Daisy menatap layar presentasi dengan pandangan kosong. Didepan sana, berdiri pangeran kegelapan yang sedang mempresentasikan hotel yang akan dibuka di Amsterdam.
"Aku tak bisa seperti ini" Daisy menahan lengan Gerald yang entah sudah berapa kali menghindarinya. "Kau bisa ..." ucap Gerald dingin. Ia berbalik dan beranjak meninggalkan Daisy.
Dengan cepat Daisy menarik kerah jaket Gerald hingga mulut mereka berbenturan. Dengan begitu liar Daisy melumat bibir Gerald dan mendekap tengkuknya erat.
Gerald menumpahkan rasa rindunya dengan membalas ciuman Daisy dengan panas. Nafas mereka terengah, Gerald menyatukan keningnya dengan Daisy. "Aku merindukanmu" isak tangis Daisy membuat Gerald mengecup air matanya lembut. "Kau pikir aku tidak?" Daisy terkekeh disela tangisnya.
"Sekarang pulanglah. Nanti tunanganmu melihat" ucap Gerald lembut. Daisy menggeleng dan memeluk Gerald sakin erat. Gerald mengelus wajah Daisy hingga akhirnya rela tak rela Daisy melepas Gerald dan berjalan mengarah kegerbang kampus.
Gerald menghembus nafas berat. Ia sudah tak bisa jauh dari gadis itu. Keinginan membuat Daisy menjadi miliknya seorang begitu besar. Dan cara apapun akan ia ambil demi mempertahankan gadis itu
~
"Ibu dari mana saja? Kenapa satu minggu ini ibu baru pulang" wanita paruh baya menjejakan kakinya dengan tenang diruang tamu "aku ingin mengambil barang barangku sayang" Daisy mengerutkan keningnya.
"Apa maksud ibu?" Cekal Daisy dipergelangan tangan Shanta. Shanta tersenyum lembut "tidakkah ayahmu mengatakan bahwa ibu dan ayah sudah bercerai" Daisy tersengal. Ia mundur beberapa langkah.
"Aku pasti salah dengar" ucap Daisy tertawa hambar. Shanta mendekati putrinya "mungkin ini sudah takdir kita. Selama ini aku begitu banyak menuntut dan tidak pernah bisa jadi istri dan ibu yang baik. Maafkan aku Daisy. Aku menyayangimu"
Shanta berlalu kearah kamar dan mengemas barangnya. Daisy terdududuk pasrah diruang tamu dengan segala tangis yang memilukan.
"Apa kau sakit?" Daisy masih tak merespon tangannya terkepal kuat. Matanya tertutup dan peluh membingkai wajahnya.
"Ai ..." Daisy membuka matanya dan pandangannya menusuk lelaki yang setengah membungkuk dihadapannya.Ruangan telah kosong. Daisy mengerjap mataanya menatap sekitarnya. Seketika nyawanya kembali dan ia tersentak "astaga ...! Maafkan aku tuan Aldricho" Gerald tersenyum tipis. Ia bersedekap dan mengitari meja panjang berbentuk U itu. "Kapan mulut manismu itu memanggil namaku lagi hmm?" Daisy menghembuskan nafasnya kasar. "Aku tidak punya waktu untuk itu" jawab Daisy acuh.
tiba tiba ponsel Daisy menggema keseluruh sudut ruang.
"Hallo ..."
Entah kenapa jantung Daisy berdetak kencang tak karuan. Pasalnya, yang menelpon adalah pihak paud Grayson
"Nona Horgeat ... kami ingin mengatakan bahwa nyonya atas nama Terra bersikeras mengambil Grayson dan membawanya pulang""Apa...!?! Lantas?!"
"Kami meminta persetujuanmu sebagai wali Grayson. Tapi nyonya ini mengatakan bahwa ia adalah ibu Grayson dan dia bersikeras"
Daisy langsung keluar ruangan berlari masuk ke tempat kerjanya dan menyambar kunci mobil.
Brugh ...
"Kumohon permisi, ini darurat" air mata Daisy menggenang saat Gerald dengan erat mencengkram pundak gadis itu. Mau tak mau Gerald melepasnya. Gerald menatap punggung Daisy yang lari terbirit birit. Seketika rasa penasaran menyeruak dihatinya.~
Decitan ban mobil menghampiri loby paud yang berpagar warna warni itu. Dengan tergesa gesa Daisy turun dari mobil dan mengarah kekantor guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
the obsession
Random"Ahh ... Ahh" sentakan pinggul itu semakin kuat hingga membuat tubuh Daisy tersentak sentak. "Oohhh ... Kau sangat nikmath ... Oohh" suara itu, kenapa harus suara itu?. Daisy memegang pundak lelaki itu, terasa seolah ... "Daisy ..." Daisy merasa sen...