Part 16

1.9K 324 15
                                    

Aku mau bikin rules, kalo part ini sampe 15 vote dan 2 komen. Bakal aku lanjut secepatnya, deal?

***

Aku berjalan di ruangan serba putih. Tidak ada jendela dan ventilasi, entah bagaimana oksigen masuk di dalamnya. Mataku terarah pada pintu yang satu-satunya berwarna merah di sudut ruangan. Aku berlari kecil ke arah pintu merah itu dan memutar knopnya.

"Hai Arenna," sapa pria berjas di hadapanku. Tubuhnya tinggi dan tegap, namun ia tidak memiliki wajah. Mengingatkanku pada Slenderman.

"Ayo, kutunjukkan seseorang yang menunggumu," ajaknya seraya mengamit tanganku. Aku masih terdiam mengikutinya. Masih memperhatikan penampilannya. Sebenarnya ada dimana aku?

"Lihat! Dia terus berada di sampingmu. Dia terus mengeluarkan air mata ketika menyebut namamu," pria itu melepas tanganku dan menunjuk langit, dengan Phantom di dalamnya.

"Phantom?"

"Dia selalu seperti itu, membuatku ragu untuk mengambilmu," ujarnya yang membuatku bergetar.

"A--apa aku me-meninggal?" tanyaku ragu.

Pria di hadapanku menggeleng, "Belum, takdirmu bukan berhenti sekarang,"

Aku menghela nafas lega, "Lalu, mengapa aku disini?"

"Aku diperintahkan untuk membawamu sementara waktu, untuk memberitahu tugas apa yang harus kau lakukan,"

Aku mendelik penasaran, "Apa?"

"Setelah kau sadar nanti ada tiga tugas yang kau lakukan. Pertama, bahagiakan pria disana. Tampaknya dia mencintaimu. Kedua, lindungi siapapun saat perang nanti. Kau tidak akan terluka sedikitpun di medan perang, jika bisa, jangan sampai ada yang mati saat itu. Ketiga, hiduplah dengan damai. Pria itu akan memberimu kebahagiaan. Dan ketika tugasmu selesai, aku akan menjemputmu lagi," jelasnya. Aku mendengarkan dengan teliti dan berharap aku bisa mencatatnya di secarik kertas.

"Sekarang aku harus apa?"

"Ada seseorang yang sangat menunggumu disana. Temuilah dia. Jadi, bangunlah Arenna,"

"Bangun Arenna.."

"Arenna, kumohon bangunlah!" isak tangis seseorang samar-samar terdengar jelas di telingaku. Ku buka mataku perlahan dan melirik pada Phantom yang terus menerus menciumi punggung tanganku.

"Aku sudah bangun," kataku serak. Matanya teralih dan memandangku nanar.

Tangan Phantom kini berada di pipiku dan mengusapnya pelan, "Arenna?" lirihnya.

Aku tersenyum lembut dan dibalas pelukan olehnya. Tubuh Phantom bergetar dan membuat hatiku terenyuh. Dia menangis di pundakku, dan baru kali ini aku melihat Phantom menangis.

"Aku merindukanmu," ucapnya dengan isakan dari mulutnya.

Ku usap punggung telanjangnya yang terasa dingin, "Aku menyayangimu,"

Phantom melepas pelukannya dan menatapku lekat. Tanganku tergerak menyentuh pipinya namun tertahan,

Kertas apa ini?

Aku membuka secarik kertas yang ku genggam dan tersentak. Namun beberapa detik kemudian senyumku mengembang.

Ketiga tugasku sudah tertulis di kertas ini.

***

[]

Fata Lector [Masa Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang