Part 7 " Kereta "

1.3K 72 3
                                    

By : Seni Hayati

PART 7

*****

Jodha membalikkan badannya mencoba melihat ke arah sumber suara. Seorang laki-laki yang sangat ia kenal berdiri di belakangnya, rasanya seperti melihat seorang dewa penolong, setelah semua kesialan yang dialami (dompet hilang, tertinggal sendiri di tempat yang yg sama sekali asing baginya).

"Kak..Jalal" Jodha berseru tidak mampu menutupi kelegaan di hatinya.

"Kamu tadi ikutan aksi?" sekilas Jalal memperhatikan pakaian hitam putih yang Jodha kenakan.

"Iya..bersama kak Nirwa, tadi saya ke toilet dulu..saat kembali sudah tidak ada siapa-siapa..dan parahnya dompet saya hilang..mmm..beruntung kak Jalal datang."

* *

Mereka kini duduk di bangku besi, dan dalam stasiun menunggu kedatangan kereta ke arah Bogor.

Jalal meletakkan tasnya sebagai pembatas diantara mereka, Jodha melirik sebentar..sedikit-sedikit dia mulai paham dengan seluk beluk pergaulan ikhwan akhwat..tidak ada kontak fisik, tidak ada sentuhan, tidak ada kontak mata..

Meski sebenarnya dalam hati Jodha bertanya-tanya..senjata apa yang digunakan sehingga mereka mampu bertahan mengendalikan hasrat normal yang pasti ada dalam hati orang-orang seperti ini..ya..lambat laun dia akan mengetahuinya.

Jalal mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya. Dia seperti sedang menutupi ke grogiannya, belum pernah dia duduk berdua dengan seorang akhwat sebelumnya..apalagi dengan Jodha wanita yang untuk pertama kalinya membuat ia tidak bisa tidur, meski ini di tempat umum..tetap saja membuat jantungnya mau melompat keluar..tangannya mengulung-gulung buku yang di pegangnya.

Di sisi lain Jodha, memperhatikan dengan detil sosok asdos jaim yang kini duduk di sisinya, yang dia anggap sebagai laki-laki aneh..sepertinya takdir berpihak padanya..mempermudah jalannya melancarkan misi, membuat sang asdos bertekuk lutut padanya..meski tidak bisa di pungkiri semua yang ada pada diri Jalal mengagumkan, kepribadiannya, fisiknya, otaknya.

"Bagaimana perasaanmu setelah ikut aksi?" tanya Jalal membuka obrolan, matanya tetap tertuju pada rel. Tangannya masih tanpa sadar menggulung-gulung buku yang tidak jadi ia baca.

"Ini hal baru untuk ku?meski aku bertanya-tanya kenapa kita harus repot-repot melakukan hal ini..apa yg dicari?apa yg akan di dapatkan?mengapa seolah-olah jadi orang sok peduli?"

"Hanya berusaha jadi manusia yang sadar tugas Jo"

"Sadar tugas?maksudnya?"

"Manusia yang sadar tugas..yang tau tujuan penciptaannya..tau tujuan hidupnya..hanya berusaha untuk tidak jadi manusia-manusia yang egois, yang abai akan dunia sekitar"

"Aku masih belum mengerti..bukannya itu hanya merepotkan diri sendiri?"

"Bagi orang-orang yang hanya hidup untuk dirinya..mungkin hal seperti ini akan terasa merepotkan, menyuarakan kebenaran,,menentang kedholiman..berusaha mencari solusi atas permasalahan umat"

"Lantas apa untungnya buat orang-orang yang 'masih' saya fikir sebagai orang-orang yang merepotkan dirinya sendiri"

"Sebuah tanggung jawab Jo..kondisi umat sekarang persis seperti yang di prediksi rosulullah, seperti buih di lautan..banyak tapi tidak menjadi kekuatan besar, banyak tapi tidak membuat musuh-musuh takut, bahkan dengan mudah di pecah belah..dengan mudah tersusupi ide-ide destruktif ide-ide yang menghancurkan yang tanpa sadar masuk dalam fikiran umat..sekarang mereka menyerang keluarga-keluarga muslim langsung di tengah-tengah rumah mereka..sebuah serangan halus lewat berbagai tayangan yang kita tonton..yang mendidik anak-anak kita menjadi orang-orang komsumtif yang melihat ukuran kebahagiaan hanya dari sudut pandang materi..menjadi manusia-manusia yang panjang angan-angan, yang cinta dunia dan takut mati"

Suara bising kereta mulai terdengar

"Ayo Jo..keretanya datang"
seru jalal sambil meraih dan menggendong tas ranselnya.

Mereka kini berdiri bersama gerombolan penumpang lainnya, berdesakan di pintu kereta, Jodha bingung rasanya ia ingin memegang lengan Jalal, agar ia terlempar menjauh dari pintu kereta..tapi ia tau, laki-lai itu tidak mau disentuh..

Akhirnya dia memilih berpegangan pada tas ransel di punggung Jalal, Jalal telah naik duluan..sedang Jodha masih di bawah, pegangannya terlepas.

"Ayo Jo!" Jalal membalikkan tubuhnya..menghulurkan gulungan buku yang ada di tangannya. Jodha memegang ujung gulungan buku yang satunya, menaikan salah-satu kaki yang hampir tidak berpijak saking berdesakannya.

akhirnya satu tarikan Jalal berhasil menarik Jodha masuk dalam gerbong kereta...suasana gerbong yang amat sangat padat, bahkan untuk menapakkan kaki ke lantai keretapun sangat sulit, Jodha masih memegang salah satu ujung gulungan buku yang di pegang Jalal, mereka perlahan bergeser menuju tempat yang agak tengah efek dari desakan penumpang lain yang masih berjejal di pintu kereta (penulis: ini kondisi kereta ekonomi tahun 2002)..

Beruntung Jodha menyimpan tas ranselnya di dada hingga tubuhnya tidak langsung menempel pada Jalal yang kini Jaraknya sangat dekat.

* * * * *

Next ....

Jangan lupa vote dan komennya yaa ...

Terima kasih ..

Surga Yang Ku RindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang