Gerald mengerjap matanya dan meraba raba sosok disebelahnya. Matanya terbelalak saat tak menemukan apapun selain kain kumal disampingnya. Ia duduk dalam sekejap sebelum mendengar tangis anak kecil disebelah kamar 'anak itu' batinnya.
~
Daisy mencoba mendekati Grayson. Tapi setiap ia mencoba mendekap, tangisan anak itu semakin kencang dan beringsut menjauhi dirinnya. Grayson terus saja menangis seolah ketakukan setengah mati.
Tangis memilukan itu membuat dada Daisy bergetar sakit. "Baby, kenapa?" Tanyanya putus asa. Pertanyaan itu sudah berapa kali dilontarkan olehnya.
Klek ...
Sosok yang menjulang tinggi masuk kedalam kamar Grayson.
Daisy menatap nanar Gerald yang melihat ia dan Grayson bergantian."Kau apakan dia?" Tanya Gerald dingin. Daisy menggeleng lemah.
Daisy menatap Gerald yang berjalan, lebih tepatnya kearah Grayson. Ajaib! Itulah yang bisa dikatakan sekarang. Gerald berjongkok dihadapan Grayson yang masih tersedu diujung ruang. Gerald hanya memandang anak itu tanpa mau menyentuhnya. Tapi tiba tiba Gerald menghentikan tangisnya dan mengusap air matanya. Lama mereka bertatapan. Grayson mendekat kearah Gerald dan
Srett ...
"Huaaaa...!!!" Tangis Grayson pecah kembali. Bagaimana tidak? Ia ingin memeluk Gerald dan yang didapatinya adalah Gerald menjauh hingga ia terjerungkup dilantai.
Gerald mengusap wajahnya kasar dan bimbang. Ia melirik kearah Daisy yang memberinya tatapan membunuh. Perlahan ia mendekati anak itu lagi dan menariknya pelan. Grayson kembali berhenti menangis. Gerald membawanya kedalam gendongan. Grayson meletakan kepalanya pasrah dibahu Gerald dan masih sesenggukan.
Seluruh perasaan merambat dari ujung kaki hingga ujung kepala Gerald. Hatinya bagai baja yang kokoh dan tertiup angin hingga hanya menjadi debu tak berguna. Ia mendekap Grayson. Tanpa terasa setitik kelemahan yang mati matian ia hindari telah jatuh menyerah dari pelupuk matanya. Gerald mendekap Grayson erat tanpa menyakiti anak itu.
Ia berusaha berjalan kearah ranjang dan duduk disana, kakinya sudah seperti tak bertulang. Daisy mendekat kearah dua malaikat itu. Ia menatap wajah Grayson yang miring dibahu Gerald. "Panas ..." satu kata lolos dari bibir menggoda pria itu "apa?" Daisy mengerutkan keningnya "suhu tubuhnya panas" ucap Gerald pelan dan hati hati. Daisy langsung berdiri dan menatap Gerald cemas. "Ambil handphoneku diatas nakas dikamarmu. Cari kontak dokter Henry dan kirimi ia pesan beserta alamatmu" titah Gerald meski tubuhnya masih terpaku. Daisy mengangguk dan langsung berlari kearah kamarnya.
Gerald tertegun menatap punggung Daisy. "astaga! Gadis itu memakai kemejaku yang tadi malam! Tanpa celana! Demi Tuhan dia seperti Anna didalam fifty ..." Gerald memejamkan matanya. Bagai mana ia bisa berfikir seperti itu disaat darurat seperti ini?~
Henry melepas kacamatanya dan menatap Gerald dan Daisy bergantian "apa?" Gerald gusar melihat tatapan Henry padanya "kalian apakan anak itu?" Pertanyaan tajam membuat Daisy menciut "kami? Aku disini hanya dari tadi malam. Kau apakan dia?" Sekarang pertanyaan itu terlempar ke Daisy. Daisy gelagapan ditatap dua dewa Yunani ini "apa?!? Aku tidak melakukan apapun ... justru aku ... sangat menyayanginya, jadi bagaimana mungkin aku menganiyaya nya" ucap Daisy salah tingkah "aku tidak bertanya apa kau menganiyayanya atau tidak nona" suaa dingin Henry membuat Daisy memutar bola matanya "tapi kaubakan bilang itu bukan, dokter cinta?" Kerling menggoda Daisy membuat Henry terkesiap dan tiba tiba salah tingkah lalu memainkan kacamatanya serba salah. Gerald tampak geram dan memandang tajam Daisy yang tak acuh apadanya.
"Apa yang sebenarnya terjadi Henry?" Tanya Gerald berbalik menghadap lelaki itu. Henry menghela nafas berat. "Dia mengalami guncangan batin. Dia tidak mampu berbicara untuk sementara akibat syarafnya terganggu. Kalian harus bertindak, atau Grayson tak bisa berbicara semakin lama bahkan selamanya" setelah itu Henry melangkah pergi meninggalkan dua orang yang masih mematung.
Daisy melangkah kearah pintu kamar Grayson diikuti Gerald dibelakangnya. Daisy mendekati Grayson yang setia memeluk guling biru mungil itu.
