Aku mohon bgt jangan jadi siders, aku butuh apresiasi kalian, saran kalian, kritik kalian. Kalo kalian cuma bisa baca doang tanpa ngasih jejak apapun, setiap author juga jadi males ngelanjutin ceritanya.
***
Aku menggulung rambutku yang terurai dan mengusap kedua mataku. Rasanya masih lelah setelah rasa pusing dan kejadian aneh kemarin malam. Aku melirik Phantom yang masih terlelap dengan tenang dan tidak terusik sedikitpun karena cahaya matahari yang sedikit jelek di Down Land.
Dan fikiranku melayang ke perkataan Phantom tadi malam,
"Kau mati tepat dimana waktumu tiba,"
Tapi, apakah aku akan menikah dengan Phantom pada akhirnya? Karena pada penglihatanku, Phantom memelukku dan mengecup keningku. Kami mempunyai dua anak dan hidup di tempat yang teduh di hamparan rumput hijau. Dan saat terjadi perang, Phantom bersuka rela mengikutinya dan aku melarangnya. Tapi dia tetap pergi dan terbunuh di hadapan mataku, seseorang menombaknya saat Phantom berlari ke arahku ketika pulang dari perang.
Miris memang,
Tapi, sejak kapan aku bisa membaca masa depanku?
***
"Kita kembali ke gua?"
Phantom hanya mengangguk tanpa menoleh. Dia terus menggenggam tanganku dengan erat tanpa melepasnya sedikit pun.
Aneh, dia jadi banyak diam sejak kami memulai perjalanan.
"Phantom?"
Dia tidak bergeming,
"Phanto--"
"Apa?" potongnya. Dan kali ini matanya menatap lekat ke arahku.
"Mengapa aku bisa tahu masa depanku?"
Phantom mengernyitkan dahi tanda tidak mengerti, "Penglihatanku semalam," jelasku.
"Karena kau bersentuhan denganku. Semakin sering kita melakukan kontak fisik, maka cepat atau lambat kau akan menjadi Fata Lector tingkat pertama,"
Aku mengangguk dan Phantom kembali berjalan. Perasaanku sedikit aneh padanya, entah mengapa dia bisa bertemu denganku saat di kedai. Dan ternyata dia bagian dari divisi yang kebetulan -atau mungkin takdir- dia seorang Fata Lector.
***
"Arenna!"
Damien memelukku erat ketika aku tiba, "Aku bersyukur kau selamat," ujarnya.
Damien pun melepas pelukannya dan menatap ke arah Phantom, "Thanks,"
Phantom tersenyum ringan.
"Kenapa hanya sebagian? Dimana divisi lain?" tanyaku yang baru menyadari populasi di gua semakin menipis setelah aku pergi.
"Mereka sedang perang,"
Mataku membulat, "Perang?"
Damien mengangguk dan menghela nafas, "Kematian Goorel membuat semuanya kacau, Up Land dilanda perang besar,"
Jantungku terasa tidak berdetak begitu mendengar tempat kelahiranku menjadi wadah orang mati.
Zoe..
"Dimana Theo?" tanyaku seraya memerhatikan sekitar.
"Disana!"
Aku dan Damien pun menyambut Theo dan divisi lainnya, beberapa orang terluka dan aku segera membawanya ke tenda dibantu divisi lain yang berjaga.
"Apa yang terjadi?" tanya Damien sambil melingkarkan tangan Theo di pundaknya.
Theo meringis kesakitan karena kakinya terluka parah, luka sayatan yang ku hitung sepanjang dua puluh senti dan terbuka, memperlihatkan daging dan darah yang berwarna merah pekat.
"Jangan pernah kembali ke Up Land," seru Theo.
"Bagaimana keadaan disana?" tanya seorang pria bermata hijau.
"Penjaga keamanan sangat diperketat. Untuk saat ini, kalian aman di Down Land," jelas Theo yang membuat semua orang terperangah.
Untuk saat ini, ya-- itu kata-kata yang mengganggu.
"Dan, Arenna."
"Ya?"
"Selamat, kau menjadi buronan di Up Land,"
***
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Fata Lector [Masa Revisi]
Science Fiction[DALAM MASA REVISI TOTAL] Perempuan itu satu-satunya di dunia, tidak ada yang sejenis dengannya. Tapi seiring waktu bergulir, langkah kaki membawa dirinya menuju kebahagiaan juga kebinasaan. Copyright© 2015