O iya di Multimed ada mas Jagad lagi termenung.
Sebenarnya banyak kemarin yang membuatku melihat mas Jagad secara nyata, dan mirip, ada juga adek temanku yang sudah lama pengen kugoda (dulu masih remaja), tiba – tiba gedenya sekarang malah ganteng dan mirip jagad *LOL
Jadi adakah diantara orang – orang di dunia nyata kalian yang sempat bikin kalian ingat Jagad atau tiba –tiba d ijalan ada ngeliat cowok, tetiba kepikiran kok mirip "Jagad" yang kalian imajinasikan? Yuk share.... Hahahhaa
Langsung aja, selamat membaca semua!
***
"Mas, ono(ada) masalah opo karo mbak Anya?" Ondro berusaha mensejajari langkah lelaki di sampingnya yang sedang menimbang untuk meminum botol minuman berlogo bintang, dia belum minum sama sekali beribu bayangan wajah isterinya berkelabat dengan penuh senyum. Pikirannya sungguh kalut, dia belum berani bertemu Anya. Ini sudah larut tetapi ketakutannya semakin menumpuk seiring detik yang merangkaki malam.
"Menurutmu mbak Anya akan maafin aku tidak ya Ndro?" Ondro menatap temannya itu, baru kali ini wajahnya begitu frustasi.
Ondro menepuk pundak Jagad, membimbingnya duduk di trotoar jembatan layang yang sedang mereka lewati" Tergantung mas salah e akeh ra? (Tergantung mas salahnya banyak gak?)"
Jagad menggeleng entah pada siapa, di dongakkannya kepala melihat langit yang gelap, kelam seperti pikirannya sekarang, dia tidak tahu harus apa yang dilakukannya. Haruskah dia menceritakan semua pada Anya, haruskah masa lalunya yang pahit membuat Anya meninggalkannya?. Jagad meringis membayangkan hal itu. Perasaan lain tiba menggelanyuti dadanya, rasa ingin melihat wajah Anya begitu kuat kali ini.
Dengan penuh lirih ditundukkannya kepala dan menggeleng sekali lagi dengan lemah "Kangen sama dia Ndro" Gumamannya bukan tidak ditangkap oleh Ondro, tetapi Ondro memilih tidak membahas. Bagi Ondro masalah perasaaan itu bukan sesuatu yang pantas untuk ditertawakan.
"Pulang mas.... Mbak Anya pasti lagi nunggu mas" Ondro menepuk pundak Jagad, merebut botol minuman yang belum samasekali disentuh Jagad. Pukulan keras pada bahu jagad hingga menimbulkan suara berdebam menyadarkan Jagad dengan cepat.
***
Sesampai rumah, Jagad bingung melihat keadaan sepi, dimasukinya semua kamar berharap Anya ada di situ, Jagad menduga Anya sudah tidur wajar jadinya rumah dalam keadaan gelap dan tidak ada tanda – tanda kehidupan. Namun sosok yang dicari tidak juga ditemukan olehnya. Ruangan per ruangan yang didatanginya tidak menampakkan isteri yang mulai dirindukannya itu. Kemana Anya? Kekalutannya bertambah parah, itu yang dirasakan Jagad .
Ini sudah pukul 23.15 WIB, demi Tuhan ini sudah larut malam, tidak biasanya Anya masih berada di luar pada jam – jam seperti ini.
Jagad mengumpat pelan, menyesali niatnya menunda – nunda waktu untuk pulang. Bukan apa – apa, Hanya saja Jagad belum siap bertemu Anya kemudian dia sadar dialah yang bersikap layaknya pecundang, dia yang pertama memiliki masalah tidak selayaknya dia mendiamkan atau bersikap semaunya sendiri pada Anya dan satu lagi, tentu saja rasa rindu dan ingin melihat Anya benar – benar membuatnya hampir gila. Akhirnya dia mengalah dengan perasaan rindunya. Tetapi apa sekarang? Apa yang ditemuinya? Anya tak berada di rumah.
Tanpa berpikir panjang Jagad menyambar jaket denim usangnya, mengambil kunci motor vespa butut yang berhasil di belinya dari gaji yang dia minta dimuka. Belum sampai di halaman depan, Jagad mendengar suara langkah kaki di belakang rumah. Dengan perasaan was – was Jagad menaruh kembali jaket denim dan kunci motor tadi, bergegas ke halaman belakang yang sangat gelap. Disanalah sosok punggung dilihatnya dari belakang. Punggung ramping dengan rambut cepol yang tampak familiar di otaknya akhir - akhir ini.
