keluaran yang sebelumnya... sebel deh” Ternyata dugaannku tidak benar. Hanya aku sendiri. Aku memang tak berharap diberikan apapun oleh mas Jagad, sudah di ajak mengobrol saja itu luar biasa, tapi kenapa di depan orang – orang ini hidupku rasanya begitu malang. Aku tersenyum sambil menyruput milkshake di depanku, tidak ingin memperlihatkan wajah yang kentara iri pada siapapun.
"Eh, dari muka bini o, lo gak pernah beliin Anya sesuatu ya?? lo udah jadi gelandangan ya semenjak di usir dari keluarga elo?" Nafasku yang tiba – tiba terhela mendengar pertanyaan Aldo ke mas Jagad membuat mas Jagad mengalihkan pandangan kepadaku, hanya tersenyum meski urat di sekitar lehernya menegang. benar – benar tak sopan suami si Shera ini, untung saja dia suami temanku.