#Chapter_16 : Untuk Mutiara Hati [R]

18.7K 769 106
                                    

Karna kebahagiaan buah hati adalah harapan sederhana dari Ibu.

🌷🌷🌷

Rasa kantuk menyerang Gio bagaikan virus, jam sudah menunjukan malam cukup larut namun seolah dikejar waktu ia masih enggan untuk melepas fokusnya yang sedari tadi berada pada layar laptop.

Sesekali ia menyeruput kopi yang entah sudah cangkir keberapa ia tandaskan. Mata dan tangannya bergerak seirama menyocokkan setiap laporan dengan dana yang dikeluarkan perusahaan.

Kedua tangan Gio kadang tertaut begitu menemukan data janggal yang tak sesuai dengan laporan. Menurut diagram pemasaran, penjualan produk tahun ini meninggkat namun anehnya keuntungan yang diperoleh tidak sesuai dengan tingkat penjualan.

Belum lagi uang perusahaan yang keluar untuk hal-hal yang tidak perlu semakin menambah daftar kerugian. Aneh saja menurut Gio, selama perusahaan itu dikelola oleh Kakek dan Ayahnya tak pernah sekalipun mengalami kerugian sebesar ini.

Gio memijat ringan pelipisnya merasa pening. Entah itu siapa, tapi yang pasti Gio tahu tak hanya orang dalam yang terlibat hingga membuat perusahaan mengalami kerugian sebesar ini. Ia yakin ada campur tangan orang luar yang juga berperan penting dalam hal ini. Para ‘tikus-tikus’ itu, mungkin saja telah menjual informasi. Manusia memang tak ada yang sempurna, yang bahkan bisa dikendalikan hanya dengan selembar uang.

“Nggak tidur?”

Gio tak perlu menoleh untuk mengetahui siapa pemilik suara bernada dingin itu.

“Tanggung,” sahutnya tersenyum tipis mencoba tetap fokus pada apa yang ia kerjakan.

“Beberapa hari ini kamu telat tidur, nggak baik buat kesehatan.”

Air muka Gio berubah keruh bersamaan dengan gerakan tangannya yang terhenti. Ungkapan perhatian bernada datar dan dingin itu bukan hanya sekali ia dengar. Ungkapan perhatian yang membuatnya bahagia namun juga merasakan sakit disaat yang sama. Bernada dingin dan datar karna itu keluar bukanlah dari ketulusan hati melainkan karna keharusan.

Gio mendongak memandang Echa yang berdiri disampingnya. “Bentar lagi,” sahutnya pelan mencoba agar tak terdengar terluka.

Echa mendesah pelan, jauh dilubuk hatinya ia mana sudi melakukan ini semua. Namun, ia juga hanyalah manusia biasa yang takut pada Tuhan jika tak menjadi istri yang baik. Jadi sebisa mungkin Echa menurunkan kadar egonya hanya agar bisa bersikap baik pada orang yang jelas ia benci. Karna ia tidak ingin menjadi istri pendosa yang dilaknat Allah.

Satu alis Echa terangkat begitu matanya mengamati layar laptop Gio. Ia mendengkus dalam diam mengetahui satu hal.

Pria itu, tanpa ia sadari telah masuk dalam perang yang tercipta dari orang-orang yang dilukainya dulu. Sebuah penghakiman yang dibuat untuk menghacurkan pria itu. Echa tahu dengan pasti siapa otak dibalik itu semua, namun ia menutup mata tak ingin memberitahu bukan karna rasa kebenciannya.

Ia hanya tak ingin mengambil resiko dengan melakukan tindakan bodoh yang membuat putranya terancam hanya demi orang yang selama ini membuatnya muak. Mengabaikan itu, Echa beranjak menyusuri ruang kerja di rumah ini yang lebih seperti perpustakaan rahasia seperti dalam Drama Korea—Man From The Star—yang pernah ia tonton.

Echa menarik salah satu buku sastra Inggris di rak, membawa itu pada sofa disudut ruangan.

“Nggak usah nunggu aku, mending sekarang kamu tidur. Apa nggak capek seharian ngurusin orang sakit trus sekarang nungguin aku? Aku bisa ngerjain ini sendiri jadi sekarang kamu tidur.” Gio berucap tanpa mendongak yang terdengar seperti perintah.

Salahkah aku Mencintaimu? [Completed/Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang