part 10

67.8K 2.3K 15
                                    

Daisy duduk dikursi sambil menyesap mochanya. Ia memperhatikan gerak gerik Grayson yang sedang menggambar dalam diam. Gerald, ah entah kemana lelaki itu.

Ia mendekati Grayson sambil mengusap rambutnya lembut. "Kau mau jalan jalan?" Tanya Daisy lembut. Grayson mengangkat wajahnya tanpa senyum, tapi sorotan matanya berbinar. Ia kemudian mengambil sebuah pensil warna berwarna hijau dan menggambar diatas kertas itu "apel?" Daisy melihat gambaran yang tak terlalu sempurna itu. Grayson mengangguk lemah. Daisy tersenyum hangat dan menggendong Grayson lalu membawa lelaki kecil itu keluar apartment.

~

Daisy mendorong kereta dorong disebuah supermarket dengan Grayson bersarang didalamnya. Sedari tadi ia membiarkan keretanya melewati keinginan Grayson. Ice cream yogurt, nugget, buah anggur dan berbagai macam minuman dingin.

Akhirnya mereka melewati kebutuhan dapur. "Kau ingin makan apa malam ini?" Daisy melembut menatap Grayson. Grayson mengacungkan jari mungilnya pada kerang dara yang baru saja dikuliti, Daisy tersenyum sambil mencium pipi tembem anak itu lalu berjalan kerarah stand makanan laut.

Sepeninggal Daisy, Grayson menimang nimang apa yang sebentar lagi disantapnya. Tiba tiba kereta belanjanya serasa didorong. Grayson mengarah pada sosok yang mendorong itu.

Nafasnya sesak, tenggorokannya tercekat. Ia menatap wanita yang mengisayaratkannya dengan menempelkan telunjuk dibibir
"sstt .... ini mama sayang"

Bruakk ....

Daisy dan seluruh orang sekitar stand makanan laut itu menoleh keasal suara. Tiba tiba perasaan tak nyaman meliputi hatinya. Ia lekas beranjak dan ...
"Grayson !!" Daisy memanggil sosok yang sudah tidak ada itu. Ia melihat kereta belanja yang sudah terbalik dengan belanjaan yang bertebaran. "Dimana dia?" Tanyanya panik pada orang disekitar situ "tadi ada wanita yang ingin memeluknya, tapi langsung ia lempar dengan buah buahan ini lalu ia meloncat keluar kereta" jantung Daisy sudah tidak pada tempatnya "kearah mana dia?" Desak Daisy berkeringat dingin "kesana, wanita itu mengejarnya" ucap pengunjung itu sambil menunjuk satu arah.

~

Gerald menekan password apartment Daisy. Ia menyerngit saat mendapati ruang itu sepi. Hingga.ia menemukan note di meja tamu. "Ck, membuat khawatir saja" ucapnya setelah membaca pesan itu. Ia lalu kembali mengambil kunci mobilnya dan mengarah kesupermarket yang disebut Daisy. Padahal Daisy hanya mengabarinya, bukan menyuruhnya menyusul.

Saat sedang mengemudi dengan santai. Gerald menginjak remnya setengah kuat saat melihat sosok kecil itu lari dipinggir jalan dengan sangat ketakutan "Grayson?" Gumamnya dan langsung keluar dari mobil.

Untung lari kecil itu belum jauh.
Gep ...
Seketika Gerald berhasil mendekap Grayson. Tapi yang terjadi adalah Grayson menjerit kuat minta meronta untuk dilepaskan. Gerald terus mendekap anak itu, bahkan bahu kemejanya telah basah karna air mata bercampur air liur Grayson.

"Gerald ...."
Gerald membeku ditempatnya. Suara itu yang benar benar menjadi hal yang besar untuknya. Ia masih mempertahankan posisinya. Grayson menggigit bahu kemeja Gerald. Sebegitu takutnya kah?

Akhirnya Gerald menahan lemas dilututnya untuk menghadap wanita itu "Gerald ..." isak wanita itu sambil membekap mulutnya. Gerald mengusap kepala Grayson agar anak itu tak menoleh kebelakang. "Kau telah menyakitinya" ucap Gerald tak terbaca apapun pada wanit itu "aku tau nak. Karna itulah aku ingin ia kembali padaku agar aku bisa memperbaiki semuanya" Gerald menggeleng pelan. Ia semakin membawa Grayson menjauh.

"Kau tau apa tentang memperbaiki?" Tanya Gerald hingga membuat Wanita itu terperangah "kalian berdua adalah anakku! Tapi aku sangat menyayangimu Gerald, dan aku mengacuhkannya, menyakitinya bahkan melakukan hal yang melukainya agar dia bisa merasakan apa yang kau rasa" Gerald tersenyum tipis. Grayson sudah berhenti menangis. "Kalau begitu sakiti aku sekarang, agar aku juga bisa merasakan kesakitannya" tangis wanita itu menjadi jadi.

Gerald mendekati wanita itu tapi masih dengan jarak yang tercipta "kau tau mama? Dia depresi" ucap Gerald sambil berlalu meninggalkan wanita yang masih mematung itu.

~

Daisy melangkah ke Apartmentnya dengan terburu buru. Yang ia pikirkan adalah menelpon Gerald dan menelpon polisi.

Semakin dekat pintu apartmentnya, semakin kencang suara tangis anak kecil. Daisy segera masuk kedalam pintu yang tak dikunci itu

Prang ......

Vas bunga itu pecah dihadapan Daisy. Ia menatap Gerald yang berusaha meraih Grayson, tapi ia kalah gesit. Saat Grayson berlari entah kemana, saat itu pula Daisy berhasil mendekapnya.

Grayson memberontak didalam pelukan Daisy. Gadis itu kesakitan menahan amukan Grayson ditubuhnya. Hingga dekapan lebih besar membungkus mereka berdua dan membuat Grayson tak berkutik. Daisy menatap Gerald yang sedang memandangnya sendu.

Gerald menyatukan keningnya dengan Daisy sedangkan Grayson diantara tubuh mereka masih sesekali meronta. Gerald menarik dua mahkluk ciptaan Tuhan yang paling berharganya kedalam dekapan hangatnya. Hingga pintu apartment terdengar dibuka oleh seseorang, dan tak lama berontakan Grayson melemah hingga tak sadarkan diri.

~

"Beban pikirannya semakin berat. Saranku lebih baik dia diisolasi untuk sementara" Gerald dan Daisy diam mendengar penjelasan Henry. Daisy menatap Grayson yang masih terpejam digelung selimut.

"Apa sebenarnya yang terjadi diantara kalian?" Tanya Henry sambil melepas jas dokternya "urusan pribadi" jawab Gerald singkat lalu menghempaskan tubuhnya dikursi dihadapan Henry. "Apa ... Grayson itu, anak kalian?" Daisy dan Gerald sontak menatap Henry "kenapa kau berkata seperti itu?" ucap Daisy bingung "karena, matanya adalah mata kau Gerald. Tapi hidung dan bibirnya milik gadis cantik ini" ucap Henry sambil menatap Daisy menggoda. Dan Gerald bisa bisanya meradang hanya karna itu.

"Dia bukan anak kami" alis Henry bertaut seolah berkata, bagaimana bisa? "Dia anak orang tua kami" tambah Daisy hingga membuat Henry perlahan lahan mencerna perkataan mereka. Hingga satu hal terlintas dibenaknya "astaga ....!!!" Hanya itu yang mampu ia ucapkan. Sedangkan Gerald dan Daisy saling berpandangan pasrah "tapi kalian seperti keluarga bahagia" ucap Henry masih tak percaya "sebentar lagi kami akan membuat itu terjadi" Gerald tersenyum misterius "hah ...?!" Kali ini bukan hanya Henry yang berteriak bingung, tapi juga Daisy.

~

the obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang