Epilogue

2.4K 292 192
                                    


Udara musim gugur masih menyelimuti kota London saat ini. Masih terbilang hangat. Tepatnya di kota Bradford, bagian utara Negara Inggris. Gadis berusia 19 tahun itu berjalan di atas trotoar menuju cafe yang tak jauh dari rumahnya.

Sesampainya di sana, gadis yang bernama Barbara itu membuka pintu cafe, membuat pintu itu berdering karena mendapati pengunjung. Dari arah sana, seseorang melambaikan tangannya ke arah Barbara, membuat gadis itu langsung mengangguk senang mengetahui keberadaan seseorang tersebut. Pun akhirnya Barbara menghampiri meja nya dan duduk di hadapannya.

"Sorry telat ya, Babe." Kata Barbara. Seseorang yang disebut babe itu mengangguk mengerti.

"Gapapa. Oh iya, Kamu mau pesen apa?" Tanya nya. Barbara melihat menu sekilas, lalu menunjukkan apa yang mau ia pesan kepada seseorang yang berada dihadapannya tersebut.

"Aku mau pesen Cappucino yang ini. Kamu udah pesen?" Tanya Barbara. Seseorang itu menggeleng.

"Belum, aku samain aja kaya kamu." Katanya. Barbara mengangguk mengerti, lalu memanggil pelayan untuk membuatkan pesanan mereka.

Barbara tersenyum sesekali, melirik ke setiap sudut cafe ini. Tak ada yang spesial dari cafe berkonsep vintage di ujung jalan yang sibuk ini. Hanya sebuah bangunan kecil yang dindingnya dibiarkan tak diberi cat dan tak pernah sepi pengunjung.
Lalu apa yang menarik? Secara fisik, cafe ini biasa saja. Tapi bagi Barbara dan mungkin bagi seseorang yang tengah duduk di hadapannya ini, Mom's kettle cafe menyimpan banyak hal yang spesial.

"Skripsi kamu udah selesai, Cam?" Tanya Barbara. Cam, lebih tepatnya Cameron mendongkak, mengabaikan skripsi nya yang sedari tadi ia baca.

"Udah sih, tapi aku lagi baca ulang. Takut ada yang kelewat." Kata Cameron. Barbara mengangguk paham seraya tersenyum.

Beberapa detik kemudian, pesanan mereka pun datang. Dua cangkir cappucino hangat diletakkan di atas meja di hadapan mereka.

"Terimakasih." Ucap Barbara seraya tersenyum. Membuat Cameron ikut tersenyum. Bersyukur mempunyai kekasih seperti Barbara.

Memperhatikan setiap lekuk wajahnya yang sedang menyesap Cappucino. Mata Cameron tak bisa lepas dari pemandangan yang berada di hadapannya. Lalu terkekeh geli setelah melihat Barbara kwalahan karena lidahnya mungkin melepuh sudah terburu-buru menyesap Cappucino yang masih panas tersebut.

"Huaahh.. Panas tau! Jangan ketawa ah!" Decak Barbara kesal. Cameron berhenti tertawa, atau lebih tepatnya menahan tawa nya yang hampir meledak. Mencubit hidung Barbara yang sedang kembang kempis akibat kesal.

"Jangan kayak gitu mukanya, jelek!" Ledek Cameron. Barbara menepis tangan Cameron dari hidungnya dengan kesal.

"Bodo!"

"Aku pinter! Tuh liat skripsi aku udah selesai duluan dibanding kamu! Wle!" Ucap Cameron dengan bangga nya. Seketika Barbara terdiam. Teringat dengan Zayn. Zayn yang pintar.

Kenapa Cam mirip banget sih sama lo, Zayn?

"Kenapa diem? Lanjutin tuh minumnya. Lain kali pelan-pelan." Ucap Cameron, mengacak anak rambut Barbara.

Barbara tersenyum lalu mengangguk merona. Sekarang ia merasa bahwa Zayn ada di sekelilingnya sekarang.

Beberapa detik kemudian, pintu cafe ini kembali berdering. Pertanda ada pengunjung yang memasuki cafe ini.

Mata Barbara dan juga Cameron tertuju ke arah pintu cafe. Terlihat seseorang memasuki cafe ini dengan langkah santai, sambil menelusuri setiap sudut isi cafe ini.

Mata Hazel..

Barbara tergugu, terus memperhatikannya yang kali ini sedang memesan sesuatu di sana. Mata barbara tak bisa lepas darinya.

Barbara ➿ Z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang