Part 8 " Bogor "

1.2K 75 3
                                    

By : Seni Hayati

PART 8

*****

"Aku mencoba mengendalikan hati
Agar akal dan rasio sehatku tetap mendominasi, Agar aku tidak melampaui batasanku"

***

Kereta sudah melaju, Jalal tetap menunduk menjaga pandangannya agar tidak terjadi kontak mata dengan Jodha yang kini cuma terhalang tas ransel, setiap berhenti di stasiun ada saja tambahan penumpang yang
membuat kereta semakin berjejal penuh sesak..

"Kamu sering naik kereta Jo?" tanya Jalal mencoba mengalihkan rasa groginya.

"Baru dua kali dengan tadi pagi"

"Apa kesanmu"

Jodha terlihat seperti menahan senyum, entahlah sepertinya sedang terjadi dialog di hatinya

'apa dia menanyakan kesanku? (suara hati Jodha bersorak) mau jawaban jujur kah..mau jawaban hatiku atau fisiku?klo jawaban fisiku : sesungguh naik KRL Jakarta-Bogor perjalanan yg begitu menyebalkan berdesak-desakan, kalo jawaban hatiku..sejujurnya aku senang karena perjalanan aku bisa dekat denganmu'

"Hai, ditanya ko diam?" tanya Jalal kembali, setelah tidak kunjung mendapatkan jawaban Jodha

Jodha tergagap...

"Oh..itu..iya..mm..naik KRL terasa menyiksa sih..harus berdesak-desakan, tapi ya gimana lagi"

"Beginilah kondisi fasilitas kendaraan umum di negeri ini, minim kenyamanan, dan ketika ada perbaikan maka akan berimbas pada naiknya tarif, tak heran jika kendaraan pribadi masih mendominasi, sebagai wujud kekecewaan masyarakat
akan kinerja pemerintah dalam membenahi transportasi"

Jodha terlihat tersenyum

"Kenapa tertawa..ada yang salah?" tanya Jalal setelah ujung matanya sekilas melihat Jodha tersenyum

Jodha membetulkan tas ranselnya

"Mendengarmu berbicara..seperti sedang mendengarkan
sebuah orasi"

"Oh..kedengarannya seperti itu ya?" tanya Jalal, disela-sela senyumannya, iya baru nyadar dirinya seperti itu.

"Iya..dirimu selalu kritis, ada saja yang di komentari..hmm..mungkin bawaan seorang aktivis seperti itu ya"

"Kebenaran kadang harus disampaikan Jo..meski itu menyakitkan, kalo itu benar katakan benar kalo salah katakan salah..itu sebagai aktivitas mengoreksi penguasa..dan mengajak masyarakat berfikir kritis..ketika harga sembako naik, masalahnya bukan yang penting ada uang but beli..tapi rakyat harus sadar itu sebuah ketidakmampuan penguasa dalam mengurus masalah ekonomi..kalo rakyat hanya nerimo..gimana negeri ini mau melakukan perbaikan"

"Kamu tidak takut..mm..seperti dapat intimidasi atau semacamnya?"

"Pernah sih di ikutin intel..seseorang yang meninggal saat aktifitasnya mengoreksi penguasa..maka kedudukannya seperti Hamzah, penghulunya para syuhada..sesuatu yang bernyawa itu akan mati, dan aku ingin mati dalam keadaan Allah Ridho kepadaku"

Kereta berhenti di stasiun Depok Lama..sebagian penumpang mulai turun.

"Jo..duduk lah ada kursi yang kosong..kamu pasti cape terlalu lama berdiri ditambah tadi long mach dari Monas ke bundaran HI"

"Kenapa ga kakak aja yang duduk?bukannya sama juga cape?"

"Kamu kan perempuan..jadi ga mau duduk nih..ya udah aku saja" Jawab Jalal sambil pura-pura mendekati tempat duduk..

"Hehehehe..jangan..aku mau" jawab Jodha

"Kak..masih cukup untuk berdua..ayo" tangan Jodha menunjuk kearah tempat kosong disampingnya

"Terlalu sempit Jo.."

"Hmm...takut bersentuhan denganku?..aku ga akan macam-macam, daripada kakimu pegel"

Jalal terlihat membuang pandangannya ke jendela kereta, hatinya berkata

'Bukan takut kamu macem-macem Jo..aku takut diriku sendiri, takut aku tidak bisa menjaga hatiku'

"Ga usah Jo..nanti dudukmu ga nyaman"

"Aku tau alasanmu sebenarnya kak..aku halangi pakai tas gimana?" tanya Jodha sambil meletakan tas disampingnya

"Sekarang sudah ada hijabnya, jadi kita tak bersemtuhan..hmm?"

Jalal tersenyum sambil geleng-geleng kepala

"Kamu itu ternyata keras kepala ya..baiklah"

akhirnya Jalal duduk di samping Jodha, dengan pembatas tas, keduanya kini melihat kearah berlawanan sambil menahan senyumnya.

Kereta berhenti di stasiun Cilebut, gerbong semakin kosong
Jodha membuka percakapan yang sudah terhenti sedari tadi

"Kamu pasti dari keluarga yang ngerti agama ya kak?"

"Keluargaku standar, seperti keluarga pada umumnya..nyuruh anaknya ngaji ke masjid shalat..itu aja..selebihnya aku dapat dari lingkungan kampusku..aku beruntung bertemu dengan mereka orang-orang yang saling mencintai dan menyayangiku karena Allah"

"Kalo keluargaku pemahaman agamanya dibawah standar..mereka tidak pernah mengajariku shalat atau pun menyuruhku mengaji..mereka hanya sibuk dengan urusan dunia..masih beruntung aku ga salah jalan"

"Belum terlambat untuk memulai suatu kebaikan Jo..hidup itu selalu berubah..karena yg tidak pernah perubah hanyalah perubahan itu sendiri"

Tak terasa mereka telah sampai di stasiun Merdeka (Bogor).

"Ayo..Jo" Jalal mengajak mereka turun, mereka kini menyusuri Taman Topi menuju tempat angkot

"Dompetmu kan hilang..kamu pasti ga punya ongkos kan?..ini untuk ongkos angkotmu, sekalian buat beli makan"

Jodha terlihat diam..dia sebenarnya enggan menerima kebaikan orang terlebih dari Jalal.

*****

Next ..

Jangan lupa vote dan komennya yaaa readers ...

Terima kasihhhh ...

Surga Yang Ku RindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang