Bagian 12

4.6K 404 81
                                    



Oke, saya sudah siap terima timpukan kalian :D

Sungguh ya, mesti kalian beranggapan kalau saya bakal banyak alasan. Tetapi deadline sangat menumpuk. Kuliahnya full dan saya selalu pulang malam. Jadi mohon pengertiannya kalian semua*peluk satu-satu. O iya ID line saya ganti, habisnya BB saya tercemplung di gayung kemarin, sok atuh di add : novaadeliana

Happy reading!!

***

Dia tidak menyalahkan siapapun atas semua ini. Sebelum menyanggupi untuk mencuci semua alat makan kotor ini, dia sudah terlebih dahulu menghubungi Papanya,menanyakan bagaimana kartu pembayarannya tak bisa dipakai. Dan jawaban dari Papanya adalah Jagad yang memintanya sendiri, dengan alasan Anya sudah jadi tanggungjawabnya.

Haruskah dia senang? Yang jelas rasanya seperti dipermainkan.

Anya tak peduli bagaimana para karyawan menatapnya, tetesan minuman yang diguyurkan Shera padanya bercampur dengan air mata. Air mata yang meleleh tanpa isakan, tanpa keinginan untuk menangis,air mata ini sesungguhnya saksi bagaimana sakit yang dirasakannya lebih parah dari yang terlihat. Dia tidak ingin terlihat lemah. Dihapusnya air mata dengan kasar. Dan menyelesaikan cucian piring dengan semangat yang luar biasa. Anya tidak ingin meratapi dirinya sendiri hanya karena roda kehidupannya sudah berputar, dulu mungkin dia diatas, sekarang sudah di bawah, terperosok jauh di lembah penderitaan.

***

"Ih apaan deh mbaknya yang lagi nyuci piring di belakang, di bela suami malah mempermalukan suami sendiri... tapi mbaknya cantik sih"

"Apalagi suaminyanya Grr... Bikin meleleh gitu"

"Kalau aku yang jadi istri udah aku kekep aja tuh laki..."

"Dan liat gak tadi,masak belain temen-temennya yang keliatan banget kurang ajar..."

"Pantes ditinggalin sih ya...."

"Hahhaaaa.... Eh pstt.. Jangan keras - keras mbaknya denger lho"

Anya yang sedang membilas sebagian piring yang sudah selesai memusatkan pendengaran, ia yakin objek yang dibicarakan para pramusaji adalah dirinya.

"Tadi sih si leo denger di toilet, suaminya ogah diajak kerjasama buat mintain temennya kerjaan, makany...."

"Maaf mbak, silahkan cucian piringnya bisa ditinggalkan sekarang..."

"Kenapa?" Anya langsung duduk kembali menekuni piring kotor saat suara manajer kafe menegurnya.

"Hmm... Suami mbak barusan melunasinya"

Ini sudah hampir selesai dan Jagad baru membayarnya sekarang?

Harusnya elo senang!! Dia masih peduli!!

Cibiran keras dari hatinya membuatnya menciut. Anya tercenung. Bagaimana dia harus pulang nanti. Tentunya sudah tak punya muka untuk kembali ke rumah. Ada begitu banyak kesalahan yang telah dia perbuat untuk hari ini saja dan seketika itu juga dia mendapat balasnnya.

***

Dengan sisa tenaga dan pikiran yang dimilikinya, Anya keluar dari restoran, kembali terngiang – ngiang bagaimana penuturan para pramusaji setelah dia berani menanyakan apa yang terjadi sebenarnya. Jagad hanya membela diri atas perlakuan berengsek dari suami temannya. Ya Tuhan, dia kembali membekap mulutnya yang hampir mengeluarkan isakan, dia terus melangkah.

Seketika udara dingin yang keras menerpa wajahya saat keluar dari cafe ini membuatnya terkejut, menatap sekeliling yang ternyata sudah gelap, hujan yang deras dengan angin ini memperparah keadaan, sekarang dia mulai kebingungan bagaimanakah dia harus pulang?

TEKADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang