#Chapter_14: Bahagia Yang Hampa [R]

21.7K 868 56
                                    

Dekat namun terasa jauh...
Seperti puncak menara yang hanya bisa kulihat tanpa bisa kusentuh
Itulah dirimu…

🌷🌷🌷

Beberapa Bulan Kemudian…

Sinar mentari pagi menyelusuk masuk ke ventilasi jendela, membangunkan si empu pemilik tubuh yang masih berkelana mengarungi mimpi indahnya. Jam weker dinakas berdering bersamaan dengan ranjang berukuran king itu yang bergerak.

Tangan kekar itu terulur meraih benda yang menggangu tidur pulasnya.

Gio mengerjab beberapa kali menyadari dirinya yang sekarang di dunia nyata. Semalam ia mengalami hal indah lalu kini terbangun dengan kenyataan bahwa semua apa yang dialaminya semalam hanyalah mimpi.

Bunga tidur yang ia harapkan bisa menjadi nyata.

Gio menghela nafas pelan mengamati ranjang berukuran king itu yang hanya ia tempati seorang diri selama beberapa bulan ini. Tangannya lalu terulur menyentuh sisi ranjang disebelahnya yang dingin.

Sampai kapan ia hanya bisa bermimpi?

Sampai kapan hal indah yang selalu diimpikannya bisa terwujud?

Gio memejam mencoba menghalau perasaan tidak mengenakan dihatinya. Meski bahagia dengan semua apa yang ia alami, namun tetap ada yang kurang dan itu terasa hampa.

Gio beranjak melangkah gontai menuju toilet. Ia berhenti ketika manik matanya menangkap stelan kerja lengkap yang tergantung rapi digagang lemari kamar itu. Ia tersenyum tipis, untuk ukuran wanita yang tak begitu tertarik pada fashion, selera wanita itu dalam memilihkan pakaian untuknya sangat bagus.

Padahal jika melihat ukuran selera, Gio memiliki patokannya sendiri dalam hal berpakaian. Apalagi jika itu menyangkut stelan kerja yang akan digunakan dimana ia akan menjadi pusat perhatian dari seluruh bawahannya.

Semua apa yang wanita itu lakukan untuknya, Gio sangat menyukai. Walau terkadang ia juga merasa aneh. Keduanya tak pernah dekat, jangankan itu untuk mengobrol saja nyaris tidak pernah. Keduanya hanya berinteraksi jika ada sesuatu yang Gio perlukan, sementara dirinya tak pernah melakukan apapun untuk wanita itu selain memberinya nafkah.

Tapi ia pun ragu jika semua uang yang ia transfer ke rekening Echa tak sepeserpun wanita itu gunakan. Bahkan berbagai barang-barang lain yang Gio berikan untuk wanita itu sampai sekarang Gio tak pernah melihat Echa mengenakannya.

Karna jelas Echa tidak butuh apapun darinya, dan tidak pernah membutuhnya.

Lalu hal aneh lain yang Gio rasakan.
Bagaimana bisa Echa mengetahui semua apa yang ia sukai dan tidak? Bahkan hal terkecil sekalipun seperti makanan-makanan tertentu yang membuatnya alergi, aroma pengharum ruangan yang tidak ia sukai, wanita itu tahu. Sementara dirinya, tak ada apapun. Tak ada apapun yang Gio ketahui tentang wanita itu.

Gio mendesah panjang sebelum akhirnya melangkah masuk ke toilet, setelahnya ia keluar dari kamar dengan stelan kerja lengkap yang hanya menyisakan kerah baju tanpa dasi. Gio bukanlah orang yang tidak tahu memasang dasi diusianya saat ini. Hanya saja, ia ingin selalu ada topik yang membuatnya bisa berinteraksi lebih dekat dengan wanita itu.

Gio melangkah perlahan menuju ruang makan di mana dua orang yang amat ia kasihi berada. Penuh canda tawa disetiap pagi tanpa pernah melihabatkan dirinya untuk bisa masuk ke dalam suasana hangat. Ia tersenyum menyaksikan, walau dirinya juga ingin masuk kedalam suasana itu, sayangnya ia sama sekali tak pernah diberi cela.

Salahkah aku Mencintaimu? [Completed/Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang