Grayson menenteng ransel kecilnya dengan topi imut dikepalanya. Ia berjalan dengan sedikit melompat disepanjang jalan padat manusia. Bisa dikatakan ia kabur dari rumah untuk mengenal lingkungan sekitar tempat tinggal grandma nya.
berkali kali para orang dewasa berdecak gemas melihatnya lewat. Tapi ditanggapi dengan menundukan kepala. Grayson kemudian masuk kedalam toko roti yang tampak dari luarnya sangat menarik dengan lampu lampu cantik diatasnya.
Ia melihat lihat setiap jajaran kue dan roti yang berada didalam etalase. "Bisa kubantu anak manis?" Salah satu pelayan toko berjongkok memandang Grayson. Jari mungil itu menunjuk kesebuah cup tiramizu dan membentang deretan jarinya menjadi lima.
Dengan cekatan wanita pelayan itu mengambil pilihan Grayson dan mengotaknya. Setelah menghitung bayarannya, Grayson menunjukan semua uang yang ia punya. Pelayan itu tersenyum dan mengambil uang Grayson dengan nominal harga seluruh kue.
Grayson menenteng pitanya dan berjalan keluar toko. Ia mulai lagi meniti perjalanannya.
Langkahnya terhenti menatap anak laki laki yang sedang duduk ditepi jalan dengan topi terbentang dihadapannya. Grayson mendekati anak itu. Tak lama anak itu pun berdiri.
Mereka saling tatap. Tinggi mereka sama. "Hai ..." sapa bocah itu. Wajahnya lusuh sama dengan bajunya. Rambutnya panjang melewati tengkuk. Grayson menarik ujung baju bocah itu. Tapi anak laki laki itu menarik dirinya kembali. Dan Grayson tidak menyerah.
Akhirnya dengan langkah kecil anak laki laki itu mengikuti Grayson. Grayson teringat pelajarannya tentang cara berkomunikasi. Ia mengeluarkan note berbentuk Harry Potter dan bolpoin lalu menuliskan sesuatu disana.
Aku Grayson.
Ikutlah kerumahku, Ai memasak enak."Ai?" Alis bocah itu terangkat. Ia menatap heran Grayson yang tetap kukuh berjalan mendahuluinya.
~
"Bagaimana bisa ibu melepas anak kecil yang tingginya hanya sedengkul berjalan sendiri keluar rumah !!!" Daisy mengacak acak rambutnya. Sedangkan Lily hanya tersenyum lembut menyesap jusnya. Beda lagi dengan Dany yang melongo menatap kakaknya yang sudah seperti tidak mandi lima hari.
"Sayang, ini kota kecil. Jika kau khawatir maka kita akan mencarinya dikantor polisi, seluruh warga disini aman dan bersahabat" pengertian Lily hanya disambut graum dari Daisy.
Daisy kedapur mengambil minum. Bersamaan dengan itu, langkah kaki kecil kecil datang. "Ah ini dia ..." Dany langsung berdiri dan mengangkat Grayson setinggi tingginya. "Kau membuat repot wanita yang mengandung keponakanmu" ucap Dany sambul menggelitik Grayson yang tertawa tanpa suara.
Pergerakan Dany terhenti saat tangan Grayson menunjuk anak lelaki yang terpaku diambang pintu. Dany hampir saja melepas gendongannya melihat anak kecil itu.
"Oh hai ... sudah datang kau rupanya, apa yang kau bawa hmm?" Lily datang langsung menerima kotak kue yang dibawa Grayson. "Oh tiramizu, kau sudah pandai berbelanja rupanya" Lily menggoda Grayson sambil mencomot sedikit kue itu. Ia mendongak dan melihat Dany yang terpaku. Ia mengikuti arah pandangan lelaki itu kearah ambang pintu.
Brugh ....
Kotak kue itu meluncur kebawah saking syoknya melihat anak lelaki yang sedang kebingungan. Dan akhirnya Grayson kebingungan juga melihat dua orang menatap teman barunya seperti hantu.
"Aaa!!! Grayson!!! Kau datang. Oh Tuhan syukurlah" Daisy yang sebelah tangannya memegang gelas air dan yang satunya mendekap Grayson. "Nakal..." Daisy mencubit gemas pipi Grayson. Pandangan tertuju kebawah melihat kotak kue yang creamnya berhamburan. Ia menoleh dan melihat ibu dan adiknya yang menatap sejurus. Daisy menatap kearah ambang pintu tempat berdirinya anak laki laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
the obsession
Random"Ahh ... Ahh" sentakan pinggul itu semakin kuat hingga membuat tubuh Daisy tersentak sentak. "Oohhh ... Kau sangat nikmath ... Oohh" suara itu, kenapa harus suara itu?. Daisy memegang pundak lelaki itu, terasa seolah ... "Daisy ..." Daisy merasa sen...