part 19

39.6K 1.3K 15
                                    

Daisy tersenyum kosong menatap bayangannya didepan cermin besar. Tubuhnya terbalut gaun besar kain sutra putih polos. Dikepalanyanya terdapat kerudung putih tipis yang menutup wajahnya, yang nanti akan dibuka oleh lelaki terkasihnya.

"Calon nyonya Aldricho, kita sudah bisa menuju gereja sekarang" Lily tersenyum melihat anaknya yang telah memakai gaun pengantin klasik yang cantik.

"Ya bu"

~

Gerald menatap jengah dengan Grayson dan Garent yang menatapnya sambul mengelus dagu seolah penilaian mereka adalah yang terbaik dari antara semua penata rias dimuka bumi ini.

"Sepertinya dasimu miring"

"Kaus kakimu tinggi sebelah"

"Rambutmu ada yang mencuat"

"Tuxedomu ada debu dibahunya"

"Celanamu, pantatnya kotor"

"Bakal janggutmu kurang rapi"

Hingga Gerald beranjak dari hadapan dua bocah itu. Bukan saja karena mulut sikembar, tapi tiba tiba hatinya menjadi gundah dan hampa. "Mungkin gugup" ucapnya meyakinkan diri sendiri.

"Sir, lima menit Lagi" ucap seorang petugas. Gerald mengangguk dan mengkode Garent dan Grayson.

~

Daisy berjalan perlahan kearah altar. Tangannya mencengkram lengan Dany dengan gemetar. Dany hanya tersenyum sambil mengusap lembut tangan kakaknya.

Gerald mengulurkan tangannya menyambut Daisy. Daisy sedikit melirik kearah best man Gerald. Tyler tersenyum geli melihat kegugupan Daisy.

"Sudah siap?" Tanya pendeta yang berdiri diantara kedua pengantin itu. Gerald menganguk sambil tersenyum. Tiba tiba Daisy menyela "bisakah aku tarik nafas dulu, rasanya paru paruku sempit sekali" pendeta itu hanya tersenyum. Dany tertawa kecil mendengar penuturan kakaknya.

"Baiklah, aku siap" ucap Daisy mantap.

"Saudara kita yang terkasih ..."
Pendeta mulai berkhotbah sebelum pengucapan janji suci.

Tiba tiba tangan Gerald menegang dan matanya menusuri setiap sudut gereja, Daisy menyadari itu. Ia menggoyangkan tangannya mengkode Gerald. Gerald tersadar dan lekas tersenyum kembali, tetapi terlihat aneh.

"Gerald Aldricho, bersediakah engkau ..."

Tiba tiba tubuh Daisy terhuyung kearah Dany.

Dorr...!!!

Seluruh gereja yang tadinya hikmat menjadi ricuh. Pendeta itu sudah menghentikan perkataannya dan menatap lurus kedepan.

Daisy melihat Gerald berlutut. Ia segera kearah Gerald dan mendekap lelakinya itu dengan kuat. Daisy berfikir jika Gerald shock mendengar letusan senjata itu. "Tenang sayang, kita akan aman" ucap Daisy saat melihat seluruh petugas keamanan Tyler menyebar dan melindungi mereka.

Daisy mengusap punggung Gerald bersamaan dengan suara lirih Gerald ditelinganya "aku tidak menyesal terlahir kedunia untuk ditakdirkan bersamamu" ucap Gerald. Tapi pergerakan tangan Daisy terhenti saat ia merasa sesuatu yang basah dan berlendir di punggung Gerald.

Dan saat ia mengangkat tangannya, darah melumuri tangannya "walaupun sisa sebentar lagi" ucap Gerald dengan tubuh yang semakin lemah.

Daisy menjerit keras meminta bantuan saat sadar Gerald terkena tembakan itu. Beberapa anak buah Tyler langsung membopong tubuh Gerald. Daisy menjerit dalam tangisnya didalam dekapan Dany yang berusaha melindunginya.

Matanya melihat punggung wanita yang berjalan santai keluar gereja diantara kepanikan semua orang. "Daisy ... jangan!!" Dany tak bisa lagi mencegah saat Daisy berlari berusaha mencapai punggung wanita itu.