Gerald mengitari tempan tidur Grayson dan berbaring perlahan menghadap Grayson yang tertidur tenang "berapa banyak kesalahanku padanya Ai?" Ucap Gerald lirih sambil memandang wajah Grayson, tanpa menyentuhnya. Daisy menggeleng dan membekap mulutnya agar isakan tangisnya tak membangunkan Grayson dan Gerald yang mulai terlelap.
~
"Malam ini kalian ikut papa" Thomas menatap Daisy dan Dany yang berlomba mencomot kentang goreng mereka "emang kemana yah?" Ucap Dany dengan mulut penuh.
"Kita bakal ketemu calon pengganti ibu" pergerakan kedua anak itu berhenti. Daisy menghembuskan nafasnya gusar. Ia sudah tau jika ayahnya akan mengganti ibu dengan cepat, tapi ia memikirkan perasaan Dany.
~
Restorant hotel itu nampak sepi karena hotel tersebut berperingkat bintang empat. Thomas dan kedua anaknya berpenampilan formal.
Tak lama kemudian, seorang wanita yang seumuran dengan ibu Daisy datang dengan anggun. Dany menatap Daisy yang menatap kearah wanita itu "ayah ... itu?" Daisy menunjuk perut wanita yang setengah membuncit itu. "Itu akan jadi bagian dari kau dan Dany nanti" ucap Thomas lembut dan tegas. Wanita itu nampak menunduk seolah takut dengan Daisy. Suasana tiba tiba menjadi panas dingin.
Daisy tak sudi duduk ditempat itu. Ia melangkahkan kakinya keluar setengah berlari tanpa memperdulikan teriakan panggilan ayahnya.
Brugh ........
Daisy hampir limbung jika tidak sosok itu menyanggahnya. "Ai?" Daisy yang sudah menahan air matanya langsung memeluk Gerald dengan erat. Gerald mengelus punggung gadis itu dan mencium puncak kepalanya berkali kali.
"Kalian sudah saling kenal?" Suara wanita itu mengganggu mereka. Gerald menatap wanita itu dan Thomas secaa bergantian "mama, in Daisy. Ai yang sering kuceritakan itu. Inilah dia, kekasihku" ucap Gerald bangga pada mamanya itu.
Wanita itu menegang dan hampur limbung. Dengan sigap Thomas dan Gerald menyanggahnya "jangan sentuh mama" ucap Gerald cepat saat Thomas ingin membopong wanita itu.
Thomas berdehem pelan "sebenarnya aku ingin membicaakan ini baik baik, tapi waktu tak mengijinkan" Gerald menyerngit melihat Thomas menatap Gerald sendu "aku ayah Daisy, dan aku akan menikah dengan ibumu" ucap Thomas tegas dan tubuh wanita itu menggigil.Gerald mundur selangkah dan menatap horor seluruh orang yang didepannya. "Kaukah bajingan itu?" Ucap Gerald dengan nada gusar dan jijik itu "ya benar. Dan ini akan menjadi adikmu dan Daisy" ucap Thomas sambil mengusap perut wanita yang sudah terisak "tapi akan lebih bajingan jika kau meneruskan hubungan kalian sedangkan kalian cepat atau lambat akan menjadi saudara" Daisy terbelalak mendengar perkataan ayahnya "daddyyy!" Jeritnya menahan amarah.
"Dan apapun yang terjadi, aku akan tetap menikahi ibumu" Thomas menatap Gerald tajam. Gerald yang sempat beku tiba tiba tersenyum miring "dan apapun yang terjadi, aku akan tetap menikahi putrimu" ucap Gerald sambil berlalu.
Daisy tertegun. Thomas tertegu. Wanita itu tertegun. Apa ada yang lebih baik untuk dilakukan selain ini?
"Gosong ..." suaa itu kembali menghempas Daisy kebumi. Ia langsung menatap ayam goreng dihadapannya yang sudah menghitam. Daisy menghembuskan nafasnya perlahan dan mematikan kompor. Ia bersandar sambil bersedekap. Gerald menatap ayam goreng itu dan tiba tiba Grayson memekak dari kamarnya.
Daisy dan Gerald langsung berlari kearah kamar Grayson. Mereka menatap Grayson yang menangis keras seperti bayi kelaparan. Daisy mendekati Grayson dan mendekapnya. Tapi tiba tiba tubuh Grayson ditarik.
Gerald menggendong Grayson dan menggoyang tubuhnya membuat Graysob seperti terayun. Perlahan lahan tangis Grayson mereda. "Lihatlah, aku lebih disayang dari mu" ucap Gerald sarkas. Daisy mengancam dan melepar guling kearah Gerald. "Kau jelek" ucap Gerald tanpa ekspresi "kau lebih jelek" ucap Daisy penuh amarah dan kejengkelan hingga membuat Gerald tersenyum geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
the obsession
Random"Ahh ... Ahh" sentakan pinggul itu semakin kuat hingga membuat tubuh Daisy tersentak sentak. "Oohhh ... Kau sangat nikmath ... Oohh" suara itu, kenapa harus suara itu?. Daisy memegang pundak lelaki itu, terasa seolah ... "Daisy ..." Daisy merasa sen...