Berlari dan menjauh pada sesuatu yang membuat luka lama membuka.
🌷🌷🌷
Gio mengulurkan tangannya sembari tersenyum ramah pada Echa, namun lain hal dengan wanita itu yang belum membalas uluran tangan Gio. Echa masih berkutat dengan pikirannya sendiri mengontrol kegugupan.
Detik berikutnya tangan dingin dan sedikit bergetar itu terulur membalas Gio.
“E-Echa.” Echa berucap yang nyaris seperti gumaman.
Gio menyadari kegugupan, rasa takut atau apapun itu, Gio merasakannya dari genggaman tangan Echa. Belum lagi tatapan wanita itu yang sama sekali tak memandangnya.
Setelah tangan keduanya terlepas Gio beralih menatap Silvi. Seolah mengerti maksud dari tatapan Gio, Silvi mengangkat kedua bahunya acuh dengan gelengan samar. Ia juga tidak mengerti dengan Echa.
“Gimana kerjaan kamu Yo?” suara Silvi memecah keheningan diantara mereka. Sementara Echa hanya melirik sesaat kearah Silvi sebelum akhirnya menatap Gio. Ia kembali menunduk sembari memainkan jemarinya memikirkan alasan untuk bisa pergi dari situasi ini.
Gio memicing menatap Silvi. “Tumben banget Mbak tertarik sama kerjaan Aku.”
Silvi memutar mata malas. “Emangnya nggak boleh Mbak nanya gitu?”
“Nggak sih Mbah. Eh Mbak, aku boleh minta bantuan nggak sama Mbak?” pinta Gio tiba-tiba tak angin tak ada hujan. Sebenarnya ia hanya berbasa basi tentang hal ini untuk bisa menemui Echa.
“Apaan?” tanya Silvi sebelum akhirnya matanya membulat karna pikirannya jatuh pada sesuatu hal yang buruk.
“Jangan bilang kamu mau Mbak bantuin kamu ngurusin wanita liar yang satu itu ya?! Kalau itu, Mbak nggak sudi. Mbak muak liat mukanya yang sok!” sembur Silvi tiba-tiba.
“Mbak …,”
“Kamu tahu nggak, tempo hari dia tuh datang ke rumah Papa, sok banget lagi ngaku–ngaku dia tunangan kamu. Amit–amit deh Mbak nggak sudi punya adik ipar kayak dia. Lagian kamu kok bisa-bisanya sih kenal sama perempuan kayak gitu, emang nggak ada yang lain apa? Pokoknya Mbak nggak sudi bantuin kamu!”
Rentetan kalimat Silvi itu sukses membuat Gio bungkam seribu bahasa, serta volume suara Silvi yang tidak bisa dibilang pelan membuat beberapa penghuni kantin menoleh kearah ketiganya.
Menyadari raut campur aduk dari adiknya, Silvi menoleh kearah para pengunjung yang menatap mereka penasaran. Ia segera membungkam mulutnya dengan sejuta rasa malu yang menjalari.
“Mbak salah ngomong ya?” tanya Silvi berbisik dengan cengiran polos membuat Gio ingin sekali menceburkan diri ke toilet karna malu dan kehilangan muka dihadapan Echa.
Gio menghela nafas kasar. “Mbak bisa nggak sih tuh mulut di rem,” Gio berucap dengan mata melotot antara geram dan gemas.
Silvi memukul bibirnya pelan menyadari kesalahannya. “Aduh maafin, Mbak keceplosan. Lagian kamu juga sih emangnya mau minta bantuan apaan? Nggak biasanya kamu ke sini cuma untuk minta bantuan ke Mbak. Awas ya kalau aneh–aneh.” Ancam Silvi.
Gio mendengus. “Gini loh Mbak, tawaran aku yang waktu itu ke Mas Rino, Mbak udah omongin? Gimana, Mas Rino setuju nggak?” Gio kembali berdusta, untunglah ia dianugerahi otak cerdas jadi lebih cepat mencari topik pembahasan tanpa terlihat mencurigakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahkah aku Mencintaimu? [Completed/Revisi]
RomantikSeorang wanita alim, cantik dan berasal dari keluarga terpandang yang harus mengalami kejadian naas yang menyebabkan kehormatannya direnggut. Lalu apa jadinya jika si penghancur kehormatannya itu justru mencintainya. Jika tidak mengizinkan aku menci...