Ia terus berlari dan matanya tajam penuh amarah mencari wanit itu. Tanpa memperdulikan emosi yang sudah tak berlogika lagi, Daisy mengikuti wanita yang berjalan cepat kearah bangunan disebelah gereja yang belum jadi itu. Ia mengangkat gaun pengantinnya setinggi lutut.

Saat berada dilantai berapapun itu, cukup tinggi. Daisy menggeram "keluar kau wanita hina!" Suara tawa itu terdengar dari balik pilar didekatnya "sudah kubilang bukan, anak tiriku? Gaun merah sangat cocok untukmu" Daisy menunduk dan memandang dirinya sendiri. Srketika matanya memanas, ia tak sadar jika darah Gerald menempel dan memenuhi separuh gaun depannya.

"Kau binatang, Terra!" Desis Daisy. Terra tertawa rendah "sialnya itu harus mengenai putraku. Kau tau bukan? Peluru itu dihadiahkan untuk siapa sebenarnya?"

Tiba tiba Terra menodongkan senjata soft gun kearah Daisy. Tanpa diduga, Daisy mendekat dengan cepat dan langsung memukul tulang pergelangan Terra hingga senjata itu terlempar keujung bangunan yang siap jatuh kebawah diketinggian delapan puluh meter.

"Dasar jalang!" Terra menjerit dan menampar wajah Daisy hingga Daisy jatuh tersungkur. Terra dengan cepat berjalan kearah senjatanya, tapi ia langsung terjerungkup saat Daisy menendang kakinya begitu keras.

Daisy bangkit dan langsung menampar wajah Terra yang sudah mulai menua itu. Ia menjambak rambut Terra dan menggoyang goyang kepala Terra dengan keras. Terra dengan kuat mendorong Daisy dan berlari kearah senjatanya. Daisy melihat itu dan langsung bangkit juga berlari kearah senjata itu.

Tangan mereka berdua bersamaan mencapai benda itu. Dua wanita bergaun saling beradu. Terra menekan benda itu kearah Daisy dan Daisy menekan itu keatas.

Dor ...!!!

Tanpa sengaja satu peluru terlepas keatas karena perebutan itu. Daisy dan Terra saling adu kekuatan dan satu peluru terlepas sekali lagi. Tanpa mereka sadari langkah mereka berdua semakin menipiskan jarang diujung gedung.

Tiba tiba ....
Brukk ...
"Aakkhh ...." kedua wanita itu dalam keadaan hidup dan mati. Rupanya dua peluru tadi menembaki sebuah papan penyangga. Papan itu rubuh dan menimpa Terra. Dengan refleks Terra menarik kaki Daisy. Tubuh Daisy tertarik, tapi tangannya langsung berpegang erat pada sebuah semen diujung gedung itu.

Dalam keadaan diujung kematian ini, Daisy menarik sekuat tenaga tangan Terra yang satunya dan membantu Terra berpegangan di semen. Tenaga keduanya semakin melemah. "jika aku mati dimenit berikutnya ..." ucap Daisy terengah, Terra menatap Daisy dengan sorot tajam yang tak pernah mengenal kondisi "aku ingin tau ... apa jenis kelamin anakku" ucap Daisy semakin melemah.

Terra memandang benci Daisy "dia seorang gadis" desisnya sinis. Daisy tersenyum. Inilah ajalnya, ia akan bertemu putrinya. Satu persatu jemari itu terlepas.

"Aaakkkhhhhh .........!!!!" 
Teriakan Terra yang sudah jatuh kebawah akibat kehabisan tenaga. Daisy memejam matanya. Sebentar lagi saatnya.

Ia sudah merasa tubuhnya melayang. Ia membuka matanya dengan tersenyum.

Tapi tiba tiba ia merasakan sesuatu tertancap tepat didadanya. Tinggal dua meter lagi ia sampai tanah, hancurlah seluruh tubuhnya. Tapi tak terjadi. Ia melihat sesuatu tertancap didadanya, dan sebuah tali hitam panjang hingga  keatas gedung tadi. Sekelebat ia melihat Jace memegang sebuah alat yang terhubung pada sesuatu didadanya itu.

Ia tak peduli lagi. Yang ia tau, ia selamat.
Dan satu pertanyaan terlintas sebelum gelap memenuhi matanya 'pantaskah Terra mendapatkannya?'

the obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang