Bukankah Cinta ada untuk saling memberi?
Lalu jika hanya satu pihak yang menerima tanpa memberikan kesempatan pihak lainnya untuk memberi...
Masihkah itu disebut Cinta?🌷🌷🌷
Sore nyaris petang, Gio turun dari mobil dengan senyum cerah. Ditangannya membawa sebuket bunga, jenis bunga kecil-kecil aneka warna yang diuntai jadi satu. Ia tak tahu nama bunga itu apa, Gio membelinya karna tertarik dengan bentuknya yang unik.
Kata pegawai toko, bunga yang ada ditangannya ini adalah adalah sejenis bunga liar. Gio baru tahu ternyata bunga liar yang sering ia lihat dijalan dan tak pernah dipedulikan itu ternyata bisa secantik ini.
Ah ... berbicara mengenai bunga, Gio sebenarnya tak tahu bunga seperti apa yang Echa sukai. Jadinya setiap pulang bekerja seperti ini, ia menyempatkan waktu membawa bunga dengan jenis yang berbeda. Meski hanya tindakan kecil, Gio selalu berusaha untuk menciptakan keadaan yang membuatnya dapat berinteraksi dengan wanita itu walaupun sedikit.
Selain itu, tak seperti nasib barang-barang lain yang entah bagaimana. Yang jelas setiap buket bunga yang Gio berikan pada Echa setiap hari, setidaknya mendapat perlakuan lebih baik. Mungkin karna tanaman itu indah namun rapuh yang hanya beberapa hari saja sudah layu dan kering?
Atau mungkin karna hal lain?
Entahlah, Gio tak tahu karna ia memang tak tahu apapun tentang wanita itu. Namun walau demikian, itu sudah cukup untuk membuatnya bahagia dan merasa sedikit 'dianggap'.Gio melangkah, membuka pintu ganda besar kediamannya. Karna terlalu larut dengan kebahagiaannya sendiri, ia baru menyadari kalau di halaman rumah ada beberapa mobil yang terparkir di sana.
Tamu?
Gio mengeryit. Selama beberapa bulan, baru kali ini rumahnya kedatangan tamu selain orang tuanya dan Echa, serta kerabat dekat. Ia tak perlu menjelaskan lagi bukan, jika hanya orang-orang itu saja yang mengetahui perihal penikahan keduanya.
🌷🌷🌷
"Gio!!"
Pria itu berhenti dimuka pintu setelah membukanya. Ia sedikit terkejut dengan suara pekikan bernada genit itu serta hal lain yang membuat kedua bola matanya nyaris keluar dari rongganya.
Ruang tamu yang tadinya rapi, kini serupa kapal pecah. Remah-remah snack dimana-mana, tumpahan minuman soda juga membasahi sebagian karpet dan sofa ruang tamu kediaman besar itu, lalu sisa-sisa gulungan tembakau yang dibiarkan begitu saja di lantai. Bukan hanya itu saja, lima orang disana dengan kelakuan tanpa adat semakin membuat Gio mematung dengan mata melotot menyorot marah."What the ...!"
"Hei brother!"
Tepukan keras dipundak Gio menghentikan umpatannya yang nyaris saja keluar, jika ia tak sepenuhnya memperhatikan betul siapa orang itu yang sangat ia kenali dimasa lalu."Hei brother, lo kok nikah nggak bilang-bilang kita sih, Tahu-tahu aja lo udah punya bini. Tega lo, ninggalin gue yang masih merana dalam kesendirian ini."
Toro, salah satu teman dekat Gio sewaktu SMA selain Yuda. Dengan tampang cengo, Gio kembali mengamati lima orang itu yang sudah cukup lama tidak bertemu dengannya dikarnakan kesibukan masing-masing.
"Aduhh ... makasih, Yo. Kamu selalu tahu kalau aku suka banget sama bunga."
Satu kecupan lembut mendarat sempurna dibibir Gio, bersamaan dengan buket bunga ditangannya yang diraih oleh tangan lentik seorang perempuan. Gio melotot marah pada—Lidya—yang melakukan itu, sementara wanita itu malah terkekeh geli.

KAMU SEDANG MEMBACA
Salahkah aku Mencintaimu? [Completed/Revisi]
Lãng mạnSeorang wanita alim, cantik dan berasal dari keluarga terpandang yang harus mengalami kejadian naas yang menyebabkan kehormatannya direnggut. Lalu apa jadinya jika si penghancur kehormatannya itu justru mencintainya. Jika tidak mengizinkan aku menci...