01

3.9K 460 152
                                    

July28th

Bagi Barbara, satu hal yang mulai berubah dari diri Zayn adalah, dia mulai tidak se-cuek dulu. Jika mengingat masa lampau, masa-masa dimana mereka baru menjalani masa orientasi, Zayn adalah tipikal orang yang irit bicara. Bahkan Barbara sendiri masih ingat bahwa, mereka tidak pernah berkenalan secara resmi. Selama dua tahun berada sekelas bersama Zayn, mereka bahkan jarang sekali mengobrol. Jika mereka disatukan dalam satu kelompok sekalipun, Zayn tidak mau angkat bicara.

"Selamat pagi!" Mr.Dallas masuk dengan senyuman yang terlihat kentara di wajahnya.

"Pagi!"

Setelah mendengar sapaan balik dari para murid nya, Mr.Dallas kembali berdiri di depan kelas setelah menaruh semua barang bawaannya.

"Hari ini kita akan memasuki materi baru di pelajaran matematika saya. Saya akan membagi beberapa kelompok yang masing-masing kelompoknya terdiri dari empat orang. Saya harap kalian tidak protes dengan kelompok yang sudah saya rancang." Kata Mr.Dallas panjang lebar.

Para murid terlihat setuju karena telah menganggukkan kepalanya serentak. Mr.Dallas meronggoh secarik kertas di saku nya, lalu mulai menulis di papan tulis.

Kelompok pertama, Mr.Dallas menulis nama Zayn Malik sebagai ketua. Tidak salah lagi, Zayn selalu ahli dibidang hitung-menghitung.
Lalu, dibawah nama Zayn tertulis nama Louis Tomlinson, salah satu teman Zayn yang sikap nya kekanak-kanakan, berisik, dan jahil.
Dibawah nama Louis tertera nama Niall Horan, si cowok blonde yang kerjaannya makan.
Lalu, dibawah nama Niall tertulis nama Barbara Palvin.

Barbara tak bisa berkata apa-apa ketika melihat namanya berada di antara ketiga cowok itu. Terlebih ia masuk kedalam kelompok Zayn.

Selalu kelompok dia.

Bukannya Barbara tidak mau, tetapi, ia jenuh jika berada dekat dengan Zayn yang selalu mendiami nya.

"Anjir! Kecewa gue! Masa gue ga sekelompok sama lo sih, Harr!" Barbara yang merasa terganggu dengan protesan itu pun menengok kebelakang, dilihatnya Louis yang memasang tampang sedih pada Harry. Barbara menggeleng pelan melihat kedua temannya itu. Lalu mendengus, "dasar homo,"

"Ikhlasin aja, Lou, kan ada gue." Niall terlihat membujuk Louis, namun Louis bergidik ngeri. Barbara tersenyum simpul.

"Berisik." Zayn berujar ketus.

"Sekarang bentuk kelompok kalian dan kerjakan halaman 69 nomor satu sampai dua puluh lima. Dua jam pelajaran harus selesai dan di kumpulkan." Ujar Mr.Dallas dengan tegasnya.

Zayn, Louis, dan Niall sudah membentuk kelompok mereka di meja depan. Barbara yang melihat Niall melambaikan tangannya pun kini berjalan mendekati meja mereka.

"Cepetan duduk trus bagi tugas. Dua jam pelajaran bukan waktu yang banyak." Kata Zayn. Barbara mengangguk paham, lalu duduk di kursi yang kosong -Sebelah Zayn-

"Umm, sori?" Barbara mengacungkan tangannya. Ketiga pasang mata itu menatap Barbara dengan pandangan -Kenapa?-

"Tempat duduk nya boleh tuker, ga? Umm, Lou, tuker tempat, ya? Hehe.." Tawar Barbara, namun Louis menggeleng.

"Ogah."

"Ayolaah.." Bujuk nya. Louis tetap menggelengkan kepala, tidak mau.

"Iih.. Niall, tuker tem--" ucapan Barbara terpotong dengan ucapan Zayn

"Kalau ga nyaman deket sama gue. Ngomong langsung aja." Kata Zayn, ia berdiri dan menyuruh Niall pindah tempat duduk jadi disebelah Barbara. Barbara mengerucutkan bibirnya, sebal.

"Tapi, maksud gue bukan gitu, Zayn."

"Udahlah, Louis kerjain nomor satu sampai enam, Niall tujuh sampai dua belas, Ara nomor tiga belas sampai delapan belas, sisanya gue." Zayn mengabaikan perkataan Barbara, lalu mulai mengerjakan. Sementara Niall menepuk bahu kana Barbara pelan, lalu berkata, "jangan diambil hati, Zayn mah gitu orangnya."

Barbara tersenyum ketika melihat senyuman Niall.

Barbara ➿ Z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang