#Chapter_6 : Bertemu Lagi [R]

25.3K 1K 27
                                    

Yang tak ingin dilihat dan yang tak ingin didengar.

🌷🌷🌷

Seperti Biasa, jam istrahat makan siang Echa duduk seorang diri di kantin Rumah Sakit. Ia duduk sembari mengaduk jus alpukat dan sesekali menyeruputnya. Kembali ia mendesah panjang dengan pikiran yang entah melayang kemana.

Beruntung hari ini pasien yang berkunjung tak sebanyak kemarin, belum lagi salah satu pasien pasca operasi di bangsal yang ditangani Echa kemarin mengalami masalah, membuat ia tidak sempat makan siang. Jadi Setelah dzuhur Echa langsung kesini.

“Ehh, ngelamun aja.” Tegur Silvi yang langsung duduk di hadapan Echa, membuat wanita itu sedikit terkesiap.

“Ya ampun Mbak, ngagetin aja.” Ucap Echa menyeruput jusnya.

“Iya maaf, lagian kamu pake acara ngelamun. Emang ada masalah? Kalau ada masalah cerita aja ke Mbak.”

Echa tersenyum tipis menanggapi Silvi. “Nggak kok Mbak. Eh, Mbak nggak makan?”

Silvi sedikit melirik santap siang Echa yang telah habis itu. “Pengen sih tapi nanti ngacurin hasil diet Mbak lagi.”

“Kalau gitu nggak usah makan berat kali Mbak, ‘kan bisa? Yang penting perut keisi, lagian kenapa Mbak mesti repot–repot diet sih? Badan Mbak ‘kan bagus.”

“Ihh, kamu nih. Badan Mbak emang bagus tapi perut Mbak nih yang buncit semenjak habis ngelahirin susah di kecilin lagi. Mbak kangen tahu sama body Mbak yang sebelum nikah kayak artis korea gitu.” Silvi tersenyum mengingat tubuh indahnya dulu.

Echa terbahak mengibaskan tangannya. “Mbak nih ada–ada aja deh, ingat umur Mbak anak juga udah dua.”

“Nah justru itu, walaupun anak Mbak udah dua tapi harus tetep cantik donk. Enak aja mau dikalahin sama anak muda, kamu tahu ‘kan artis senior Titiek Puspa? Dia udah berumur tapi masih tetep kinclong.” Jelas Silvi.

“Emang kaca Mbak, kinclong? Nggak apa–apa juga sih perawatan, asal jangan yang oplosan atau hasil oplas kayak artis kebanyakan entar yang ada malah sebrawut jadinya.”
Silvi mendengus. “Ya nggak lah, Mbak ‘kan perawatannya alami. Dietnya juga diet sehat.”

“Iya, tapi dietnya jangan sampe berlebihan ya Mbak entar malah dikejar anjing lagi disangkain tulang hidup lagi jalan.” Sedikit terkekeh Echa menggoda Silvi.

Silvi mendenggus kesal. “Nggak mungkinkan Mbak segitunya.”
Echa masih terus terkekeh walaupun melihat raut kesal Silvi, setidaknya ia bisa sedikit  terhibur. Silvi menopang dagu kesal menatap Echa yang sepertinya benar–benar puas menggodanya.

Sementara itu tak jauh dari tempat Echa dan Silvi berada, sepasang manik mata segelap malam sedari tadi memerhatikan keduanya. Bibir penuh sewarna buah delima miliknya terkulum tipis ketika menatap tawa lepas Echa.

Tawa lepas tanpa beban yang akan ia simpan dalam memorinya, dan juga sesuatu lain yang masih berupa bakal benih yang belum tumbuh.Ia masih mengawasi dengan tatapan yang tak pernah beralih dari wanita berhijab itu. Bahkan hingga Echa dan Silvi beranjak dari tempat tersebut dan lenyap dibalik pintu kantin, sepasang manik gelap itu masih terus menatap kepergianya.

🌷🌷🌷


“Gimana Yo?” tanya Yuda pada pria dihadapanya yang tengah sibuk mengamati lembar demi lembar laporan yang berserahkan dimaja kerja itu.

Salahkah aku Mencintaimu? [Completed/Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang